⚠️ JANGAN MANDANG ANGKA BARU PEMULA BIASA BELUM BANYAK YANG BACA. KALO ANTUM BACA DAN BANTU PROMO NANTI JUGA BAKAL BANYAK KALI⚠️
"Gue emang nggak diizinin tuhan ya buat bahagia,"
-Rembulan Asera Leisha
"Asumsi lu salah, lu bahagia kok. Gue yang baka...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Drama lagi!"
Bintang merebahkan badannya ke sandaran sofa. Hartawan hanya geleng-geleng kepala.
"Bintang, sampai kapan kamu akan seperti ini?" Bintang memejamkan matanya di sandaran sofa. Lelah rasanya, bibirnya terasa perih akibat dari tinju yang diberikan Arga.
"Sampai kapan kamu akan menyembunyikan status mu sebagai keluarga Ganendra?" Hartawan mendekati anaknya yang sedang bersandar di sofa. Ia duduk di samping Bintang. Acuh, seperti itulah tanggapan dari Bintang. Tidak peduli akan pertanyaan dari Kepala sekolah sekaligus ayahnya itu.
Hartawan mengelus lembut rambut Bintang. Lalu beralih menatap bibir Bintang yang mengeluarkan darah segar. Mungkin itu akibat perkelahian tadi. Hartawan memegang bibir anaknya, membuat Bintang mengadu kesakitan.
"Sshh sakit yah,"
Hartawan tersenyum, sudah lama anaknya tidak mengadu seperti itu kepadanya. Ia sangat sayang kepada anaknya. Dulu Bintang sangatlah patuh kepadanya dan menjadi kebanggaan tersendiri untuknya. Tapi sekarang berbeda, Bintang yang sekarang penuh dengan kenakalannya. Membuat ayahnya sendiri kewalahan menghadapi dirinya.
"Kalo kamu tidak mengakui bahwa kamu adalah keluarga Ganendra, semua siswa disini akan protes, mereka akan bilang ayah tidak adil. Karena ayah melakukan ini karena kamu anak ayah," Bintang mendongak tatapan ke arah ayahnya. Senyum tipis, itu yang ia lihat dari ayahnya itu.
"Belum sekarang," Jawaban singkat dari Bintang, berhasil membuat Hartawan tercenung mendengarnya. Ia sangat sedih, sampai kapan anaknya akan menutupi bahwa ia adalah ayahnya Bintang?
"Ayah tau, Bintang belum siap. Bintang minta maaf sama ayah." Bintang berkata asal. Ia tidak tahu apa yang telah ia ucapkan. Perasaan iba dan kasihan ia tidak punya itu. Hanya saja tatapan dari Hartawan seperti membuatnya harus meminta maaf.
"Bintang mau ke kelas dulu," Bintang berjalan meninggalkan ayahnya sendirian.
Bayangan Bintang yang sudah menjauh, seketika air mata Hartawan turun begitu saja. Ia sangat merindukan Bintang yang dahulu. Bintang yang selalu manja kepadanya. Bintang yang selalu meminta ini itu kepadanya. Bintang yang menangis di pakuannya dan Bintang yang menjadi penerang saat ia jatuh.
Tapi sekarang berbeda, Bintang yang dulu sudah hilang sejak kejadian yang membuat nyawa orang tersayang Bintang melayang. Membuatnya sangat trauma. Sehingga lahirlah seorang Bintang yang baru, Bintang yang tidak punya hati dan perasaan. Hanya mementingkan logikanya daripada perasaan. Dan yang terpenting 'dendamnya belum terbalaskan'.
***
Sekarang Arga berada di UKS. Sesuai perintah dari Bapak Hartawan tadi, ia pergi ke UKS untuk mengobati luka di bibirnya. Arga mengadu kesakitan saat seorang siswi yang bertugas sebagai PMR itu tidak sengaja memegang bibirnya yang terluka.