Perasaan yang sungguh tidak dapat diketahui, membuat aku dan dia menjalin sebuah hubungan yang erat. Dari aku dan dia menjadi kita.
≈≈≈≈✧≈≈≈≈
"El, ayo pulang sama aku."
"Ck, dia lagi," decak Zeline yang sedang memandang Taevan tak berminat.
Bagaimana tidak? Zeline berniat mengajak aku pulang bersama dan aku juga ingin mengajak Cia pulang bersama, tapi tiba-tiba Taevan sudah memegang tangan aku dan mengajak pulang bersama.
"Tapi aku niatnya pulang sama Zeline, Taevan." Aku memandang Zeline tidak enak, sedangkan Zeline masih menatap Taevan malas.
"Lain kali aja," kata Taevan.
"Aish, yaudah lah," kata aku pasrah lalu beralih menatap Zeline lagi.
"Kamu gak apa-apa?" Aku memandang Zeline tidak enak.
"Hmm." Zeline mengangguk.
"Aku duluan." Lalu Taevan menggandeng tangan aku keluar.
Saat ingin keluar kelas aku melihat teman Taevan, Vito.
"Vito!" panggil aku pada Vito yang akan melewati kelas ku.
"Untuk apa kamu manggil dia?"
Aku mengabaikan pertanyaan Taevan dan mendekati Vito yang sudah mengalihkan atensinya padaku. Mungkin dia merasa teracuhkan? Masa bodoh dengannya.
"Ada apa?" tanya Vito saat aku sudah sampai didekatnya.
Aku menggaruk kepala belakang ku yang tidak gatal, bingung ingin mengatakannya bagaimana. "Bisa gak kamu ajak Zeline pulang bareng?"
"Gak masalah, dengan senang hati," kata Vito dengan senyum manisnya.
Aku tersenyum merekah mendengar jawaban Vito, lalu aku kembali pada Taevan yang sedang memandang aku kesal(?)
"Ayo pulang." Aku menarik tangan Taevan menuju parkiran.
"Kamu ngomong apa tadi ke Vito?" tanya Taevan saat sudah sampai parkiran.
"Kamu ini pengen tau aja," sahut aku cuek.
"Jelas aku harus tau lah."
"Emangnya kamu siapa harus tau, huh?"
"Akuー" Taevan menghentikan ucapannya dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal terlihat seperti orang bingung.
Mungkin dia bingung ingin menjawab apa? Karena memang nyatanya begitu, kan? Dia siapa memang berhak bertanya?
"Udahlah ayo naik," katanya yang sudah menyalakan motornya.
"Kamu mau langsung bawa aku pulang, kan?" tanya aku sebelum naik ke motornya.
"Aku mau culik kamu terus buang kamu ke sungai," jawabnya acuh.
Bercanda kah? Sungguh tidak lucu.
"Gak usah bercanda," balas aku dengan raut wajah datar.
"Enggak, kita mau ketemu seseorang dulu."
Alisku mengernyit heran, "siapa? Terus untuk apa?"
"Udahlah ayo cepet naik dulu." Lalu aku menurut dan menaiki motornya.
***
Dan ternyata aku tahu dia membawa aku kemana. Rumahnya. Ya... dia membawa aku ke rumahnya, lagi. Entahlah mengapa dia membawa aku kesini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Annoying Boy✓
FanfictionTaevan itu menurut Elvina sangat menyebalkan, tapi itulah cara Taevan agar bisa dekat dengan Elvina. [end] *** ⚠️Perhatian⚠️ - cerita ini hanya karangan fiksi biasa. - pemain menggunakan nama lokal. - boleh mengkritik jika memang ada yang salah. - m...