Kirana's POVSekitar 3 hari yang lalu aku mendapat broadcast dari Marsha kalau lunch-gath bulanan bakal diadakan hari ini. Lokasinya akan dia kirim share loc saat acara, which is nanti sekitar waktu makan siang. Saat itu juga aku segera check jadwalku dan thank God ternyata aku kebetulan off. So I said yes to her. You know what, aku kangen Demon. I miss him. I miss his smirk. I miss his whisper on my ear. I miss his punishment. I miss his ropes on my body. I just miss everything about him. Aku harap nanti dia ada.
Meja kamarku masih rapi seperti biasanya. Aku menyebutnya table-of-whatever. Haha. Karena meja itu aku fungsikan untuk berbagai macem. Kadang buat meja rias, meja makan (karena terlalu sepi jika harus makan di ruang makan sendirian), meja saat aku bercumbu dengan laptopku untuk mempublikasikan Wattpad ku, apapun. Meja makan baru aku fungsikan saat Mas Wishnu sedang ke Surabaya dan menginap, saat kami masih berpartner.
Di meja itu sekarang ada sebuah map. Map yang berisi kontrakku dengan Mas Wishnu nantinya. Aku mencoba mengingat kapan deadline 10hari dari beliau and Damn kenapa bertepatan hari ini juga, gerutuku sambil aku mengeringkan rambutku dengan handuk. Ah sudahlah. Barangkali nanti aku bisa menyelesaikan pertemuanku dengan Mas Wishnu dengan cepat dan langsung ke lokasi gath.
Jujur map itu benar-benar mengganggu pikiranku belakangan ini. Aku gamang. Aku bingung. Di satu sisi aku sangat berharap menjadi sub Demon. Tapi aku ragu apa aku termasuk dalam kriteria sub Demon. Aku takut Demon kecewa dengan scene kemarin bersamanya. Aku takut kalau aku ternyata tak cukup baik untuknya. Huuffhh. Sebelum terlalu berharap dan berujung kecewa, ada baiknya aku mengubur dalam-dalam keinginanku untuk menjadi sub Demon.
Tapi di sisi lain, aku tidak bisa menanda tangani kontrak Mas Wishnu. Aku memang nggak punya alasan kuat. Satu-satunya alasanku hanya tidak bisa merasakan chemistry saja dalam dom-sub relationshipku bersama beliau. Itu saja. Aku jarang bisa terseret ke dalam sub-space saat bersama beliau, sehingga task-task dari beliau serasa hambar. Pernah nggak sih kalian terjebak dalam hubungan yang kalian tidak ada rasa di dalamnya? Seperti itulah hubunganku bersama Mas Wishnu 6 bulan kemarin. Aku hanya tidak bisa membayangkan saja jika aku harus berada dalam toxic-relationship macam itu untuk lebih lama lagi.
Kucoba membaca ulang kontrak itu meski enggan. Jujur aku masih merasa sungkan, kontrakan yang aku tinggali saat ini pun hadiah dari beliau waktu itu, meski tinggal sisa 2bulan lagi. Gampanglah aku akan cari kos yang dekat dengan tempat kerjaku saja bulan depan. Tiba-tiba aku mengerutkan dahi saat aku membaca ada poin yang mengatur adanya sex-intercourse. Terlebih lagi disebutkan juga jika poin tersebut tidak menutup kemungkinan akan adanya F-F-M (female-female-male) scene serta adanya poin untuk menerima jika Dom memiliki sub lain. No, I'm not ready for that, not today, not with him. Fix, Kupikir alasan itu sangat lebih dari cukup untukku berkata TIDAK padanya nanti.
Sudahlah. Kuraih hairdryer dan kukeringkan rambutku yang setengah basah. Aku mengenakan jeans dan T-shirt dan berdandan sedikit. Huuffhh, kutarik nafas untuk menyiapkan mental menjawab "tidak" ke Mas Wishnu nanti. Tak seberapa lama aku mendapat pesan share location dari Marsha, pertanda meet-up sudah hampir dimulai. Selang setengah jam aku mulai sebal karena mas Wishnu belum datang juga.
Aku mulai keluar masuk pintu kontrakanku untuk memastikan mas Wishnu datang. Beberapa menit berikutnya Marsha menelfonku,
"Dii, masih lama? Buruan dandannya, temen-temen udah pada ngumpul nih!" Omel Marsha begitu kuangkat telfon darinya.
"Aku mungkin agak telat ya, Sha. Gapapa kalian mulai aja dulu nanti aku nyusul meski bentar. Mas Wishnu mau dateng soalnya ini" jelasku panjang.
"Asek aseeeeekk.. ada yang mau partneran lagi nih?! Jangan lupa pajak jadian ya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Demon for Kirana (FINISHED)
RomansaProlog Kirana seperti merasa lelah menjalani kehidupan alternya. Dia seolah kehilangan rasa tentang jalur BDSM yang dulu dengan sangat antusias ingin dia geluti. Dia mulai merasa bahwa di sini bukan tempatnya. Dia pikir chemistry bisa dia bentuk sei...