Aku menatap nanar lura jendela kamarku. Malam ini sudah menunjukan jam 2 dini hari...
Tetapi aku masih menghisap batang roko yang di hipit kedua jariku, ntah ini batang roko yang keberapa aku lupa. Yang jelas Suasana kamar malam itu gelap sengaja aku mematikan lampu kamar.Aku merendam tangisanku dengan terus membuang kasar asap roko dari mulutku . Mataku mulai membengkak rasa pusing itu menjalar ... Aku menangis sendirian tidak ada orang yang aku percayai selain diriku sendiri di dunia fana ini...
Pesan singkat yang Dika kirim, aku abaikan sedari pulang dari cafe. Aku cukup kacau malam itu .
Setiap perkataan orang tuaku dan Dika memenuhi otak dan membuat semuanya menjadi beban di dalam kepala .Aku hanya berfikir dunia macam apa yang aku tempati saat ini. Kenapa semuanya sangat berat . Aku di paksa memilih diantara mereka dan itu cukup memuakan ...
🤡🤡🤡
Sinar matahari merembas masuk dari sela-sela gorden kamar, mengintip masuk dan mengusik ketenangan tindurku seolah alaram yang terus berdering membuat kebisingan di hari bermalasan sedunia , hari apalagi kalo bukan hari Minggu.
Teriakan si bungsu membuatku terduduk dan menetralkan pikiranku yang melayang karna mengantuk .
" Bangun kebo!. Ayah bilang kita harus kerumah nenek ". Ujar adikku menerobos masuk dan melihatku yang masih berantakan.
Lalu aku tersadar dengan isi kamarku saat adikku hendak menyalakan lampu aku melemparkan bantal agar dia marah .
Brug!!!
" Diih bego kaget gw ". Ujar adikku.
" Keluar sono.... apaan si ribut banget pagi-pagi". Balasku dan mendorongnya keluar dari kamarku.
" Gw bisa sendiri . Ngga usah dorong-dorong... Di bangunin bukanya terimakasih lu ". Kesal adikku
Aku tersenyum di buat-buat dan mengatupkan kedua telapak tanganku kedepan .
" Terimakasih adiku tercantik ". Aku membungkuk membuatnya memutar bola mata dan pergi turun ke bawah .
" Gila jijik gw ...".
" Cepetan turun atau gw bilang ayah sama mamah, kalo lu pingsan ". Teriak adikku di tangga
" Bodo amat ". Balasku menutup pintu kamar .
Hugh!!! Aku membuang nafas kelegaan .
" Hampir saja ". Aku membersihkan kamarku membuang buntung roko yang berserakan di lantai seperti biasa .
Aku adalah pemeran utama dalam cerita hidupku alurnya kemana aku hanya mengikuti sekenario tuhan yang Tuhan berikan pada ku...
" Tumben kita kerumah nenek ". Ujarku memasukan roti bakar buatan mamah ke mulut . Aku duduk di ruang makan keluarga, setelah menyelesaikan ritual setiap bangun tidur apalagi kalo bukan mandi dan berias diri ... Tapi hanya ada aku dan mamah yang sedang membantuku menuangkan susu ..
" Tadi paman menghubungi mamah katanya ada pertemuan keluarga ". Ujar mamahku
Aku mengangguk dan melanjutkan sarapanku tanpa menjawab .
" Oh ya mah... Ayah sama si cecunguk itu kemana ".
" Di depan lagi ngobrol ".
" Asik banget ya bisa ngobrol sama ayah. Aku mana bisa kaya gitu ahahah ". Jawabku tertawa kecut .
" Bisa dong. Kan kalian sama-sama anak ayah ".
" Beda mah... Udahlah jangan bahas zeze keatas dulu ambil tas ".
KAMU SEDANG MEMBACA
firstborn child
Teen Fiction"Waktu adalah busur panah paling runcing dalam kehidupan"