Angle from Raja
Ini masih terlalu pagi dan aku sudah duduk bengong di kilometer nol Jogja. Duduk di bangku batu depan benteng Vredeburg. Ditemani sketchbook dan pensil aku menunggu Demon dan wanitanya. Seperti biasa dia selalu datang untuk merepotkanku. Entah apa yang dia butuhkan sekarang. Jalanan sudah cukup ramai karena ini adalah akhir pekan. Tampak beberapa bus pariwisata sudah mulai berdatangan.
Tak seberapa lama kulihat mobil merah berbelok memasuki benteng Vredeburg... itu Demon. seperti biasa dia selalu tampil dengan setelan rapi lengkap dengan jas dan dasinya. Disebelahnya ada gadis yang masih tampak asing buatku. Sepertinya partner baru si Demon.
"Ganti lagi partnernya?" tanyaku sambil tersenyum ketika Demon mengulurkan tangannya untuk menjabatku.
"Iya bang, masih gress hehehe," jawab Demon santai. "Oiya kenalin bang," lanjut Demon sambil mendorong si gadis itu mendekat padaku.
"Diandra," sebutnya pelan sambil menjabat tanganku.
"Gue Raja," jawabku.
"Ada apaan ne ngajakin ketemu pagi gini? Kan ntar sore bisa sekalian nongkrong bareng anak-anak yang lain?" tanyaku kepada mereka berdua.
"Nah itu dia bang, aku ada meeting di Kulon Progo jadinya ntar gabisa ikutan,"
"Trus?"
"Mau nitip dia hehehe... Ajakin si Diandra jalan-jalan donk bang sekalian biar dia ikut gathnya nanti. Daripada dia gabut nungguin aku meeting seharian."
"Cangkemmu lho mon Demon, jauh-jauh ke Jogja cuma buat ditinggal meeting kamu mbak, kok ya mau kamu sama yang kaya gini... menang dasi ama jas doank wkwkwkwkwkwk," jawabku sambil tergelak mengejek Demon. Kulihat Diandra hanya bisa tersenyum memandangi aku dan Demon bercanda.
"Beneran ini bang, aku minta tolong banget ini," sahut Demon lagi.
"Iye-iye tapi kalo balik ntar ga mulus jangan salahin gue lho ya."
"Aku percaya dirimu kok bang, aku tenang kalo dirimu yang bawa," imbuh Demon. tiba-tiba dia menyodorkan kartu debit kepadaku. Aku memandanginya sejenak lalu menerima kartu debit yang dia sodorkan kepadaku. Dengan senyum simpul kupatahkan kartu debit itu lalu memasukkan patahannya ke dalam saku Jas Demon.
"Kalo minta tolong ga kaya gitu caranya," bisikku ke telinga Demon lalu kutepuk jidatnya dengan selembar uang 20 ribu. "cukup kan buat ngurus atm baru? Sono gih tar telat meetingnya" imbuhku lagi.
Demon hanya tersenyum lalu berpamitan dan pergi. Dan sekarang aku bersama Diandra, seseorang yang sama sekali belum ku kenal, dan harus menghabiskan akhir pekan ini bersamanya. Awkward? Pastilah... tapi itu tak berlangsung lama. Sebentar mengobrol membuat kami mulai akrab.
"Udah sarapan?" tanyaku santai.
"Belum, tadi buru-buru dari hotel. Dibangunin trus buru-buru mandi langsung diajak kesini,"
"Cari sarapan dulu di depan beringharjo yuk, sekalian gue cari pinjeman helm. Kampret tu Demon ga bilang dari awal, kan gue ga bawa helm dobel" gerutuku sambil mengajak Diandra berjalan menuju depan Pasar Beringharjo. Di depan pintu pasar ada beberapa penjual makanan murah yang bisa untuk mengganjal perut kami sebelum melanjutkan perjalanan kami. Kutinggalkan sebentar Diandra yang sudah sibuk dengan pecel pesenannya untuk meminjam helm ke saudara yang buka lapak di dalam pasar. Ketika aku kembali, kulihat dia celingukan mencariku. Kusodorkan helm kepadanya.
"Mau kemana hari ini?" tanyaku sambil menariknya menuju parkiran.
"Aku ikut mas Raja aja, aku kan baru sekali ini ke jogja... Nggak tau mau kemana,"jawab Diandra polos.
"Yaudah ayo naek," ajakku sembari menyalakan si besi tua. Pagi ini kami mengarah ke utara. Tujuan pertama kami adalah kaliurang. Udara masih cukup segar dan perjalanan kami sangat lancar karena ini masih cukup pagi. Begitu kami sampai tugu udang, kami mengambil jalur kanan untuk menuju Telaga Putri. Sejenak kami menikmati suasana alam sembari menikmati jadah tempe dan sawo beludru yang kami beli di warung depan loket masuk.
"Sebelum Erupsi 2010 kita masih bisa jalan jauh ke atas lewat tangga -tangga itu," ujarku sambil menunjuk ke arah tangga-tangga batu.
"Lah emang sekarang nggak bisa?" tanya Diandra sambil duduk menikmati sawo beludrunya di ayunan.
"Sekarang medannya jadi jauh lebih susah karena beberapa tangga diatas rusak,""Sayang banget ya, padahal pasti bagus banget di atas sana,"
"Iya," jawabku sambil beranjak menuju penjual cemilan lalu membeli sebungkus kacang untuk memberi makan monyet-monyet liar yang berkeliaran.
"Banyak ya monyet liarnya," lanjut Diandra sambil mendekatiku lalu ikut memberi makan kawanan monyet yang ada di depan kami. Aku hanya mengangguk pelan sambil melihat jam di ponsel . kulihat ada notifikasi pesan dari Demon.
Bang tolong nanti Diandra dianter ke hotel jam 9 ya.
"Ok" balasku singkat. Kubiarkan Diandra yang tengah asik selfie dan mengeksplorasi semuanya. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 10.15, matahari sudah mulai menunjukkan kehangatannya ke seluruh makhluk. Perjalanan kami pun berlanjut. Dari telaga putri kami mengarah ke Ullen Sentalu yang masih di kompleks Kaliurang. Aku sengaja men-skip goa Jepang yang sebenarnya hanya di sebelah Telaga Putri, sayang bila tenaga dan stamina Diandra habis di Kaliurang karena masih banyak yang masih harus dikunjungi.
Begitu sampai Ullen Sentalu kami segera membeli tiket dan bergabung dengan rombongan yang bersiap masuk dengan arahan seorang guide. Di dalam kami banyak mendapat penjelasan tentang keluarga Dinasti Mataram dan beberapa koleksi barang antik dan batik. Begitu banyak penjelasan menarik tentang sejarah kesultanan dan juga tentang filosofi motif batik. Di sana kami juga disuguhi minuman awet muda khas keraton. Diandra begitu fokus dengan penjelasan guide, mungkin dia memang tertarik dengan sejarah. Hampir satu jam berlalu dan kami sampai di titik terakhir dari museum. Dan hanya di situ para pengunjung boleh mengambil foto selfie. Lagi-lagi Diandra berpose dan mengambil foto dengan ponselnya. Begitu Diandra selesai dengan selfienya, kugandeng tangannya dan mengajaknya untuk keluar dan menuju parkiran.
"Masih mau lanjut ato udahan?" tanyaku begitu sampai ke parkiran.
"Lanjut donk, mumpung masih panjang kan waktunya?" jawab Diandra sambil tersenyum dan memakai helm.
"Oke, kita cari makan sekalian ya?"
"oke" jawab Diandra lalu bergegas membonceng dan kami bergegas ke tujuan kami berikutnya.
Matahari sudah terik ketika kami melaju kembali menuju kota. Di perjalanan kami berhenti sejenak untuk makan siang di warung mi ayam ceker langgananku di daerah Kentungan. Sembari makan kami sedikit berbincang tentang Demon.
"Mas Raja udah lama ya kenal ama Demon?" tanya Diandra. Aku hanya tersenyum dan mengangguk sambil terus mengunyah suapan mi yang sudah terlanjur masuk ke dalam mulutku.
"Lha kamu sendiri gimana?udah lama kenal dia? Kalian partneran ya? Kok itu collar ada dilehermu" tanyaku balik sembari meminum es jeruk tawar.
Halo halo halo gak nyangka gue dapet panggung disini. Biar kentang gue putus ceritanya disini dan simak di chapter berikutnya yak wkwkwkwkwk. Oh iya mampir-mampir donk di tulisan gue... ada Aku Prabu dan Dalam Gelap. Oh iya gue juga baru mulai nulis ni cerita horror thriller tapi di platform sebelah judulnya Mati Rasa. Yang punya akun novelme silakan mampir ya di "MATI RASA" oke epribadi sekian dulu dari Pratalinside salam HAKDEZZ!!! Tararengkyu buat Kirana dan Demon yang ngasih space buat ngiklan dimari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Demon for Kirana (FINISHED)
RomansaProlog Kirana seperti merasa lelah menjalani kehidupan alternya. Dia seolah kehilangan rasa tentang jalur BDSM yang dulu dengan sangat antusias ingin dia geluti. Dia mulai merasa bahwa di sini bukan tempatnya. Dia pikir chemistry bisa dia bentuk sei...