4. Sepupu Taevan

37 11 3
                                    


Akhirnya setelah aku berdebat dengan Taevan, aku pun pulang berjalan kaki dan menghiraukan rasa perih di lutut ku yang masih lecet.

Dan aku pun sudah sampai didepan rumah dan saat itu juga Bang Yon baru saja datang dari kampus dengan mobilnya.

"Abang udah pulang?" tanya aku saat Bang Yon sudah keluar dari mobilnya.

"Iya, udah gak ada kelas," jawabnya lalu ingin masuk ke rumah tapi tiba-tiba berhenti dan kembali menatap aku.

"Ada apa, Bang?" tanya aku saat tiba-tiba saja Bang Yon menatap ku dingin.

"Ada apa sama lutut dan jidat kamu?" tanya Bang Yon dingin.

"Ah, i..ini tadiー"

"Jujur," tekan Bang Yon.

"T..tadi aku... jatuh, ya.. jatuh karena gak hati-hati pas jalan," jawab aku bohong agar Bang Yon tidak merasa khawatir.

"Jatuh?" tanya Bang Yon lagi dengan tatapan mengintimidasi.

"I..iya, bang," jawabku sedikit gugup ditatap seperti itu membuatku merasa ditelanjangi.

"Ya udah, ayo obati luka kamu dulu," ajak Bang Yon sambil menuntun aku masuk ke dalam rumah.

"Lain kali hati-hati," tegur Bang Yon sambil mengobati lutut ku.

"Iya, abang." Aku mengangguk.

"Oke udah selesai, sekarang kamu masuk ke kamer," titah Bang Yon sambil membereskan kembali kotak P3K yang digunakan untuk mengobati aku barusan.

"Baik, bang."

Lalu aku segera masuk kamar dengan sedikit tertatih saat berjalan menaiki tangga menuju lantai dua kamarku.

Saat sudah sampai kamar aku merebahkan tubuhku sejenak sambil memandang langit-langit kamar. Seketika pikiranku teringat pada kejadian saat aku ingin dicelakai oleh tiga orang pria tadi.

Dipikir-pikir, apa sifat aku pada Taevan tadi berlebihan? Tapi, menurut aku tidak karena dia yang selalu membuatku kesal terlebih dahulu.

Memang aku akui dia itu mempunyai paras yang tampan tapi tetap saja sifatnya itu yang membuat aku sangat jengkel.

"Aish! Kenapa aku jadi mikirin dia?" Aku bergumam lalu bangkit dari tempat tidur untuk membersihkan tubuhku yang terasa lengket.

***

"El, cepet bangun!" Teriakan Bang Yon dari luar kamar membangunkan tidur nyenyak aku.

"Iya, aku bangun," sahut aku lalu duduk sebentar ditepi kasur untuk sekedar mengumpulkan nyawa dan bergegas mandi.

"Kenapa abang bangunin aku sepagi ini?" tanya aku pada Bang Yon saat sudah duduk di kursi meja makan.

"Karena abang ada kelas pagi hari ini," jawab Bang Yon yang masih sibuk menyiapkan makanan untuk sarapan.

"Ayo aku bantu, bang," kataku saat melihat Bang Yon yang tergesa-gesa menyiapkan makanan.

"Terus apa hubungannya kalo misalnya abang ada jam kuliah pagi?" tanya aku dengan wajah bingung.

"Abang takut kamu gak bangun kalo bukan abang yang bangunin kamu," jawab Bang Yon.

Aku tersenyum kecil mendengar jawaban sederhana Bang Yon. Bang Yon memang hanya kakak sepupu aku, tapi melihat sifat perhatiannya membuat aku merasa seperti dia kakak kandung ku sendiri.

"Ya udah, ayo cepet sarapan," titah Bang Yon yang langsung aku anggukki.

"Terus nanti aku bakal berangkat bareng siapa, dong, bang?" tanya aku disela sela makan.

Annoying Boy✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang