Kota Seoul, pusat dari pemerintahan Korea Selatan. Tak heran jika Seoul menjadi tempat terpadat di Korea Selatan. Bahkan jika Seoul di sebut sebagai kota termaju di Korea Selatan hanya segelintir orang yang berkata tidak.
Dengan gedung-gedung tinggi nan megah yang hampir di temui di setiap sudut kota. Dan hal-hal lain yang mungkin hanya akan di temui di Seoul, ibu kota negara Korea Selatan.
Di salah satu gedung tinggi nan megah, tepatnya di ruangan yang terdapat papan bertuliskan CEO di depan pintunya. Dan di sanalah seorang Leriana berada.
Menunduk takut pada orang yang kini sedang marah padanya dari balik meja di mana terdapat papan bertuliskan CEO Kim Suho tepat di atasnya.
Berbeda dengan saat di club malam. Yoona kali ini jauh dari kata seksi, tak ada pakainan terbuka, make up yang tebal ataupun rambut yang ia cat pirang.
Hanya seorang wanita dengan setelan formal biasa. Atasan kemeja lengan panjang berwarna biru muda dan rok cream selutut. Untuk rambut hitam panjangnya ia hanya mengucirnya ke atas. Dan untuk riasannya ia hanya menyapukan lipstik warna orange nude dengan sedikit blus on orange tipis di kedua pipinya. Terkesan sangat natural tapi membuatnya tampak lebih cantik di saat bersamaan.
"Keluar dari ruanganku sekarang! Dan ingat jika kau mengulangi kesalahan yang sama segera bereskan barang-barangmu dari sini!" Ancam sang CEO yang nampak masih muda untuk ukuran CEO sebuah perusahaan yang terbilang cukup sukses. Dengan penuh emosi ia menunjuk ke arah pintu keluar.
Yoona hanya mampu mengangguk pasrah dan dengan lemahnya ia berjalan meninggalkan ruangan laknat itu.
"Wah, wanita yang menyeramkan." Ujar Suho melihat kepergian Yoona.
"Hah~." Yoona menghela nafas lelah, setelah ia berada di luar ruangan.
Di luar ruangan terlihat banyak karyawan khususnya perempuan yang sedang bergerombol menatap Yoona tak suka sekaligus berbisik satu-sama lain, membicarakan Yoona.
"Apa gunanya berbisik jika aku masih sangat jelas mendengar apa yang kalian katakan." Ujar Yoona keras, cukup membuat karyawan cewek yang tadi berbisik segera kembali ke tempat duduk masing-masing.
Dan Yoona pergi begitu saja dari sana, kembali ke meja kerjanya. Tak memperdulikan tatapan tak suka dari karyawan perempuan yang ia temui sepanjang jalan.
. . . . . . . .
Kantin, tempat orang-orang mengisi perut mereka. Tempat yang paling di tuju kala waktu istirahat tiba. Hal itu berlaku juga untuk kantin perusahaan tempat Yoona bekerja.
Hey, memang siapa yang mau membuang kesempatan mendapatkan makan siang gratis di kala kebutuhan ekonomi terus menuntut. Begitu juga yang terjadi sekarang, meski penghasilan yang mereka dapat sudah termasuk lebih tapi tak mengurungkan niat mereka untuk ikut mengantri di kantin.
Namun dari semua meja dan tempat duduk yang sudah penuh hingga tak sedikit yang memutuskan menikmati makanan di meja kerja mereka. Ada satu meja dengan empat kursi di setiap sisinya yang di biarkan kosong ketika seorang wanita duduk di sana.
Bukan tak ada yang mau menemaninya atau mendekatinya. Hanya saja ia terlalu dingin dan tertutup untuk di dekati.
"Apa kau tak lelah makan sendiri terus?" Tanya seorang pria bertubuh sedikit gemuk pada seorang wanita yang sedang menikmati makanannya sendiri. Tanpa menunggu jawaban dari si wanita si pria duduk begitu saja di kursi kosong tepat di depan si wanita.
Si wanita hanya melirik sekilas sebelum kembali melanjutkan makannya.
"Yoong, berhentilah bersikap dingin seperti ini jika tak ingin jadi perawan seumur hidupmu." Ujar si pria dengan nada manis.

KAMU SEDANG MEMBACA
LA VIE EN ROSE
FanfictionWaktu, satu hal yang tak bisa kita predeksi. Tak ada yang mengira sebutir biji akan menjadi bunga mawar merah yang cantik. Namun seberapa cantik bunga itu tumbuh tergantung cara kita merawatnya. Sama halnya seperti kehidupan manusia. Tak akan ada y...