Kirana's POV
Aku ngga tau. Mungkin chapter kali ini bakal panjang. Ada banyak banget yang pengen aku ceritain ke kalian. Tapi aku bakal berusaha bikin ceritanya singkat deh.
Ah, damn aku bahkan bingung musti mulai cerita dari mana. Oke mungkin dari sini aja. Pertama, aku kaget banget pas sepulang gath kemarin sore. Aku ngerasa ini semua berawal dari pertemuan Demon sama mas Raja dari Jogja waktu itu. Aku memang belum lama kenal Demon. Tapi Demon seperti bukan orang yang selama ini aku lihat. Sejak selepas pertemuan Demon dengan mas Raja, Demon bahkan pernah over power ke aku. Pembawaannya yang selama ini aku kenal tenang dan ngademin banget, berubah jadi cemas, gusar, dan feeling itu kerasa sampe ke aku (atau mungkin hanya aku yang ngerasain transfer feeling orang-orang di sekitarku). It makes me questioning sebenarnya apasih yang di obrolin mas Raja sama Demon malam itu. Trus lagi, tadi kami sempat bertemu mas Wishnu, tapi tanpa aba-aba Demon malah dan langsung mencengkeram krah baju mas Wishnu. Dari omongan Demon sih, aku menangkap kalau Demon ngrasa mas Wishnu ngikutin Demon sedari pagi. Aku merasa takut, cemas, dan tidak nyaman.
Anganku, ini adalah masa indah indahnya aku sama Demon. Karena buatku, hubungan kami juga masih seumur jagung. Tapi aku malah merasa asing tentang bagaimana sebenarnya Demon justru di saat i'm officially belong to him. Aku merasa keberadaanku bersama Demon tak memberi arti apapun bagi Demon.
Sepulang gath, aku bahkan mendapati hal yang cukup mengejutkan bagiku. Betapa tidak. Aku bertemu Ghea di parkiran. Yes, tepat! Ghea temen kerjaku yang pernah kuceritakan sebelumnya, yang so pinky girly (dan ternyata) kinky. Kenapa kinky? Kenapa mengejutkan? Mengejutkan karena aku melihat Ghea mengenakan choker. I know kalo belakangan choker udah jadi fashion style. But still, aku merasa sedikit bahagia karena aku merasa memiliki teman di jalur ini. Itupun kalau beneran Ghea menjadikan chokernya sebagai simbol, bukan fashion semata. Entahlah, I need to talk to her about this tomorrow. Daripada aku menebak-nebak yekan?
Selepas merasa cemas, takut, tidak nyaman, insecure tentang artiku bagi Demon, dan penasaran terhadap Ghea, sepulang gath tadi Demon put me back to my space, to be where I should be, to do what I should do; that is serving him. Demon mengajakku menginap di rumahnya tadi malam. He turned me on so high that I felt so good and couldnt hold anymore. Yang bikin sebel adalah, he stop it all and move out of the bed RIGHT EXACTLY when I was almost reaching my edge. Eeuuurgh. I hate it and love it at the same time. I tried my best to beg him. Kutangkupkan kedua tanganku di depan dadaku, kucium kakinya, aku berlutut di kakinya dan kupasang puppy eyesku, aku mencoba menggunakan saputangan kesukaannya, kulakukan apapun tapi ngga ada satupun permohonanku yang berhasil meluluhkannya. Tapi yang ada malah he pulled my hair and said that he would give me O when he sees that I deserve getting that as a reward of being his maid. Arrgh, doesn't he know that pulling my hair would just turn me on even higher!!
He turned me into a maid to clean up all the mess in her house last night. I loved being his maid last night. I believe i did my job quite well. Meski selama menjadi maid, aku lebih sering mengernyitkan dahi selama bebersih. Di sampah meja kerjanya, aku yang seharusnya hanya akan menemukan kertas-kertas atau berkas yang sudah tak terpakai, justru aku dibuat bertanya-tanya dengan adanya sobekan foto dan tulisan "NAD" yang disilang. Kalian ingat kan aku pernah menemukan kertas itu dimeja kerja Demon waktu aku akan berangkat ke Jogja dan mengambil koper merah Demon? Yes, bener, tulisan itu. Kenapa ada di sampah? Aku pikir itu terjatuh atau terkena angin namun saat aku menunjukkan pada Demon, beliau hanya melihat sekilas dan mengatakan "Buang!"
Demi apapun aku sebenarnya penasaran dengan sobekan foto yang baru saja kulihat tapi aku ngga punya keberanian untuk mencoba bermain puzzle dengan menyatukan sobekan-sobekan itu. Yang aku yakin pasti, ada bagian bahu bertato Nad di sobekan itu. Persis seperti yang kulihat di media sosial Demon waktu itu.
Kupikir kebingunganku akan cukup sampai di situ. Nyatanya waktu aku membersihkan sampah di kamar Demon, aku menemukan saputangan, parfum yang masih berisi separuh dan jam tangan. Jelas jelas bordir di saputangan itu artistik banget, kenapa dibuang?Terus lagi, awalnya kupikir jam tangan itu sengaja dibuang, tapi ternyata aku masih melihat jarum detiknya berjalan. Aku mencoba menunjukkan pada Demon tapi hanya satu kata yang sama yang dia ucapkan, "Buang!".
Masih kutemukan beberapa berkas di meja samping tempat tidurnya, tapi saat akan kuletakkan di meja kerjanya, dia hanya mengatakan "Buang semua!" Entah keberapa kalinya. Aku masih yakin kalau ini berkas kerja, jadi aku berlari kecil menghampirinya dan menunjukkan berkas tersebut untuk dia lihat sekali lagi. Dia melihat berkas yang kutunjukkan lalu melihat ke arahku dengan tatapan tajam. Oke, oke fine, aku tau arti tatapan itu. Jadi kuangkat kedua tanganku dan berbalik lalu membuang berkas-berkas tersebut. Eurgh padahal baru aja aku ngebayangin kalau dia bakal keganggu lalu we make love in that kitchen. Gimana ga mikjor* aja coba, he's damn so hot saat dia memasak sambil bertelanjang dada gitu. Ah dia mah mau pakai outfit apa aja pasti aku bilang hot 🤦🏻♀️. Bucin sih.
Entah karena dia merasa tugas bebersihku sudah selesai, atau menu yang dia masak sudah siap, dia memintaku datang menghampirinya dan menyuruhku mandi. Hampir saja aku memprotes karena larutnya malam, tapi tetap dia membuatku mandi juga.
We had candle lite dinner, a romantic one. I thought Demon is just another cold guy, tapi malam ini, dia menghapus perasaan tak berartiku. Lebih dari itu, aku merasa Istimewa.
"Sorry ya karena ngga ada meja makan jadi kita makan di lantai begini." Ujarnya sambil tersenyum.
"lho ini malah istimewa, DD. Baru kali ini Dee ngerasain makan romantis dilantai begini," jawabku dengan senyum yang seperti tak bisa berhenti tersungging dari bibirku lalu ikut duduk menghadapnya.
Dia menuangkan wine ke dalam gelas lalu dia berikan kepadaku. Kami cukup menikmati menu makan kami tengah malam ini sembari bercanda ringan.
"DD, mmm.. honestly.. I was thinking about wearing a maid apron the next time Dee nge-maid. Should we buy one?" Ungkapku di sela dinner kami.
"Ya ngga apa-apa sih, even sebenernya I prefer you to be nude. Dee mau nyari di market place atau mau dibikinin yang custom? Ingetku dulu ada temen yang nerima custom latex, apron, kostum cosplay dan semacamnya" jawabnya sambil menyuap makanannya.
"Mauuu" jawabku girang.
"Thank youuuu, pemilikku" lanjutku sambil menghambur ke arahnya. Meninggalkan makananku yang tersisa sedikit dan memeluknya. Aku benar-benar merasa memilikinya malam ini.
Pagi ini aku masih menikmati hangat selimut yang berbaur dengan aroma Demon. Hingga kurasakan ada gerakan yang membuatku terbangun, meski belum sepenuhnya membuatku membuka mata. Merasa masih nyaman, aku mencoba menggapai-gapai dimana Demon namun hanya hangat bekas tidurnya yang kurasakan. Sadar bahwa Demon sudah tidak ada lagi di sampingku, akhirnya kupaksa mataku membuka dan membuatkan teh untuknya. Hingga ada satu hal yang benar-benar menghantam kami pagi ini. Demon mendapat telepon dari kepolisian dengan menggunakan nomor Marsha. Pihak kepolisian mengatakan kalau Marsha saat ini sedang berada di Rumah Sakit. Yang sangat mengejutkan kami adalah saat kepolisian mengatakan bahwa Marsha mengalami penganiayaan. I know Demon sedang menjaga emosinya saat ini. Aku yakin Demon pasti lebih panik, marah dan khawatir tentang Marsha dari pada aku.
Aroma rumah sakit langsung menyambut kami begitu kami memasuki gedung rumah sakit. Sedikit berlari, kami bergegas menuju ke bagian informasi untuk menanyakan ruangan Marsha. Aku benar-benar cemas akan keadaan Marsha namun saat sampai di Rumah sakit, hanya Demon yang masuk ke ruangan Marsha dirawat sementara aku menunggu di ruang tunggu. Demon yang kemudian sibuk dengan pihak polisi akhirnya hanya mengantarku ke tempat kerja, sementara dia kembali ke rumahsakit menemani Marsha, meninggalkanku dalam perasaan campur aduk antara cemas, bingung dan khawatir. I have to pass this day with such a messy feeling like this.
God, what happened to Marsha? Siapa yang tega menyakiti Marsha? Apa salah Marsha kepada orang tersebut? "Tuhan aku tahu aku tidak terlalu dekat dengan-Mu. Tapi aku memohon dengan sangat lindungi Marsha dan jaga dia, selamatkan dia" pintaku dalam hati memohon untuk Marsha dalam cemasku. Aku tak sabar menunggu waktu pulang kerja untuk menemani Marsha di Rumah sakit.
[Haaalooowww.. my lovely readers.. duh aku speechless mau ngomong apa buat penutupnya. Hope you enjoy this chapter and feel the feeling I feel. Please kindly voment biar bisa semangat nambah chapter.. belom pengen end chapter soalnya.. thank you so much ]
KAMU SEDANG MEMBACA
Demon for Kirana (FINISHED)
Любовные романыProlog Kirana seperti merasa lelah menjalani kehidupan alternya. Dia seolah kehilangan rasa tentang jalur BDSM yang dulu dengan sangat antusias ingin dia geluti. Dia mulai merasa bahwa di sini bukan tempatnya. Dia pikir chemistry bisa dia bentuk sei...