6. Terbebas Dari Toilet

23 11 4
                                    


Saat ini aku masih diam tak berkutik dengan raut wajah kesal sekaligus lelah. Ya.. lelah karena terus berfikir cara untuk keluar dari toilet sialan yang mengurung ku ini. Ralat mengurung aku dan Taevan

Bagaimana dengan Taevan? Dia malah tengah memejamkan matanya tanpa memikirkan sama sekali cara untuk keluar.

Dan untuk sekian kalinya aku mendengus kesal melihatnya yang terlalu santai itu. Rasanya aku ingin memutuskan kepalanya jika saja dibolehkan. Aku sudah terlalu kesal padanya.

Aku juga sudah mengatakan padanya untuk mencari cara keluar dari sini, tapi selalu saja dia mengatakan untuk menunggu saja siapa tahu ada yang menolong. Aku berfikir, sampai kapan aku harus menunggu seperti ini. Banyak orang bilang menunggu itu tidak enak bukan? Ya, itu memang benar.

"Sampe kapan aku bakal terkurung disini sama cowok nyebelin ini," gumamku dengan nada yang putus asa mungkin?

"Udahlah lebih baik kamu diem aja," sahut Taevan masih dengan matanya yang terpejam.

"Aku gak ngomong sama kamu!" jawab aku sinis.

"Ya udah," sahutnya.

Lagi-lagi untuk sekian kalinya aku mendengus kesal. Aku bisa saja meminta tolong pada Zeline atau Bang Yon melalui ponsel, tapi sayangnya ponsel aku mati karena pagi tadi lupa untuk men-chargenya.

Aku juga sebenarnya ingin sekali menyuruh Taevan untuk menghubungi temannya atau siapa saja yang dikenalnya untuk menolong agar keluar dari tempat ini. Tapi rasa gengsi ku begitu besar dan aku tidak mau menyuruhnya. Tapi apa salahnya mencoba bukan?

"Taevan," panggilku. Dan dia menjawab dengan gumaman.

"Gimana kalo kamu coba hubungi seseorang uー"

"Gak ada sinyal," sela Taevan.

Bahuku merosot begitu saja saat mendengar jawabannya. Baiklah kalau begitu berarti aku harus menunggu entah sampai kapan bersama pemuda yang menyebalkan ini.

***


-Author Side-

Zeline berkeliling ke seluruh penjuru sekolah untuk mencari keberadaan sahabatnya itu, Elvina. Ia menyesal tidak mengantarnya tadi.

"Dimana dia?" gumam Zeline sedikit frustasi.

Dia sudah mengecek toilet tapi tidak ada jawaban sama sekali dari sana, kalau sudah begini dia harus bicara apa pada Bang Yon jika Elvina menghilang begitu saja seperti ini. Dia meremas rambutnya frustasi.

Apa dia coba mencari Elvina di toilet lantai 2 saja? Baiklah apa salahnya mencoba bukan.

Tapi harapannya pupus saat dilihatnya toilet dilantai dua kosong. Lalu dia harus kemana lagi?

"Sedang cari apa, nak?" tanya petugas kebersihan yang tidak sengaja lewat didepan Zeline.

"Ah itu tadi sahabat aku mau ke toilet, tapi setelah aku cari dia ternyata gak ada," jawab Zeline dengan nada yang frustasi.

"Dia gak pergi ke toilet lantai 1, kan?" tanya petugas itu memastikan.

"Aku gak tau, emangnya kenapa?"

"Pintu toilet di lantai 1 rusak," jawab petugas itu.

Seketika aku berfikir keras, apa mungkin Elvina terkurung disana? Tapi tadi dia tidak mendengar ada sahutan sama sekali, atau telinganya saja yang tidak beres?

"Ya udah, saya permisi," ucap petugas itu sambil ingin beranjak pergi tapi Zeline menahannya.

"Tunggu."

"Ya, ada apa lagi, nak?"

"Bisakah antarkan saya untuk mengecek toilet di lantai 1?" tanya Zeline sedikit ragu.

"Nggak masalah, ayo."

***

-Elvina Side-

Mungkin sudah 1 jam aku dan Taevan terkurung di toilet terkutuk ini. Sungguh hal yang tidak terduga bagiku terkurung dengan Taevan.

Aku selalu berharap ada yang menolong, karena pikiran ku sudah lelah untuk mencari cara. Dan aku lebih memilih pasrah, entah sampai kapan aku ada disini.

Saat aku sedang menatap lantai di depanku dengan tatapan kosong, aku mendengar suara kunci yang berusaha dibuka. Seketika wajahku sumringah dan segera berjalan menuju pintu yang terkunci.

Dan detik berikutnya pintu akhirnya terbuka dan menampakkan sahabatku Zeline dan petugas pembersih.

"Zeline!"

"Elvina!"

Ucapku dan Zeline bersamaan lalu aku memeluk Zeline erat.

"Are you oke?" tanya Zeline sambil menatapku khawatir. Akupun hanya bisa mengangguk karena terlanjur senang bisa keluar dari toilet terkutuk itu.

"Gimana kalian bisa terkurung disini?" tanya petugas itu.

"Ini semua salah dia," tunjuk aku pada Taevan yang mungkin sudah tertidur.

"Kamu terkurung bersama dia? Gimana bisa?" tanya Zeline heran.

"Bakal aku jelasin nanti," jawab aku lalu menarik tangan Zeline pergi dari sana tapi langkah ku kembali terhenti.

"Kalo bisa jangan bangunin dia lagi, biarin dia terkurung disana terus," kataku pada petugas itu sambil menatap Taevan yang dengan enaknya tertidur.

"Kamu kejam banget," gumam Zeline menatap aku.

"Udahlah ayo kembali ke kelas," ajak aku sambil kembali menarik tangan Zeline.

"Jelasin sama aku," ucap Zeline saat kami sudah sampai di kelas.

Aku pun menjelaskan secara detail pada Zeline bagaimana aku bisa terkurung di toilet bersama Taevan.

"Bodoh," maki Zeline saat aku sudah selesai menjelaskan. Tapi makiannya diakhiri kekehan kecil.

"Kamu ngatain aku bodoh?! Enak aja," gerutu aku tidak terima.

"Ya kamu bodoh, aku udah bilang, kan, biarin aku nganter kamu tapi kamu keras kepala dan gak mau nurut sama aku," omel Zeline sambil berkacak pinggang.

Sebenarnya sahabat aku ini tidak secerewet itu, tapi jika ia sudah khawatir muncul lah sifat cerewetnya padahal dia pribadi yang dingin dan cuek.

"Ya.. aku salah," jawabku menunduk sedikit bersalah.

"Pulang nanti kamu sama aku kalo abang kamu gak bisa jemput," ucapnya lalu mulai memasang earphonenya.

***

Bel pulang sudah berbunyi 5 menit yang lalu dan aku sedang berjalan di koridor menuju gerbang tapi pandangan aku tidak sengaja melihat Cia.

"Cia!" panggil aku lalu dia menoleh padaku.

"Hai, El!" sapa Cia juga sambil tersenyum ceria.

"Lama gak ketemu, padahal kita satu sekolah," kataku sambil tersenyum kecil.

"Haha, bener juga," sahut Via tertawa canggung.

"Ah iya, ini kenalin sahabat aku, Zeline namanya," ucapku sambil menunjuk Zeline yang berdiri di samping aku.

"nama aku Fabricia, panggil aja Cia," kata Cia sambil mengulurkan tangannya pada Zeline. Tapi uluran tangannya hanya ditatap datar saja oleh Zeline.

"Zeline," balas Zeline tanpa membalas uluran tangan Cia.

Memang Zeline orang yang seperti itu, jika dia bertemu dengan orang baru maka sifatnya akan dingin.

"Ya udah, aku duluan, Cia," ucapku pada Cia sambil tersenyum lalu pergi pamit meninggalkannya.

To be continue...


Revisi 20-07-2021

hello all!
ayo jangan lupa ya untuk vote & komentar di cerita ini, tolong hargai author,
sekian dari Fee, terima kasih.

Annoying Boy✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang