“Gak ke kantin?” pertanyaan Wonyoung membuyarkan lamunan Jeongwoo.
"Enggak," Jawabnya singkat. Ia memilih membuka buku pelajarannya yang masih terletak di atas meja dengan asal-asalan.
“kepikiran yang tadi ya?” Tanya Wonyoung yang sedang memasukkan bukunya ke dalam tas. Jeongwoo tidak menjawab pertanyaan Wonyoung, ia masih sok sibuk dengan membuka buku-buku sembarangan.
"Jeovan, jangan di pikirin lagi. Nggak sekali dua kali Lo kayak gini. Jangan insecure Van." Katanya, ia mengusap punggung lelaki di sampingnya.
"Ih apaan sih, gue gak papa." Jeongwoo melepaskan tangan Wonyoung dari punggungnya.
"Dih dasar manusia."
"Cukup dengerin dan inget perkataan yang baik-baik. Contohnya dari cewek cantik yang punya nama Mita." Lagi-lagi Wonyoung membawa Mita dalam pembahasan mereka.
"Cewek cantik itu memuji Lo seakan-akan Lo adalah orang paling sempurna di dunia ini. Gue kadang suka merinding kalau dengar seberapa besar Mita muji lo." Ungkap Wonyoung.
"Gue kangen Mita." Ujar Jeongwoo pelan.
“Siapa yang nggak kangen sama orang kayak dia Van?” Ucap Wonyoung sambil menyeka air matanya.
"Nangis ya Lo?" ucap Jeongwoo sambil tertawa, percayalah hal ini ia lakukan untuk menghilangkan perasaan sedih yang sedang ia tahan agar tak jatuh dan berubah menjadi air mata.
"Diem Lo! Gue kantin ya," pamit Wonyoung.
Sepeninggalan Wonyoung, Jeongwoo menutup bukunya dan menutup wajahnya dengan tangan. Ingin rasanya Jeongwoo menangis saat ini juga. Karena demi apapun, saat ini pikirannya dibayangi oleh gadis cantik bernama Mita dan semua hal baik yang telah di lakukan olehnya untuk Jeongwoo.
"Buat Lo." Jeongwoo merasa sesuatu di pukul keatas kepalanya. Jeongwoo melirik siapa orang yang mengganggunya. Ah lelaki ini lagi, bukannya membuah senang malah membuat Jeongwoo semakin ingin menangis.
"Cengeng Lo, hapus tuh air mata." Lelaki itu melemparkan sapu tangan padanya. Roti yang tadi ia gunakan untuk memukul Jeongwoo juga ia letakkan di atas meja Jeongwoo.
"Ngapain nangis sih?" Tanyanya, Jeongwoo tidak membalas ia juga tidak mengambil sapu tangan yang dilemparkan tadi.
"Bukan urusan kakak!" Ucap nya.
"Tau kok." Jawabnya kemudian mengambil tempat di depan Jeongwoo. Ia memutar kursi sehingga dapat menghadap ke arah Jeongwoo.
"Lo jelek kalau lagi nangis," ucapnya, Jeongwoo mendengus malas mendengar ucapan kakak kelasnya ini.
"Woni bilang Lo dikatain sama fansnya Arunika ya?" Tanya nya, Jeongwoo mengalihkan pandangan nya agar tidak melihat wajah kakak kelasnya itu.
“Lagian sejak kapan sih Lo pacaran sama Arunika?” mengesalkan, lelaki ini tak mau diam barang sejenak saja.
“Lo nggak macarin dia karena dia mirip Adek gue kan?” pertanyaan lelaki itu mulai diucapkan dengan nada kesal.
“Kak Jeje bisa diam gak sih?” Lelaki bernama Jeremi yang duduk di depannya it tertawa.
“Gue kasihan aja sih kalau sampai Lo macarin Arunika karena mirip Adek gue?”
“Bisa gak sih sekali aja kak Jeje nggak ganggu aku? Dan jangan pernah sekali-kali bicara omong kosong kayak gini.”
“Dan, sejak kapan kak Jeje nerima Mita sebagai Adek kakak?” Ujar Jeongwoo sambil tertawa sarkas. Lagian ya, ia dan Haruto tidak benar-benar berpacaran jadi hal seperti itu tentunya tidak benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARUNIKA • Hajeongwoo
FanfictionHanya kisah tentang seorang lelaki biasa yang menjadi pengagum lelaki yang disebut sempurna bernama Arunika Warn : bxb