Shizun and Mo Weiyu

1.6K 85 0
                                    

jika aku mengatakannya sekarang
dia akan pergi
lepas dari genggamanku yang semakin mencengkram sekuat tenaga.

aku tidak mau itu terjadi.
tapi egoku tidak sabar.
ingin mengejarnya, memaksanya, merasuk dalam hidup dan dirinya, menghancurkannya detik ini juga.
tapi lagi-lagi, aku takut membayangkan hal setelahnya.

bahwa ia akan pergi menghilang , dan tidak akan kembali lagi.
aku harus menahan diriku.
itu yang paling menyakitkan dan menyiksa.
menahan keinginanku sendiri ,berusaha menuntunnya bukan mencengkram dan menariknya untuk berada disisiku.

Chu Wanning...

sampai kapan aku harus menahan semua ini...
kepalaku sakit setiap kali memikirkan tentang kita.
bukan karena kita tidak bisa bersama, hanya saja dirimu terlalu dalam seperti laut gelap ,menyelampun tidak akan pernah terlihat dasarnya.
Apa yang akan kau lakukan , apa yang akan kau katakan , apa yang akan kau pikirkan dan rasakan , sehebat-hebatnya pembaca pikiran pun tidak akan mampu mengetahui apa isi pikiran dan hatimu.

Chu Wanning.....

"Wanning..."

" Apa katamu?! "

Mo Ran terkesiap dan melambaikan tangan sambil membenahi caranya duduk.
"ah..tidak, bukan apa-apa...maaf shizun...aku--"

"berhenti bergumam seperti orang bodoh."

Mo Ran memandang pria itu, menopangkan dagunya dan menghela napas dengan senyum terhias di pipinya.
"baik shizun...aku diam.."

Keheningan yang begitu menusuk hati tapi hangat dalam jiwa. Didepannya Chu Wanning yang ia cintai. Bagaimana bisa menahan rasa ingin membelai rambutnya yang hitam panjang itu.
Bagaimana bisa menahan hasrat untuk mencium keningnya ,pipinya, bibirnya.....

Sorotan mata itu menyeramkan seakan akan membunuhnya langsung di tempat, tapi bibir yang melengkung itu sedikit terlihat imut.
ketampanan yang luar biasa, Garis leher yang naik turun, begitu menggugah, ingin rasanya segera memakannya,menghisapnya,menjilati leher dengan jakun yang bergerak-gerak itu.
sangat maskulin...tampan....Chu Wanning...tampan sekali.

"Mo Weiyu!!"

"ah! ya! ya...ya..shizun aku.."

Chu Wanning menggelengkan kepalanya dan kembali mengerjakan alat-alat mesinnya.
Mo Ran menahan segala hasrat dan perasaannya seperti berputar dalam perutnya.
"Shizun..."

"diam. aku sibuk"

lagi-lagi hanya tersisa keheningan.
Mo Ran merasa sakit dan tidak puas. Sedekat ini seharusnya ia bisa meraihnya ,menariknya masuk dalam pelukannya,merasakan napas hangat nya di dadanya. Tapi bahkan memandangpun seakan menjadi dosa besar.

Hari semakin larut, tapi Chu Wanning masih belum selesai, Terkadang Mo Ran bisa melihat matanya berair, wajahnya mulai agak kuyu tapi tidak mengubah ketampanannya.
Mo Ran sendiri sudah menangis dan menguap berkali-kali.
Hening dan remang-remang.
Jika terus seperti ini , Dia akan cepat mati.
Karena orang sabar akan cepat mati begitulah hukum dunia.

"............"

Chu Wanning merasa terganggu dengan tatapan itu.
"Pergilah tidur, aku akan menyelesaikan urusanku dulu, tidak usah kau tunggui"

dingin.
Ucapan itu begitu dingin.
tidak peduli dan begitu kejam terdengar.

"...."

".....bawa selimutnya, kau boleh tidur disini....mungkin aku tidak akan sempat tidur"

mendengar itu Mo Ran kaget setengah mati.
"ti...tidur di...sini?...bersama...shizun?"

"bukan bersamaku, tapi tidur di tempat tidurku"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

-FF 2ha- The Devil and His ShizunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang