DD's side
Baru saja pihak kepolisian menelepon, tersangka pelaku penganiayaan sudah terdeteksi dan dalam pengejaran setelah mendapat informasi dari Marsha. Ternyata siang tadi pihak kepolisian datang ke rumah sakit dan beruntungnya Marsha sudah bisa dimintai keterangan. Kali ini aku sudah berada di parkiran terminal peti kemas. Belum sempat aku mengontak si Je, suara ketukan kembali kudengar dari jendela mobil. Aku segera keluar dari mobil dan menemui Je.
"Mau kemana kita?" tanyaku kepada Je yang berjalan mendekati motornya.
"Udah ayo ikut," jawab je mengisyaratkanku agar membonceng dia naik motornya. Tanpa basa-basi aku segera ikut naik dan kami melaju perlahan masuk menuju area peti kemas.
"Tadi pihak kepolisian telepon, tersangkanya udah ketemu dan sedang tahap pengejaran. Namanya Arya Per..."
"Ssshhh, gue dah tau," tiba-tiba ucapanku diputus oleh Je. Lalu tangannya menyodorkan sebuah ktp dengan bercak darah kepadaku. Kulihat kolom nama tertera sama persis dengan nama tersangka yang disebut oleh pihak kepolisian.
Tak lama motor kami berhenti di sebuah peti kemas yang berada diatas truk container. Terlihat beberapa orang berdiri mengitari truk container tersebut. Mereka adalah orang-orang Je.
"Ayo ikut masuk" ajak Je yang mendahului masuk ke dalam container. Samar kudengar suara seorang laki-laki menangis dalam temaram di dalam container. Akhirnya kulihat sosok yang menganiaya Marsha. Meringkuk terikat dikelilingi 4 orang yang tanpa ampun menghajarnya bertubi-tubi.
"Hei hei hei jangan sampe mati dulu,"teriak Je menghentikan kenikmatan para penghajar. Tiba-tiba seorang dari mereka menarik kerah baju lalu melemparkan orang itu ke hadapanku. Kulihat Je Cuma tersenyum sambil memandangku tajam.
Kemarahanku tiba-tiba saja meluap melihat orang yang menganiaya Marsha ada di hadapanku. Kujambak kepalanya dan memaksanya untuk melihatku. Sumpah serapahku tak bisa lagi ku bendung. Ku hajar dia berkali-kali sampai tak sadarkan diri. Je menarikku dari belakang dan menahanku agar tidak bertindak lebih dan mungkin bisa membunuh cecunguk itu.
"Jangan sampai dia mati dulu, kita masih butuh informasi darinya brotha," ujar Je mencoba menenangkanku.
"Informasi apa lagi?!!" Jawabku dengan nada meninggi karena belum mampu menahan emosiku. Tiba-tiba...
Plakkk!!!!
Je menampar keras pipi kananku.
"Tahan emosi!!! Gue pikir lu bisa lebih tenang ternyata masih sama seperti dulu," Je berusaha menenangkanku dengan caranya seperti dulu. Aku memandangnya tajam dan berusaha mengatur napas dan emosiku. Perlahan bisa kuhandle emosiku dan mulai tenang.
"Info apa lagi yang mau dicari? Bukannya dia pelakunya kan?" tanyaku ke Je sambil menunjuk-nunjuk cecunguk yang terkapar itu.
"Iya... memang dia yang ngehajar, tapi dia itu cuma alat,"
"Alat?" tanyaku bingung.
"Makanya gue bilang tahan emosi lu, kita masih butuh informasi lain dari orang itu," jawab Je lalu dia berjalan menepi lalu menggedor dinding container tiga kali. Tiba-tiba truk container itu menyalakan mesinnya lalu mulai bergerak.
"Lepas baju lu brotha, pake ini..." Je menyodoriku jaketnya dan memintaku melepas baju yang kupakai karena ada banyak darah di bajuku. "jangan sampai karir lu yang sedang baik ini rusak gara-gara baju berdarah lu itu," sambung Je sambil tersenyum.
Selesai aku melepas kaus kerahku, truk container mendadak berhenti. Ternyata kami sudah berada di tempat parker terminal peti kemas. Je meminta ku untuk turun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Demon for Kirana (FINISHED)
RomanceProlog Kirana seperti merasa lelah menjalani kehidupan alternya. Dia seolah kehilangan rasa tentang jalur BDSM yang dulu dengan sangat antusias ingin dia geluti. Dia mulai merasa bahwa di sini bukan tempatnya. Dia pikir chemistry bisa dia bentuk sei...