(9.) Istiqomah bersamamu|| part delapan👑

28 9 4
                                    

Dengan langkah gontai dilara berjalan menuju lapangan, matanya menyipit karena terkena cahaya matahari yang begitu terik.

"Astaghfirullah, cobaan apa lagi ini ya Allah."
Ucapnya, lalu segera mengangkat tangannya menghormat bendera.

Dilara terlalu terhanyut dalam hukumannya hingga tak menyadari ada seseorang yang memperhatikan dirinya.

Razi melihat adek kesayangan nya itu di hukum merasa tak tega, walaupun mereka sedang marahan.

Razi beranjak dari tempatnya berdiri menuju kantin dan membeli satu botol air mineral, dan berjalan menuju lapangan.

Namun, setengah perjalanan menuju lapangan Razi melihat Fauzan, sahabatnya tengah memberikan minum kepada dilara.

Seketika Razi melemparkan asal air mineral yang tadi ia beli.

Prangg..

Sebuah kaca jendela pecah akibat benturan dari botol air yang masih berisi.

"ARRAZI DHAFIR!!"

Teriak pak Soe dari sudut lapangan, membuat perhatian semua orang termasuk dilara dan Fauzan yang tengah berada di lapangan melihat Razi.

"Astaghfirullah, iya pak?."
Ucap Razi sembari berjalan menghampiri guru kiler nya itu.

"Ikut saya ke kantor!!."

                                 🦄🦄🦄

"Nih buat lo!."
Ucap Fauzan di samping dilara.

Mata dilara mengerjap-ngerjap menyesuaikan cahaya yang ada.

"Siapa lo?."

"Gue Fauzan, sahabat Abang Lo."

Pasti dia di suruh bang razi.
Gumam dilara.

"Ohh."

"Nih minum!."

"Ga perlu gue ga haus."

"Ga usah bohong, ini panas banget. Nih minum."

"Gamau gue."

Fauzan meletakkan botol air mineral itu di dekat kaki dilara.

"Mana tau Lo haus."
Setelah mengucapkan itu Fauzan berlalu pergi.

Kringg..

"Akhirnya yang di tunggu-tunggu datang."
Gumamnya.

Bel pulang berbunyi nyaring ke seluruh penjuru kelas membuat teriakan histeris para murid yang memang nenunggy saat-saat itu.

Dilara segera menghampiri elnara yang berada di kelas, dia ingin langsung pulang, Takut Razi akan memaksanya pulang ke rumah terkutuk itu.

Dia menelusuri koridor yang mulai sepi, ada beberapa murid yang berlalu lalang sembari tersenyum kepada dilara dan hanya di balas dehaman.

Entah sejak kapan dilara berubah menjadi sedingin itu. Dilara terus berjalan hingga dia berpapasan dengan seorang yang tidak ingin dia temui.

Dilara melihat Razi yang juga melihatnya berjalan berlawanan dengan dirinya.
Seketika dilara berbalik lalu berjalan lebih cepat.

Razi yang melihat perubahan dilara merasa kecewa, adik kesayangannya yang dulu suka ia jahili kini malah menghindar dari dirinya.

Tapi bukan Razi namanya jika dia langsung menyerah, Razi mempercepat langkahnya mengejar dilara yang hampir menghilang.

"LARA!!."
Teriak Razi.

Dilara semangkin mempercepat langkahnya.

Namun Razi tak menyerah, dia berlari lalu mencengkeram erat pergelangan tangan dilara.

"Lepas!!, Gue gak kenal sama Lo!!."
Ucap dilara sambil berusaha melepaskan cengkraman tangan kekar Razi.

Razi yang mendengar nada berbicara dilara membuat hatinya sedikit tersayat.

"Gue razi ra, Abang Lo. Gue masih Abang Lo kan?."

"GAK!!, Gue gak punya Abang modelan Lo!!."

"Lepasin tangan gue atau gue teriak?!!."

"Gue bisa jel-."

"Jelasin apa?!!, Jelasin kalo lo juga ikut andil dalam drama ini?!."

"Gue kecewa sama Lo bang!, Gue kira Lo bakal selalu  jadi pelindung dan pundak yang siap gue jadiin sandaran disaat gue terluka. Tapi dugaan gue salah, malah Lo yang buat gue terluka!!!."

Ucap dilara sambil menghempas tangan Razi.

"Bilangin ke bunda dan kak Risha ekting kalian bagus!!!."
Ucap dilara lalu berlari menuju gerbang, dia tidak perduli lagi kalau elnara akan marah karena meninggalkan dirinya sendiri.

Dilara berlari keluar gerbang lalu menghentikan sebuah angkot dan berhenti di sebuah tempat pemakaman umum.

Dilara turun dari angkot lalu segera berjalan mencari tempat dimana lima belas tahun lalu ibunya di makamkan.

Setelah menemukan makam mamanya tubuh dilara ambruk memeluk gundukan tanah yang di tutupi dengan kerikil putih kecil. Dilara terisak hingga yang mendengarnya pun akan ikut menangis mendengar isakan yang sangat menyayat hati itu.

"Maafin Ara ma, Ara gak pernah kunjungi mama, ara gak pernah bawain mama bunga, Ara gagal jadi anak yang baik ma. Dan ini semua karena mereka, mereka sembunyiin semuanya dari Ara ma. Andai Ara tau dari dulu mungkin Ara gak sehancur ini dan sekecewa ini sama mereka ma. Maafin Ara ma, tapi Ara gak akan balik ke rumah bunda.
Mama jangan khawatir yah Ara baik-baik aja kok, Ara tinggal sama sahabat Ara namanya elnara. Mama yang tenang di sana Ara sayang mama."

Hujan yang tadinya hanya rintik-rintik pun sudah semakin deras mengguyur tubuh mungilnya, bahkan hujan pun mengerti kalau dilara ingin menangis sekencang-kencangnya tanpa di ketahui oleh siapapun.

_______________BatasSuci_______________

Haloo my reader 👋😗
Setelah ber abad abad akhirnya up lagi😭🤣
Maaf kalo part nya kependekan,
Semoga kalian suka dan feel-nya dapet.
Jangan lupa vote
No silent reader 🔪

Bay...
See you next part😙

Istiqomah bersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang