Lina sedang fokus pada jalan tol Jakarta Tangerang. Sedangkan aku zehra Andini menantap kosong luar jendela mobil.
Pikiranku berkutat dengan emosi. Kali ini kerinduanku akan terobati. Tanah kelahiranku, rumah yang aku tempati dulu, suasana kampung halaman, aku sangat merindukan hal sekecil apapun di kampungku ." Bi ". Aku menoleh pada Lina yang masih fokus pada jalanan.
" Hmm.."
Tidak ada jawaban lagi dan aku menatap lurus kedepan dengan bengong.
Lina menggenggam tangan aku seraya berucap ." Mereka juga menunggumu pulang, tenanglah ". Ujar Lina . Dan mobil keluar gerbang tol..
" Aku takut bi..."
" Tidak ada yang perlu di takuti. Tante pasti senang melihatmu pulang".
" Kalo ayah... Apah dia juga sama bi ". Dengan suara gemetar aku menahan tangis.
" Sama ". Tegas Lina
" Ayahmu juga sama dengan ibumu ze. Lupakan waktu itu jangan mengingat hal buruk jika itu menyakitimu, sekarang kamu kembali dan berubahlah tunjukan pada ayahmu kalo kamu hebat ". Jelas Lina meyakinkan keponakanya yang tidak lain adalah aku sendiri. .
Karna jarak Tangerang Jakarta tidak jauh. Maka tidak membutuhkan waktu seharian aku sampai di kampung halaman aku.
Suasana yang begitu aku rindukan. Senyuman tipis nampak terukir di wajah datar yang semakin tirus . Terlihat jelas bekas luka cakaran di pipiku leherku dan juga luka yang baru akan mengering bekas gigitan ku di lengan kanan.***
Saat ini aku berdiri tepat di depan rumahku. Aku kembali menatap bibiku dan dia mengangguk meyakinkan aku untuk mengetuknya.
Saat aku ingin mengetuk pintu, tidak lama pintu itu terbuka. Dan aku melihat adikku yang sekarang kelas 6 SD berdiri di depanku dengan baju yang rapih." Siapa mi ". Teriakan itu sangat aku kenal. Suara yang aku rindukan suara yang sangat aku ingin dengar setiap harinya. Suara yang begitu menengkan aku meski kadang suara itu melengking bak toa .
Mimi menoleh lalu melihatku sekali lagi. Dia tersenyum dan berlari.
" Maaahh... Kaka pulang ". Teriak Mimi lalu aku melihat bibiku ." Apah mereka akan menerimaku bi ". Tanyaku .
" Tentu. Kamu anak mereka jangan menanyakan hal bodoh di depanku ". Jawab Lina tersenyum hangat.
" Ze... ". Terdengar lembut namun banyak kesakitan dari suara itu. Aku menoleh dari arah suara yang memanggilku
Dengan hati yang begitu ngilu yang rasanya sakit seperti rasa sakit yang benar-benar sakit.
Aku menatapnya dan aku menangis di saat itu juga . Aku menatap mamahku . Aku tidak tau kata apah yang harus aku ucapakan terlebih dulu selain kata "maaf" aku menjadi anak paling gagal di dunia. Aku anak paling berengsek di dunia . Iyah ? Mamahku yang dulu berisi kini kurus tidak ada bedanya dengan badanku." Maahhh maafin ze maaf mah ". Aku ambruk di bawah kaki mamahku aku menangis memeluk kedua kaki mamahku . Demi tuhan tidak ada kesakitan yang seperti ini selain melihat orang tua kita yang berubah drasti dan itu akibat kita .
Ini seperti hukuman. Aku ingin mamahku membunuhku saja. Aku begitu tak termaafkan.
Anak macam apah aku ini. Saat kedua orang tuaku menyayangiku aku tergoda oleh kenakalan massa remaja .
Orang tua mana yang tidak sakit memliki anak pembangkang sepertiku .Mamahku menangis dengan pilu. Pantangan dalam hidupku tapi akulah yang membuat pantangan itu seperti pedang di daddaku. Menusuk hingga menembus tubuhku.
Kami hanyut dalam rasa rindu yang kian menusuk , aku bingung prasaan apa yang menimpaku. Sesak sakit perih itu bercampur jadi satu. Menyesal Iyah? Aku sangat menyesal saat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
firstborn child
Teen Fiction"Waktu adalah busur panah paling runcing dalam kehidupan"