Awal bulan di tahun genap...
Dari pagi hingga malam hujan mengguyur kota tempatku berasal, petir dan angin bersamaan dengan tetesan air begitu lebat . Malam itu aku tengah lari di lorong rumah sakit dengan hati bergemuru karna panik dan takut. Saat Tante mengabariku kalo mamah masuk rumah sakit dan keadaanya makin memburuk, aku langsung ke rumah sakit tanpa pikir panjang. Badanku basah kuyup dan dengan perasaan kacau aku lari sekencang yang aku bisa. Aku beberapa kali menabrak beberapa perawat yang melewatiku
" Jangan tinggalin Aze mah aku mohon, aku akan jadi anak baik dan nurut apapun kemauan mamah jika mamah baik2 aja ... Aku akan jadi wanita yang mamah mau ". Gumamaku dengan nafas naik turu. Aku melihat keluargaku di luar luang ICU . Ayahku menatapku, aku tau itu tatapan marah,
aku lari dan memanggil ayah .
" Ayah ". Panggilku dan ayah melangkah cepat ke arahku, rasanya aku ingin memeluk ayahku aku tau ayah khawatir dengan keadaan mamah, tapi di luar dugaan ku untuk pertama kalinya ayah mengangkat tangan dengan lepas.
Plak!!
Sebuah tamparan keras mendarat sempurna di wajahku, darah segar mengalir di ujung bibirku.
Aku hanya bisa membatu tanpa menangis menatap pria yang menamparku dengan rasa benci di wajahnya, iyah? Pria itu adalah ayah pria yang selalu aku anggap pahlawanku, pria yang menjadikan aku kuat dengan pengajaran kerasnya padaku, pria yang selalu marah jika aku melakukan kesalahan meski itu aku tidak tau kesalahan apah yang aku perbuat. Meski begitu dia tetap ayahku darahnya mengalir deras di tubuhku." anak kurang ajar! ". Suara keras ayah membuat seisi rumah sakit menatap ke arah kami.
Semua keluargaku hanya bisa menonton apah yang ayah lakukan padaku saat itu, mereka hanya diam tak ada yang berani bicara.
" jika istriku kenapa2 di dalam, aku akan membunuhmu dengan tanganku sendiri ". Ujar ayah menggebu.
Aku hanya bisa menatap mata itu, mata yang dulu hangat sekarang jadi dingin dan begitu banyak kebencian di mata itu saat menatapku.
" yang kau sebut istri itu adalah mamahku ". Kata2 itu lolos dari mulutku, melihat pintu ICU yang tertutup rapat.
Aku ingin menangis. Agar sesak di dadaku hilang, tapi sekuat mungkin aku bertahan untuk tidak menangis, rasa perih di ujung bibirku dan rasa panas di pipiku, itu tak sebanding dengan ucapan2 ayah yang begitu menusuk.
" ahahah.. Kamu bilang itu mamahmu.. Waktu dia nyariin kamu, nyari2 anak kesayanganya yang tidak tahu diri ini. Hingga dia sakit2an. Dan akhirnya masuk ICU itu kamu bilang dia mamahmu. ". Ayah menjawab dengan nada mengejek. Menekan semua kata2nya menunjuk wajahku penuh emosi.
" dia tidak peduli dengan kesehatanya, dia nyariin kamu.. Lalu kemana kamu saat mamahmu nyariin kamu.. Kemana andini!!! ". Bentak ayah lagi tepat di wajahku.
Aku tak mampu menjawab, aku sadar, ini semua karana aku, karna aku mamahku sakit. Karna aku egois mamahku masuk icu. Iyah.. Karna aku semuanya karna aku.
" dari hari itu, kamu sudah tidak pantas lagi menyebutku dan istriku ayah dan mamahmu. Dan pergi sekarang jangan datang lagi. Kami semuah telah kehilangan anak sulung kami di hari itu... dan satu lagi. Aku gagal menjadi seorang ayah karenamu ". Ujar ayah berhasil membuatku mendongak dan melihat ke arahnya. Kata2 barusan yang ayah katakan tanpa keraguan sedikitpun.
Aku melihat ke arah keluargaku yang lain. Ternyata mereka juga sama. Mereka juga sama menatapku dengan tatapan seperti itu.
Sekali lagi aku menatap ayahku yang memunggungiku. Tanpa kata2 yang terucap dari bibirku. Aku perlahan mundur. Aku berjalan meninggalkan mereka dengan badan bergetar karna aku menangis sesegukan, berjalan ntah kemana aku harus pergi aku tidak tau, pikiranku seketika kosong yang aku ingat dengan jelas hanya setiap kata2 yang ayah lontarkan padaku, setiap perkataanya penuh kekecewaan,
KAMU SEDANG MEMBACA
firstborn child
Teen Fiction"Waktu adalah busur panah paling runcing dalam kehidupan"