Taxianjun 1b

1.3K 93 2
                                    

"wanning...apa aku menyakitimu..."

"tidak.."

"tidak?"
Taxianjun menatap luka gigitan yang cukup parah di tengkuknya. itu tapak giginya, itu terluka cukup dalam, membiru dan merah bercampur, nampak menyakitkan.
Ia mencium luka di tengkuk chu wanning itu dengan lembut.

"......"
Chu Wanning agak terkejut,ia bergeser sedikit dan menoleh memandangnya.
"ada apa?"

"entahlah...apa aku bisa berubah....menjadi diriku yang dari masa lalu selamanya....atau aku harus tetap begini, menyakiti permaisuriku sendiri...."

Chu Wanning menghela napas.
"masa lalu atau sekarang kau adalah orang yang sama. kenapa memikirkan hal bodoh seperti itu?....aku....tidak sakit..."
agak terhenti ,ia menyentuh tengkuk leher belakang itu dengan jemarinya yang dingin.

"...aku bisa mengobatinya....jangan pedulikan hal kecil seperti ini"
ucapan dingin dan dia membalikan tubuh seakan tidak ingin melihat dirinya. Taxianjun diam dengan otak yang berputar tidak karuan.

"aku akan menyuruh orang menyiapkan obatnya, Yang Mulia ini akan mengobatimu setelah mandi."
kecipak air terdengar nampaknya pria tinggi itu memutuskan berhenti mengganggunya mandi.

Chu Wanning berendam lebih lama dari biasanya.
Walaupun tubuhnya terbiasa kuat dengan serangan-serangan ketika berkultivasi dulu, jika itu adalah serangan di ranjang maka dia akan jatuh sakit.
Dia memikirkan hadiah untuk Xue Meng dan Mei Hanxue , berencana turun gunung dan mencari barang yang sederhana sendiri.
Maka itu Chu Wanning berusaha meredam sakit dan berusaha cepat pulih.

dayang yang membantu hanya diperbolehkan memakaikan ia jubah, dan tidak boleh melihatnya mandi ataupun melihatnya dengan pakaian tipis. Jika taxianjun tau ada yang memandangnya maka matanya akan dicungkil di depan umum. Itu sempat terjadi beberapa kali.
Chu Wanning duduk di pinggir ranjang ,menggunakan kain tipis, ia akan tidur setelah semalaman dipaksa melayani taxianjun.
badannya sakit.
didepan nya ada kaca, ia melihat refleksi dirinya.
pucat, umur sudah memakannya, apa yang taxianjun sukai darinya. tubuhnya tidak menarik dan kurus, ada beberapa otot tidak besar ,tidak terlalu keras tapi itu cukup untuk membentuk tubuh seorang pria.
semakin berkaca semakin ia merasa jelek.
samar-samar bekas luka di lehernya terlihat.
Memikirkan taxianjun begitu peduli dengan luka di tengkuknya, Chu Wanning berusaha melihatnya, tapi itu sulit dan hanya terlihat sedikit.

cukup parah.
tapi ini sangat kecil dibandingkan luka-lukanya saat berkultivasi dulu.

ketika ia masih berusaha melihat lukanya, Tiba-tiba pintu dibuka dengan kasar ,itu taxianjun dengan dayang yang menunduk.
"Wanning....aku bawa obat"

Chu Wanning mengerutkan dahinya , jemarinya kurus dan panjang, turun dari leher ke bawah.
"Moran...?"
apakah kesadaran Moran sedang kembali?

Wajahnya terlihat panik dan gelisah ,ia menyimpan obat itu di meja dan berlutut didepannya,memeluk kedua lutut pria itu.
Dayang-dayang segera mundur dan pergi dari ruangan itu,takut kena hukuman.

pintu ditutup dan Kaisar itu masih diam di kakinya.
"shizun....apa aku yang menyakitimu? katakan!"

Chu Wanning menyentuh wajah pria itu. Ia merindukannya.
"tidak apa...ini luka kecil"

"tidak! shizun itu parah! aku tau apa yg kulakukan dengan tubuh ini. shizun maafkan aku"
ia membenamkan wajah di paha Chu Wanning.
belaian lembut di kepalanya itu hanya sedikit dosis yang bisa menenangkan hatinya.

"tidak ada yang menyalahkanmu kenapa minta maaf? anak bodoh"

"shizun!!"
Moran semakin memeluk kakinya itu erat-erat.
Lalu ia menoleh ke atas, matanya seperti anak anjing minta makan.

-FF 2ha- The Devil and His ShizunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang