Awal

79 26 0
                                    

"Dalam undian kemarin kita mendapatkan lantai paling atas. Lantai yang akan di jadikan tempat tinggal bagi tuan dan nyonya Oh." Jelas Yoona tenang.

Ia berhenti sejenak, memperhatikan orang-orang yang kemarin merendahkannya kini tampak patuh mendengarkan penjelasannya. Meski ia masih bisa sedikit melihat raut tak suka dari beberapa orang.

Taehyung yang duduk di bagian tegah nampak terkesima dengan Yoona. Sendari tadi matanya tak bisa lepas dari sosok Yoona yang sedang menjelaskan hasil pertemuan dengan perusahaan Oh kemarin.

"Apa anda mengerti tuan Taehyung?" Tanya Yoona tiba-tiba. Hal itu membuat Taehyung gelagapan namun hanya untuk sesaat. Detik berikutnya ia kembali tenang. Tak memperdulikan tatapan karyawan lain yang duduk di samping kanan kirinya.

"Maaf sepertinya saya masih belum paham." Ujar Taehyung pura-pura merasa bersalah.

Yoona hanya menghela nafas kasar dan kembali menatap layar monitor di hadapannya.

"Seperti kataku tadi, ini akan menjadi kesempatan sekaligus mimpi buruk bagi kita."

"Jika kita bisa membuat mereka puas itu akan menjadi tiket emas menuju ke masa depan cerah namun sebaliknya jika kita membuat mereka kecewa katakan selamat tinggal pada pekerjaan kalian." Tegas Yoona.

"Jadi lakukan yang terbaik. Kalian punya waktu 3 hari untuk rapat selanjutnya." Ujar Yoona sebelum pergi meninggalkan ruangan rapat.

Menyisakan lima orang karyawan yang masih berada di tempat mereka masing-masing.

"Apa kalian tak berfikir ini aneh?" Celetuk seorang pria tinggi dan kurus yang terlihat paling muda di sana.

Ia dengan semangatnya berjalan ke depan dan menatap antusias pada keempat orang lainya yang menatapnya tak tertarik.

"Hey, ayolah apa kalian tak merasa aneh kita yang hanya perusahaan kecil bisa mendapatkan lantai yang penting dan diinginkan banyak orang." Ujar si pria yang bernama Jonny mengebu-ngebu.

"Kuberitahu pintar, penentuan lantai di undi. Jadi ganti kepintaranmu itu dengan rasa syukur atas keberuntungan kita." Ujar seorang wanita sarkas. Dari penampilannya memang si wanita tak terlihat ramah.

Pakaian rapi, rambut yang di gulung ke atas dengan rapi dan kaca mata. Ah, jangan lupakan make up yang ia gunakan menambah kesan kuat sekaligus menakutkan.

"Lantas coba berikan penjelasan kenapa kita yang perusahaan kecil bisa ikut berpartisipasi dalam tender kali ini." Bela Jonny tak menyerah.

Si wanita yang di ketahui bernama Tiffany tadi tak mengubris ucapan Jonny. Ia lebih memilih merapikan barang-barangnya dan bergegas pulang.

"Karena dalam pengumam di jelaskan bahwa semua perusahaan bisa ikut serta asal memenuhi syarat. Dan anggap saja karena kita anak perusahaan Oh kita mendapatkan poin plus." Ujar Wanita lain yang lebih tua sembari melangkag menuju pintu keluar.

"Aish, dasar kalian di butakan oleh kata kesempatan hingga tak menyadari mungkin saja itu jebakan."

"Terserah kau mau memikirkan apa tapi jangan lupakan tugasmu. Cari informasi sebanyak-banyaknya tentang istri tuan Oh."

"Terutama apa yang dia sukai." Ujar Tiffany yang kini berada di hadapan Jonny. Menatap serius Jonny yang nampak kesal.

"Dan, Taehyung tolong bantu Jonny. Aku tak yakin dia bisa menyelesaikan tugas dengan baik." Sebelum akhirnya Tiffany pergi dari ruangan itu.

"Haish, si nenek lampir itu seenaknya memberi tugas. Bagaimana kita bisa mendapatkan informasi tentang istri Oh Sehun yang bahkan mediapun tak bisa dapatkan."

LA VIE EN ROSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang