3 tahun ....
Tiga tahun bukan waktu singkat yang aku jalani. Hari demi hari yang aku jalani hanya bekerja dan bekerja.
Mayoritasku sekarang keluargaku . Tidak peduli siappun, diriku sendiri sekalipun aku sungguh tidak peduli ...
Selelah apah tubuh dan otaku, aku mengabaikannya ...
Orang bilang waktu adalah hal paling penting, Aku membenarkan itu, sebanyak apa pencapaianmu mendapatakan uang, momen dan waktu jauh lebih mahal ...
Hari itu adalah bulan Maret 2018 ...
Aku pergi seperti biasa tanpa izin pada orang tuaku . Aku meletakan ke egoisanku di hari itu hanya untuk bersama Dika .
Seharian aku pergi dengannya .tanpa berfikir orang rumah . Karna aku fikir aku sudah bekerja dan mendapatkan uang yang cukup besar hasil keringatku sendiri. Aku tidak peduli lagi dengan orang sekelilingku. Hari itu aku hanya ingin bersama Dika dan Dika..." Aku pulang ze... Kamu jaga kesehatan ya jangan nakal seperti hari ini lagi nanti ". Ujar Dika .
Aku mengangguk dan tersenyum memeluknya dari belakang. Motor Vespa yang kami naiki berjalan dengan irama yang menyenangkan.
Aku berfikir . Sekeras apa dunia ingin kita berpisah aku akan tetap bersama dikaku ...****
Plakkk!!!!
" Kenapa pulang!".
" Tidak usah pulang sekalian! "
" Kalo kamu mau jadi jalang jadi jalang sekalian aku tidak peduli denganmu!".
Aku hanya memegang pipiku yang panas dan menangis menahan sesak di dadaku .
Perkataam pria itu selalu seperti pedang menyayat hatiku dengan sadis." Nak ... Mamah ingin bertanya padamu". Mamah memluku dengan airmata yang membanjiri pipinya .
Dan itu jauh lebih menyakitkan dari setiap pukulan ayah di tubuhku. Cacian ayah padaku tidak sebanding dengan rasa sakit saat melihat mamah menangis dengan aku alasanya ." Kamu mencintai Dika nak". Mamah bergetar mengatakan itu .
" Iya! Aku mencintai Dika mah ". Aku menjawab dengan lantang . mendongak dan menangis melihat mamah.
Tubuh rentan itu ambruk di kakaiku mamah menangis.
" Jangan nak... ". Suara mamah lirih lalu mamah pingsan tak sadarkan diri.
Aku menangis dan ayah begitu marah melihatku memeluk mamah yang sudah tidak sadarkan diri.
" Kalo kamu sampai menikah dengan preman itu... Saat kata sah itu terucap untuk kalian. Disaat itu pula kamu membunuh kedua orang tuamu sendiri ze... ". Suara ayah membuatku bergetar dan menjerit menangis. Melihat wajah ayahku yang tegas tanpa ragu dia berucap demikian.
1 bulan ...
Semenjak hari itu . Aku menjadi lebih tertutup. Tak banyak bicara pada siapapun . Aku bingung satu sisi aku mencintai Dika dan di sisi lain aku juga menyAyangi orang tuaku .
Satu bulan otakku berputar keras langkah baik apa yang harus aku pilih.
Bertahan lalu membunuh kedua orang tuaku karna keegoisanku lagi...
Atau...
Berpisah dengan Dika dan aku korbankan perasaan aku sendiri demi kebahagiaan kedua orang tuaku...
Cafe...
Dika dan teman-temanya sedang berkumpul seperti biasa . Lalu aku masuk dengan ekspresi tanpa Maslah sedikitpun. Aku cukup terlatih untuk berperan dua karakter dalam hidupku sendiri....
" Haii ze ". Sapa Alan
" Dika mana lan".
" Di dalem ze ada bang Boim sama istrinya juga sih ". Jawab alan lagi.
" Owh gw masuk dulu ya...".
" Oke nyonya Dika ". Canda Alan
Aku menoleh dan tersenyum dengan hati mencelos perih.
" Bang!". Panggilku Dika menoleh dan tersenyum.
" Tumben Dateng... Lagi libur ". Tanya om Boim. Melihatku yang sedang berdiri di samping kursi yang Dika duduki.
" Iyah om udah lama juga kan aku ngga main ke sini ". Jawabku . Dengan mata menatap Dika yang sedang menatapku.
" Masih memaikai barang sialan ini Luh dik,,, gw udah bilang kan. Fokus ke masa depan tinggalin ini semua gw muak dik ". Ucapku Dika seketika berdiri menatap dalam mataku.
Om Bomi dan yang lainya menatap kami dengan
Serius, tanpa ikut campur dalam perdebatan aku dengan Dika.
Bisa di bilang hari itu adalah hari pertama kalinya aku bertengkar dengan Dika. Di depan semua orang yang brada di cafe..." Kamu ada apa sih,,, dari dulu kan gw emang kaya gini ze... Kamu juga dukung aja kan kenapa sekarang marah-marah dan memeprmasalahin ini semua ". Balas Dika . Tatapannya mengibarkan bendera perang . Kita berdua kekeh dengan pikiran kita masing-masing...
Aku menatapnya dengan wajah merah padam . Semua orang keluar cafe dan membiarkan aku dengan Dika .
" Gw ngga suka Dika... Paham ngga sih .... Gw capek ".
Seketika gw menangis sejadinya .
" Ada apa... Gw sayang sama Lo ze ... Bilang sama gw Lo kenapa hari ini ". Dika memelukku dengan erat dan aku memukul punggungnya dengan terus menangis.
" Gw capek dik.. gw capek... Kita putus aja ya ".
Dika melepas pelukannya dan mencengkram bahuku.
" Egois! ".
Aku menatapnya lagi dengan air mata yang mengalir deras.
" Gw benci Lo hari ini ze..."
Aku masih menangis dengan Dika memelukku kembali begitu erat. Mencium wajahku berualang kali .
" Gw serius dik... Kita putus aja ". Aku smenjauhkan wajahku dari tanganya .
" Lo mau gw berhenti kan. Oke! gw berhenti ze... Sudah jangan nangis lagi. Gw sakit liat Lo ke gini ... Gw berhenti hari ini juga".
Aku bener-bener kacau. Aku sakit melihat Dika. Aku belum siap menerima ini semua...
Dika berfikir aku minta putus karna aku tidak suka Dika mengkonsumsi barang2 sialan itu. Aku biarkan itu dan aku ingin melihat sejauh mana Dika kuat dengan keputusannya ...
KAMU SEDANG MEMBACA
firstborn child
Teen Fiction"Waktu adalah busur panah paling runcing dalam kehidupan"