Tumben

16 3 0
                                    

 "Rio aja?"

"Rangga aja."

"Yaudah abis rapat mau ngecek aula sama Rangga"

"Nih listnya udah gua rombak."

"Loh kok gini?"

"....."

"Tara sayang~"

"Diem jelek!"

Tara melempar gulungan kertas kearah Axel yang berlari kecil ke ruang kelas.

Hari ini Rabu siang, panitia makrab mengadakan rapat kesekian kali setelah terbentuknya panitia+MC fix makrab. Rundown,konsumsi dan urusan yang lain sudah aman di tangan per divisinya. Namun sekarang yang menjadi masalah adalah kelabilan Tara sang empunya kuasa.

Axel menarik sedikit lengan baju Dinda, "Eitsss listnya nih dari temenmu."

"Taro disitu," balas Dinda

"Ga, ngecek aula sama gue ya abis rapat."

"Tuh si Rio aja, tugas logistik kan? Jangan ribetin gue deh." Rangga berjalan kearah Susi dan Tasya yang sibuk menghubungi toko makanan ringan untuk konsumsi makrab. "Sus! Sya! Geser lo."

"ck ganggu banget sih. Sya ini bapaknya bilang mau mesen keripik ijo berapa?"

"Nanti deh gue list dulu sesuai request anak-anak, gamau salah lagi gue. Capek sama Tara." Tasya menegaskan ucapannya di kalimat "capek sama Tara".

Rangga memajukan badannya seakan penasaran dengan obrolan Susi Tasya tentang Tara. Setiap mendengar nama Tara, telinga Rangga seakan mendapat sinyal baru.

"Eh lo berdua tau ga sih?" Tipikal teman julid saat membuka obrolan.

"Apaan Ga?"

"Tara kumat lagi ngeselinnya. Kemarin juga dia ngeline gue nyuruh ngecek aula, lah kan gue sekretaris ya pikir aja logistik kerjanya apaan."

Tasya dan Susi membalikkan kursi mereka kearah Rangga, "Terus terus??"

"Ya gue kesel kan terus gue jawab aja ogah abis itu matiin data deh, beres kan." Seakan bangga dengan perkataannya, Rangga melempar senyum puas sambil merentangkan kedua tangannya.

"Widihhh mantap betul lo Ga."

"Hajar terus Ga, enak banget rombak sana-sini kerjaan orang."

"Ngomongin siapa lo semua?"

Rangga, Susi dan Tasya menengok serentak, "E-eh?"

"Rangga gue mau ngomong." Tara berjalan keluar ruangan tanpa basa-basi diikuti Rangga yang memasang wajah heran.

"Duduk sini."

"Hah? Ngapain sih Ra."

Tara menarik lengan Rangga untuk duduk di kursi sebelahnya. "Tenang ini bukan tentang makrab, gue mau ngomong sesuatu diluar itu semua."

Rangga memasang wajah bingung.

"Duh gimana ya ngomongnya...."

"Ra apaan sih jangan bikin gue geer."

Tara tersenyum, "Oh ya btw om Toni ga marah kan waktu gue jambak lo?"

"Marah apaan, dia ngetawain gue semaleman. Pelet lo apa sih Ra kok ayah gue malah ngebela lo."

Tara mengulum senyum.

Rangga merinding, pasalnya Tara tidak pernah bertingkah seperti ini bahkan ketika ia diterima sebagai penerima beasiswa kampus.

Makrab (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang