aku bersamamu

1.6K 10 0
                                    

" kamu ngga bisa terus tinggal disini sendiri ze. Kita pulang oke , pekerjaanku banyak nanti aku ngga bisa kesini terlalu sering ". Ujar bibi.

Kita berdua sudah sampai di kostku . Sekarang bibi merebahkan tubuhnya di sampingku dengan terus bicara.

" Tunggu sampai ze punya cukup uang bi. Aku akan pulang ". Jawabku menatap langit2 kamar.

Aku mendengar helaan nafas berat dari bibi. Lalu dia memiringkan tubuhnya menghadap ku.

" Aku tidak yakin meninggalkanmu sendirian ze. Dan Dika. Dia masih di bandung ". Terang bibi khawatir.

Aku tersenyum melihatnya. Dia begitu baik padaku bibiku bukan hanya seorang bibi . Tapi dia sahabatku kakaku bahkan dia bisa jadi mamahku seperti sekarang.

Aku memeluknya dengan nyaman.

" Terimaksih, dan maafkan ze yang selalu bikin bibi khawatir maaf bi ". Lirihku dalam dekapan bibi.

" Cukup janji padaku, kamu tidak akan melakukan hal bodoh itu saja sudah cukup ze ". Ucap bibi mengusap rambutku.

Aku tau bibi menangis saat itu, aku melihat kehawatiran yang besar saat bibi menatapku .

  Maafkan keponakanmu yang bodoh ini bi...

Pagi berganti malam seharian full aku ditemani bibiku.. aku merasa jauh lebih baik dan aku juga selesai mengabari Dika tentang keadaanku.

Dia bilang lusa pulang. Dan pekerjaanya sudah selesai lebih cepat dari perkiraan dia.

Langit malam begitu indah... Banyak bintang bertaburan sejuknya angin malam menembus kulit tubuhku yang hanya terbungkus kaos putih polos dengan celana pendek berwarna hitam yang hanya sebatas pahaku saja.

Bibi sudah kembali ke Tangerang dengan kehawatiran yang besar untukku mungkin.

Dengan tenang dan damai aku menikmati malam ku ini di balkon kostku . Membiarkan angin malam mendinginkan suhu tubuhku .

" Mah... ze akan pulang. Dan menata kesalahan ze menjadi kebanggan mamah sama ayah. ze janji sepulang ze kalian adalah prioritasku ". Ujarku pada langit malam.

merasakan bahwa langit itu bisa mendengarkan semua ucapanku dan menyampaikannya kepada orang tuaku.

Lagi lagi air mataku menetes tanpa seizin ku. Bayangan menyakitkan dan penyesalan berputar di otakku lagi.

Makin lama rasa sesak ini semakin mencekik, aku hampir akan menggigit lenganku lagi .  Semua berubah begitu saja . Langit semula indah kini berubah menjadi gelap gulita.  Bintang2  hilang tertutup dengan awan gelap seakan paham dengan kondisiku saat ini.

Aku memukul dadaku dengan kuat agar rasa sesak itu hilang dan aku tidak ingin sepeti ini. Aku menangis sejadinya menahan semua emosiku ini agar logikaku berjalan.

Saat aku akan melakukan hal gila di atas balkon. Aku berusah mengontrol diriku dan fikiranku. Aku kembali menggigit lenganku kuat-kuat.

" Ze ! ". Suara bentakan itu tidak aku hiraukan. Aku menggigit lenganku yang sudah berdarah karna tusukan gigiku bercampur dengan air mata yang menetes mengenai darah di lenganku aku menangis dan meraung dengan mulut tetap mengigit lenganku melampiaskan sesak nafasku dengan gigitan.

Lengan kekar itu memelukku tanpa rasa jiji dengan darah yang mengotori bajunya. Dia terus berusaha membuatku tenang dan sadar akan apah yang aku lakukan.

" Stop sayang... Lepas oke .. aku disini ze.. aku pulang.". Suara berat itu. Suara lembut itu dan ada kekhawatiran sama seperti bibiku. Bahkan ini jauh lebih panik dan suara itu sedikit bergetar ntah karna takut atau apalah aku tidak paham.

firstborn childTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang