BLACK CRYSTAL | SPY AGENTS

|17|Percobaan

Siyeon mencium aroma khas medis dan rumah sakit dengan pelan dan lemas, ia membuka matanya perlahan.

Ia tahu ia berada di sebuah ruangan mewah hotel tetapi ada peralatan medis di sekitarnya yang bisa Siyeon tebak itu adalah alat untuk dirinya.

Pintu automatis terbuka menandakan ada seseorang yang masuk dan ia adalah Park Jinyoung.

Jinyoung masuk dengan hoodie hitam dan kacamata santai.

Sudah lama Siyeon tak bertemu dengan lelaki satu ini. Terakhir adalah meeting seminggu yang lalu mungkin lebih.

"Udah baikan?" Tanya Jinyoung yang duduk manis dikasur Siyeon.

Siyeon membalasnya dengan sebuah anggukan.

"Kau payah! Masa defender kagak bisa menghindar taser gun sih?!" Ucap Jinyoung dengan senyuman ramah.

Siyeon tak pernah mengira bahwa Jinyoung mempunyai senyuman yang indah seperti itu.

Tapi tenang saja, menurut Siyeon senyuman Jeno lah yang terbaik dan tak ada yang mengalahkan senyuman lelaki itu

Ngomong ngomongin soal Jeno, dimana keadaan anggota yang lain?!

Siyeon mencoba bangun namun tak bisa. Siyeon nyaris tak bisa merasakan tubuhnya.

"Jangan bangun dulu. Kamu lumpuh untuk sementara tapi tak masalah dalam 1 jam an, kamu akan normal lagi" Ujar Jinyoung membantu Siyeon dengan posisi semula.

"Tentang anggota lain, mereka masih berada di Toronto. Mereka khawatir dengan keadaan mu terutama pacar mu yang sangat bawel itu." Ucap Jinyoung yang dibales senyuman manis Siyeon.

"Wah...Bagaimana kamu mempunyai pacar sebawel dia sih?! Dia hampir menelepon ku setiap 5 menit hanya untuk bertanya keadaan mu. Yang ada membuat ku gila" Lanjut Jinyoung yang menceritakan tentang Jeno yang benar benar panik dan tak tenang dengan keadaan pacar satu nya ini.

"Emang dia seperti itu" Ucap Siyeon dengan pelan dan serak khas orang sakit.

"Kenapa oppa ada disini?" Tanya Siyeon sambil melirik kearah Jinyoung.

"Disuruh ama Suho. Lagipula cuman mau nge ngecheck gimana misi kalian. Yeji..... Dia mantan nya Jeno bukan?"

Siyeon sedikit kaget kenapa Jinyoung bisa tahu tentang itu.

"Jeno tahu tentang ortu kamu tapi dia gak tahu kalau mereka adalah orang tua kamu." Jelas Jinyoung yang membuat Siyeon khawatir.

"Jeno menemui Yeji hari itu dan itu kenapa dia telat untuk pergi ke Canada"

Siyeon benar benar tak tahu harus bereaksi seperti apa.

"Tenang saja, kupikir Jeno orang nya dewasa. Dia gak bakalan ninggalin kamu hanya saja dendam besar didalam dirinya mungkin ingin sekali menghancurkan kedua orang tua mu itu" Ujar Jinyoung yang sebenernya sudah Siyeon pikirkan.

Jika kamu diberi pilihan antara orang tua yang sudah membuang mu dan pacar yang sudah bersama mu lebih dari 5 tahun. Kamu akan pilih mana?

Itulah yang Siyeon pikirin tetapi yang membuat Siyeon lebih pusing adalah perkataan Yeji.

"Kasih kita black crystal atau nyawa teman mu dan pacar mu akan diambil sendiri dengan tangan orang tua kamu sendiri."

Perkataan Yeji membuat Siyeon berpikir apakah ia benar benar serius atau hanya ingin menakuti dirinya.

"Yeon ! Yeon" Panggil Jinyoung sambil melambaikan tangan nya di depan Siyeon karena ia melihat Siyeon memandang ke depan dengan tatapan yang kosong.

"o-ooh apa?!" Pikiran Siyeon pun buyar. Siyeon menatap Jinyoung. Ia mempertimbangkan apa ia perlu memberitahu Jinyoung tentang perkataan Yeji.

Apa kah ia bisa di percaya?

Tidak, Siyeon hanya akan mengikuti perkataan Suho untuk tidak percaya siapapun kecuali team nya sendiri.

"Kenapa yeon? gak apa apa kan" Ucap Jinyoung menatap Siyeon.

"Ohh tidak ! Gimana keadaan lainnya? Apakah mereka baik baik saja?" Tanya Siyeon.

Hp Jinyoung pun bergetar dan ada telepon yang masuk.

Siyeon sedikit mengintip siapa yang menelepon Jinyoung. Ia bisa melihat nama "Ibu" disitu.

Tapi aneh nya Jinyoung langsung menyembunyikan hp nya dari Siyeon

"Yeon, gue keluar dulu ya. Penting nih" Ujar Jinyoung dan langsung pergi keluar untuk menjawab telepon tersebut.

Siyeon menatap punggung Jinyoung dengan tatapan serius dan curiga.

Ia melihat gelas air putih disebelahnya dan tersenyum kecil. Ia tahu apa yang ingin Jinyoung lakukan.

"Percobaan yang bagus, Park Jinyoung"

Ia mengambil gelas itu.

"Emang bener. Gue curiga sama lu dari malam itu"