Dari dulu, Jennie ingin mengabdi di Gereja milik keluarganya. Kakeknya membangun Gereja tersebut dan jumlah jemaatnya sudah sangat banyak sampai sekarang. Ini dikarenakan pada saat itu Kakek Jennie yang seorang Pendeta sangat suka mengulurkan tangannya untuk siapapun yang butuh pertolongan. Sehingga banyak orang yang menyukainya dan memuja kebaikan hatinya.
Hingga pada akhirnya Beliau jatuh cinta kepada seorang wanita yang juga sering membantunya dalam mengulurkan bantuan dari Gerejanya. Mereka pun menikah dan dikaruniai seorang anak perempuan (Ibunya Jennie). Tak lama setelah itu, Beliau menyerahkan segala urusan Gereja kepada teman dekatnya, yaitu Kim Du Ho. Kakek Jennie pun fokus dengan keluarganya.
Kakek Jennie meninggal ketika Jennie berusia 15 tahun. Jennie merasa sangat kehilangan, karena Beliau adalah panutan Jennie dalam kebaikan dan kemurahan hati.
"Jennie." Panggil Ibunya dari pintu kamar. Membuyarkan lamunan Jennie ketika melihat foto Kakeknya yang sedang memangkunya di sebuah restaurant. Saat itu Jennie masih berusia 8 tahun.
"Ah, iya Omma. Ada apa?"
"Aku kira kamu sudah siap."
"Oh, iya. Tunggulah sebentar Omma, aku tinggal membereskan apa yang akan aku bawa."
Omma melirik foto yang Jennie pegang, "Apakah kamu ingin membawa itu juga?"
Jennie menahan tawanya, "Bukan begitu, aku hanya mengenangnya."
Omma tersenyum, "Kalau begitu, aku tunggu di bawah ya."
"Nee..."
Jennie merapikan rambutnya. Dua bulan lagi dia akan berulang tahun yang ke-25. Apakah di usia itu adalah saatnya untuk melepas statusnya yang single? Jennie bahkan tidak pernah tertarik kepada siapa pun. Hidupnya dipenuhi dengan menolong orang. Berteman "dekat" dengan seseorang pun tidak pernah. Padahal seandainya dia sadar bahwa sangat banyak sekali yang ingin bersamanya. Termasuk Kai. Cucu dari teman dekat Kakeknya, Kim Du Ho.
Kai sangat terpikat dengan Jennie dari dulu. Bahkan sejak dari taman kanak-kanak. Namun Jennie tidak menganggap dirinya dekat dengan Kai. Meskipun mereka memang sering bersama di kegiatan Gereja. Mereka pun sering diterpa gosip pacaran. Tapi Jennie tidak memperdulikan omongan itu, karena dia merasa tidak ada yang perlu diurusi dari gosip-gosip itu.
Berbeda dengan Kai, dia sangat senang sekali jika orang-orang menganggap Jennie adalah kekasihnya. Dengan begitu, tidak ada yang berani dekat dengan Jennie. Terlebih lagi Kai adalah Ketua Remaja Gereja, juga banyak kelebihan lain di dirinya yang tidak bisa disaingi oleh siapa pun yang mendekati Jennie. Hanya saja, sering kali dirinya merasa kesal karena Jennie selalu menolaknya. Namun semangat Kai tidak pernah surut untuk mendapatkannya.
Omma melirik ke arah Jennie yang nampak melamun ke luar jendela mobil, "Sedang mencemaskan sesuatu?"
"Anni..." jawab Jennie singkat.
"Apa karena anak itu (Kai)?"
"Ada apa dengannya?"
"Dia selalu mengejar-ngejarmu, kan? Sehingga kamu selalu terlihat risih setiap ada dia."
Jennie menghela nafasnya, "Iya, sedikit. Tapi itu masih bisa diatasi, Omma."
"Apakah tidak ada yang menarik hatimu, Jennie-ah?"
Jennie menoleh ke arah Ommanya, "Apakah Omma ingin aku segera menikah?"
"Hahahaha! Waeyo? Kamu tidak ingin menikah?"
"Anniya... aku bahkan tidak tahu apakah dengan menikah, aku masih bisa merasakan hal-hal seperti ini."
Omma mengerutkan keningnya, "Merasakan apa, Jennie?"
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE ALL OF YOU
RomanceLisa tetap menyukainya, meskipun berkali-kali kehilangan kontak. Jennie yang gamang dengan perasaannya kepada Lisa, sedikit demi sedikit merasakan kupu-kupu di dalam perutnya setiap dia bersama Lisa. [COMPLETED] JENLISA STORY 💗🌈🌏