Hai... Namaku zehra andini, saat ini usiaku 23 tahun, aku anak pertama dari dua bersaudara.
Kebanyakan orang mungkin berpendapat anak pertama selalu kuat selalu di nomor satukan dalam keluarga, iyah? mungkin masih banyak lagi pendapat2 kalian tentang anak pertama.
Di usiaku ini ntah kenapah aku selalu muak dengan namanya cinta, kasih sayang, perhatian. Semuanya di mataku hambar.
Aku sudah tidak lagi merasakan itu semuah, tidak akan bisa, hatiku membatu, perasaanku perlahan mati.
Konflik dalam rumah yang selalu aku hadapi berdampak buruk hingga sekarang.
Ayahku selalu bilang, " anak pertama adalah prisai keluarga, menangis mengeluh itu dua hal paling tidak boleh anak sulung lakukan"
Prisai iyah? Kata itu yang membuatku menjadi seperti sekarang, air mata itu adalah kesalahan terbesar bagiku. Ntah tentang keluarga atau pasangan. Buatku menangis adalah hal paling konyol, tapi jika di kamar aku akan menangis dalam diamku meraung kesakitan ntah karna apah aku juga tidak tau, kadang lelah sama hidup yang aku jalani sekarang,
Aku benci suara bising, aku tidak suka orang2 menatapku, aku akan murka jika orang bicara dengan nada tinggi di hadapanku, iyah emosiku naik turun, mentalku kadang keguncang hanya karna hal sepele, aku akan menyakiti diri sendiri jika aku menginginkanya bahkan aku bisa melukai lawan bicaraku tanpa berfikir.
.
.
.
Semuah perubahan padaku bermula dari satu kesalahan dimasa remajaku, berangsur menjadi kesalahan kesalahan lainya, hingga sekarang aku tidak tau caranya bangkit dari keterpurukan ini, tidak tau jalan apah yang harus aku tempuh, pandangan kedepan itu rasanya burem tak berbentuk.Ini kisahku lumpuhnya hati anak pertama, dan dia laki2 yang mengajarkanku betapa pentingnya sabar dan tersenyum disaat hati dan pikiran kacau balau.
KAMU SEDANG MEMBACA
firstborn child
Teen Fiction"Waktu adalah busur panah paling runcing dalam kehidupan"