O4

1.1K 283 34
                                    

Jeongwoo sedang memakan sarapan bersama dengan kedua orang tuanya yang super sibuk. Meski sibuk, kedua orangtua Jeongwoo masih menyempatkan diri untuk sarapan dan makan malam bersama dengannya. Jeongwoo sangat senang melihat perlakuan yang dilakukan kedua orangtuanya ditengah kesibukan mereka hanya untuk membuat Jeongwoo tidak merasa kesepian.

"Jeongwoo kemarin kok gak sama kak Jeje?" Tanya mama Jeongwoo sembari memberikan telur ke atas piring Jeongwoo yang sudah berisi nasi goreng.

"Males," jawab Jeongwoo kemudian memakan makanannya dengan fokus.

"Kenapa? Kok kamu sama kak Jeje udah jarang main bareng sih?" Tanya mamanya heran.

"Perasaan dulu tiap hari Jeje atau kamu selalu main ke tempat satu sama lain," lanjut mamanya.

Jeongwoo menghela nafasnya berat, ia malas membahas masalah ini. Kenapa orang-orang terlihat sangat bingung atas perbedaan kondisi mereka saat ini. Apakah orang-orang tidak bisa untuk mencoba tidak peduli dan menanyakan hal ini padanya. Jeongwoo juga tidak tau, Jeongwoo tidak tau kenapa semuanya bisa berubah secepat ini. Jeongwoo juga bingung seperti orang-orang lain. Jadi tolong, berhenti tanyakan hal itu pada dirinya.

Iya, kalian nggak salah baca. Jeongwoo memang pernah menjadi orang yang tidak akan pernah terpisahkan bersama Jaehyuk. Orang-orang menganggap dimana ada Jeongwoo, maka di sana juga akan ada Jaehyuk. Mereka lengket satu sama lain.

Kalian bingung? Iya, sama Jeongwoo juga bingung. Karena itu Jeongwoo masih percaya jika diberikan makanan atau minuman basi oleh Jaehyuk, karena ia tau Jaehyuk tidak akan Setega itu. Tetapi, dia salah. Dan sekarang dia sudah lelah berhadapan dengan Jaehyuk.

"Pagi Tante, Pagi Om," suara sapaan yang khas itu menganggu pendengaran Jeongwoo. Ia ingin lekas makan dan meninggalkan tempat ini.

"Pagi Jeje, baru aja kami bahas kamu eh kamu nya udah datang. Mau makan dulu gak?" Tawar mama Jeongwoo.

"Ma, aku duluan ya!" Kata Jeongwoo sambil membawa piringnya menuju wastafel, padahal ia baru makan sedikit.

"Eh, eh jangan buang buang makanan dong. Diluar sana banyak orang yang nggak bisa makan, masa kamu yang masih bisa makan malah ngebuang buang makanan kayak gini. Ayok habisin!" Suruh mamanya, Jeongwoo cemberut dan kembali ke meja makan.

"Jeje makan gak?" Tanya papa Jeongwoo.

"Enggak usah Om, aku nungguin jeovan aja," Katanya dengan senyum yang sangat manis.

"Aku sama pacar aku," Ujar Jeongwoo, padahal ia tidak yakin Haruto akan menjemputnya. Yang pasti ia harus cari alasan dulu.

Kalian tau kan, Jeongwoo benar-benar sudah lelah dengan segala perlakuan Jaehyuk. Ia tidak ingin berhenti di jalan lagi, dan menempuh kurang lebih 15 menit berjalan kaki ke sekolah.

"Loh anak mama punya pacar?" Heran mamanya, Jeongwoo tersenyum sambil mengangguk.

"Loh kok nggak cerita?"

"Bohong Tan, jeovan mana punya pacar," Sahut Jaehyuk yang langsung mendapat delikan tajam dari Jeongwoo.

"Beneran ma," Jawab Jeongwoo. Mama dan papa Jeongwoo masih menatap anaknya penuh tanda tanya.

"Kirain kamu gak bakal punya pacar, atau kalau punya pacar ya mungkin kak Jeje," Kata papa Jeongwoo.

"Sembarangan! Aku punya pacar ya," Balas Jeongwoo kesal, ia tidak suka jika orangtuanya berbicara seperti ini. Bisa-bisa ia langsung di beri racun oleh Jaehyuk. Bahkan saat ini ia tidak bisa melihat respon yang diberikan Jaehyuk.

"Permisi buk, itu di luar ada pacarnya dek Jeovan," Tiba-tiba salah satu pembantu rumah tangga Jeongwoo datang dan memberikan informasi kepada mereka.

"Lah beneran?" Heran papanya.

Jeongwoo kaget, ia tidak menyangka kalau Haruto benar-benar akan menjemputnya pagi ini. Tapi, untung saja. Karenanya Jeongwoo tidak perlu berangkat dengan Jaehyuk dan menjawab pertanyaan orangtuanya yang berkaitan tentang ia dan Jaehyuk.

"Aku duluan ya, dadah!" Pamit Jeongwoo, tetapi langsung di tahan oleh orangtuanya.

"Papa mau lihat,"

"Mama juga mau,"

Jeongwoo melirik ke arah Jaehyuk yang sepertinya sedang kesal.

"Kenapa sih gak berangkat bareng gue aja?"

"Ngapain berangkat sama orang yang ninggalin gue di jalan," setelah berkata seperti itu Jeongwoo segera meninggalkan Jaehyuk sendirian.


"Arunika Tante," Itulah yang Jeongwoo dengar saat ia baru saja sampai ke tempat papa dan mamanya yang ternyata sudah bersama Haruto.

"Ya ampun ganteng banget, kok mau sama Jeovan sih?" Kata papanya, sedangkan mama Jeongwoo disampingnya terlihat bingung.

"Jeovannya lucu Om," jawab Haruto. Sepertinya ia sedang salah tingkah? Atau hanya perasaan Jeongwoo saja.

Tapi— Haruto baru saja bilang bahwa ia lucu kan? JEONGWOO LUCU??? oh my God, jantung Jeongwoo rasanya akan merosot.

"Udah berapa lama pacarannya, kok Jaeovan nggak pernah cerita sih,"

"Udah dua tahun Om, tapi sebelumnya kami emang komitmen buat sama sama diem-diem aja om. Maaf baru bisa nyamperin ke rumah om,"

"Iya pa, Aru banyak fansnya," Sahut Jeongwoo. Entah kenapa tetapi perkataan itu timbul begitu saja untuk memperkuat argumen Haruto.

"Ya ampun, gak papa. Jagain anak saya ya, Aru,"

"Siap om," katanya sambil tersenyum. Manis banget, Jeongwoo rasanya akan meleleh.

"Astaga!" Ujar mama Jeongwoo tiba-tiba

"Kenapa ma?" Heran Jeongwoo.

"Wajah kamu tuh familiar banget, mama kayak kenal. Eh bukan kayak, mama yakin mama pernah ngeliat kamu atau orang yang mirip banget sama kamu," Ujar mama Jeongwoo heboh.

Haruto tersenyum, "Waduh, mungkin kita pernah nggak sengaja ketemu atau mungkin wajah saya memang pasaran, Tan," jawabnya sambil tertawa.

Mama Jeongwoo masih memasang wajah berpikir keras.

"Ma, aku sama Aru berangkat ya. Dadahhh!!" Pamit Jeongwoo sembari menyalimi tangan kedua orang tuanya. Haruto mengikuti nya di belakang.

"Loh kak Jeje tadi kamu tinggalin dimana?" tanya mamanya, Jeongwoo mengendikkan bahunya tidak peduli.

Setelah itu Jeongwoo menarik tangan Haruto agar segera pergi sebelum Jaehyuk datang lagi dan menahannya.

Jeongwoo tidak membenci Jaehyuk, tidak akan pernah bisa. Ia benar-benar hanya lelah, bukan yang lain.

"Udah sarapan kan?" Tanya Haruto sembari memberikan helm yang berbeda dengan helm yang kemarin.

"Loh helm nya kok beda?" Tanya Jeongwoo heran.

"Mulai sekarang ini khusu buat kamu. Jadi udah sarapan?"

Perkataan Haruto sukses membuat wajah Jeongwoo memerah, ia malu. Haruto benar-benar membuatnya baper dan semakin mencintai Haruto semakin dalam. Ia takut nyaman dengan keadaan saat ini. Ia takut tak bisa merelakan Haruto pergi menjauh. Ia takut, mengharapkan hal yang seharusnya tidak ia harapkan.

"Udah, kamu udah?" Tanya Jeongwoo.

"Udah kok, langsung ke sekolah aja kau gitu ya. Pegangan," Jeongwoo meletakkan tangannya di besi yang ada di belakang.

"Loh gak jadi pegangan?" Tanya Haruto

"Ini udah kok," Jawab Jeongwoo.

"Kemana?" Tanya Haruto lagi.

"Ke belakang,"

Haruto melihat ke arahnya dan berkata, "pegangannya ke pinggang aku aja, kalau di sana juga rawan,"


























Oke, makasih buat yang udah baca dan ngasih vote comment. Itu berguna banget loh buat nambahin semangat semua author.

Oh iya, kalau kalian punya kritik dan saran kalian bisa ketuk DM aku atau komen juga bisa biar aku bisa baikin. Makasih.

ARUNIKA • HajeongwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang