⚠️ JANGAN MANDANG ANGKA BARU PEMULA BIASA BELUM BANYAK YANG BACA. KALO ANTUM BACA DAN BANTU PROMO NANTI JUGA BAKAL BANYAK KALI⚠️
"Gue emang nggak diizinin tuhan ya buat bahagia,"
-Rembulan Asera Leisha
"Asumsi lu salah, lu bahagia kok. Gue yang baka...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Flashback on
Srek!
Perban yang membaluti luka di tangannya itu ditarik paksa oleh Linda membuat Bulan mengadu kesakitan. Darah segar mengalir dari tangan Bulan.
"Sakit, mah," Mata Bulan memerah akibat menahan tanggis. Linda menginjak perban tersebut dilantai hingga tak berbentuk.
Linda menarik tangan kanan Bulan yang berdarah, "Awas kamu, kalo saya liat tangan kamu diperban saya buat lebih dari ini,"
Bulan mengangguk mengiyakan ucapan Linda. Linda menghempaskan tangan Bulan membuat Bulan hampir kehilangan keseimbangan.
Bulan berlari ke arah kamarnya. Dia mengunci pintu kamar dan menyandarkan tubuhnya di belakang pintu. Cairan bening berhasil keluar dari mata Bulan. Ia meratapi nasibnya yang malang. Karena Sisca sudah pergi kuliah, mamanya menjadi semena-mena kepadanya.
Bulan meraih bingkai foto yang berada dimeja belajar nya. Ia meratapi dua gadis di bingkai tersebut.
"Kamu jahat, Bumi. Hiks jahat," Bulan melemparkan bingkai foto tersebut hingga pecah. Bulan melipat kedua kakinya, menenggelamkan wajah. Bulan menangis terisak-isak. Sudah berapa kali mamanya memperlakukannya seperti ini. Batinnya sangat tersiksa dia butuh pelukan dari sang mama, bukan pukulan yang diterimanya.
Bulan mengangkat kepalanya. Mengelap air disekitar wajahnya. "Lo pasti bisa Lan, dikit lagi. Ayok jangan nyerah. Udah biasa, jangan nyerah. Dikit lagi ayok bisa," Ucap Bulan meyakini dirinya sendiri.
Bulan bangkit dari duduknya. Pusing, kepalanya sungguh pusing akibat melihat darah di tangannya. Iya, Bulan trauma dengan darah, melihat darah saja sudah membuatnya pusing. Bulan mencoba untuk berjalan mendekati toilet.
Bulan membuka air kran di wastafel, ia membasuh mukanya dan menatap wajahnya di cermin. Sudut bibir Bulan terangkat sedikit. Ia menertawai dirinya yang sudah seperti gembel. Setelah menertawakan diri sendiri, Bulan beralih menatap tangannya yang berdarah.
Bulan memberanikan diri memegang luka tersebut. "M-mmhh," Bulan menahan rasa sakit saat membasuh tangannya.
Bulan melirik ke arah jam, 07;15, sudah pasti dia akan terlambat ke sekolah karena bel akan berbunyi pada pukul 07;20 sedangkan perjalan menuju sekolah membutuhkan waktu yang lama.
"Gue harus sekolah!" Tekad Bulan. Ia mengambil kunci motornya. Langkah Bulan terhenti saat melihat ikon hijau di hp nya.