17. Nasi Goreng

7 5 0
                                    

"Makasih, Taevan," ucap aku saat sudah turun dari motornya.

Taevan tersenyum sambil mengangguk membalas ucapan aku dan tangannya yang mengusap rambut aku lembut.

Jujur saja aku masih salah tingkah dengan segala perlakuan manisnya padaku. Karena mungkin hubungan kami yang masih baru.

"Ya udah, masuk sana udah hampir gelap."

Aku mengangguk patuh dengan senyuman manis, dan sebelum aku benar-benar masuk aku memberanikan diri mencium pipi Taevan sekilas dan langsung masuk ke dalam begitu saja.

Karena jujur saja pipi aku memerah karena perlakuan aku sendiri. Aku yang menciumnya saja pipi aku sudah memerah, apalagi jika dia yang mencium aku. Aish aku ini berpikiran apa sih.

"Udah berani kamu, ya?" Taevan sedikit berteriak melihat aku yang berlari masuk karena malu.

Aku berbalik menatap Taevan yang masih diluar gerbang, dan melambaikan tangan aku padanya. Aku hanya berani menatapnya dari jauh, asal kalian tahu kalau pipi aku sedang merah itu sangat memalukan.

"Besok aku bakal jemput kamu!" teriak Taevan lagi lalu menyalakan mesin motornya.

Sebelum benar-benar pergi, dia melempar flying kiss padaku. Aku tersenyum malu melihatnya.

Aish, sudah cukup kamu buat aku tersipu malu Taevan!

Lalu aku bergegas masuk tanpa mau memikirkan bagaimana Taevan yang selalu membuat aku tersipu malu.

Saat sudah masuk rumah aku melihat Bang Yon yang sedang berkutik dengan peralatan dapur. Aku berjalan pelan mendekatinya lalu memeluknya tiba-tiba dari belakang.

Bang Yon sedikit tersentak, "kamu ini ya, El, abang kira kamu hantu yang sengaja jail meluk-meluk abang."

"Abang nyamain aku sama hantu? Jahat banget. Lagian emang ada apa hantu yang mau meluk Abang?" Aku mengerucutkan bibir kesal, seakan merajuk seperti anak kecil dan berakhir mencibir Bang Yon.

Bang Yon hanya terkekeh pelan mendengar jawaban aku.

Beginilah aku jika sudah bersama Bang Yon aku akan bermanja-manja dengannya. Aku menyayanginya seperti aku menyayangi kedua orang tua aku yang sudah tenang disana.

"Abang bercanda, kok. Sekarang kamu ganti pakaian sana, terus turun lagi ya buat makan malem."

Aku mengangguk patuh lalu hormat pada Bang Yon yang sedang terkekeh kecil melihat tingkah aku.

"Jangan banyak tingkah, cepet masuk atau abang buat kamu sakit perut karena ketawa?"

Lalu aku langsung berlari menaiki tangga dan masuk ke kamar. Tidak mau perut aku sakit karena Bang Yon yang akan menggelitiki aku nantinya.

***

"Mau mampir ke rumah aku?" tanya Taevan saat aku dan Taevan sudah sampai parkiran sekolah untuk pulang.

"Oke, mau." Aku mengangguk dan menaiki motor Taevan.

Lalu Taevan melajukan motornya menuju ke kediamannya.

Tidak lama aku dan Taevan pun sampai dan memasuki rumah yang kemarin aku masuki juga.

"Kak El!" Dira datang dari arah ruang keluarga dengan sedikit berlari lalu memeluk aku.

"Sebenernya kakak kamu, tuh, abang atau kak El, sih?" Taevan menatap Dira dan aku kesal.

"Lebih baik aku milih kak El, dari pada bang Taevan yang cerewet plus jail." Dira menjulurkan lidahnya mengejek Taevan.

Annoying Boy✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang