Rangga

25 6 2
                                    

Hari ini hari Sabtu, hari yang sakral bagi seorang Rangga untuk bermalas-malasan. Rangga bukan modelan anak kampus yang tiap libur harus ada schedule tertentu.

Tetapi hari ini berbeda, hari sakral Rangga dicuri paksa oleh Tara yang katanya mau membicarakan makrab. Sedari tadi ia hanya meringkuk di balik selimutnya sambil sedikit melongok keluar lewat pintu kamar yang sedikit terbuka. 

"Masih aman kali ya, lanjut pushrank dosa ga sih? Tau ah," sambil kembali meringkuk, Rangga kembali melakukan aktivitas paginya itu.

"Abang! Turun!" Suara barbar Om Toni (ayah Rangga) memenuhi rumah yang saat itu masih dipenuhi kedamaian. 

Tanpa aba-aba, Rangga segera melompat dari kasurnya dan dengan santai turun ke ruang makan yang sudah dipenuhi menu sarapan ala Om Toni.

 "Abang baru bangun nih," Rangga mengucek pelan matanya seakan-akan ia baru bangun begitu ayahnya berteriak minta tolong. Bercanda, lebih tepatnya Om Toni berteriak frustasi.

"Hah?"

"Hah?"

"Apa?"

"Apa?"

"Abang! Bisa serius ga?!"

"Hm?"

"Kok jadi nanya lagi?! Makan!"

Rangga mengorek kedua telinganya tak nyaman, "Teriak-teriak mulu." Rangga kesal tapi mau gimana lagi. Tidak heran jika Om Toni adalah penyanyi terpercaya pada masanya. Bagaimana tidak? Setiap berbicara saja sudah seperti anggota paduan suara bagian sopran, memang unik tapi nyata.

"Jadi kamu udah punya pacar bang?"

"Ganti topik."

"Jadi pacar udah punya kamu bang?"

"....."

"Ko diem?"

"Yah, hari ini Rangga kayanya ke kampus deh soalnya mau ngurus makrab."

"Yaudah tapi pulang bawa pacar ya."

Rangga meleos dari meja makan dan beranjak ke kamar mandi untuk bersiap-siap. Tak sampai 20 menit, Rangga sudah siap dengan balutan hoodie putih dan jeans hitam polos andalannya.

"Yah, Rangga pergi ya!"

"Bang pulangnya nitip sate ya!"

Rangga sebenarnya malas untuk berbasa-basi dengan ayahnya. Entah kenapa setiap berdua dengan Om Toni Rangga selalu merasa canggung.

Padahal kata teman-teman Rangga sendiri-dibaca forum julid- Om Toni itu orangnya humoris dan wajahnya pun tidak kalah tampan dengan hatinya. Rangga merasa aneh, ia sama sekali tidak merasakan kedua hal tersebut.

Hari ini panitia makrab berencana untuk rapat di ruangan himpunan. Pasalnya kemarin malam Tara sudah mengumpat sana-sini perihal panitia yang tidak pernah berkontribusi dalam persiapan makrab. 

Semuanya merasa ketakutan, namun berbeda dengan Rangga, ia hanya tertawa remeh tanpa mengindahkan umpatan Tara.

Hari ini Rangga pergi rapat pun hanya untuk menghindari kecanggungan bersama ayahnya. Tidak ada alasan lain.

Begitu sampai parkiran, Rangga disambut oleh sekumpulan kating komdis yang memang tiap hari libur tidak pernah absen nongkrong di parkiran kampus. 

"Ga! Tumben ke kampus lo." Kating dengan rambut gondrong dan baju serba hitam menepuk pundak Rangga. Iya, namanya Yudis, komdis yang sedikit galak namun banyak anehnya.

"Rapat bang."

"Lo kesiangan atau gimana? Temen-temen lo udah pada ngumpul tuh," ujar Martin, komdis yang paling ditakuti maba-maba pada masanya. Termasuk Rangga.

Makrab (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang