DD's Side“Halo, naik apa kesini?” aku menyapanya dari belakang begitu melihatnya mengambil posisi di meja yang kosong. Kami memang janjian untuk bertemu di cafe ini. Aku memang sengaja datang 15 menit lebih awal dan menunggunya datang dari meja sudut. Dan benar saja, dia tidak menyadari kalau aku sudah datang.
“Oh hai mas, naik ojol kesini. Udah nungguin dari tadi ya?” jawabnya sambil memilih menu yang ditawarkan oleh waitress cafe itu.
“Ah enggak, Cuma sedikit lebih awal aja tadi, sambil nungguin aku duduk di sana tadi” ujarku sambil menunjuk meja sudut dekat pintu masuk. Tak banyak pembicaraan yang ada karena kami berdua sibuk menikmati makanan yang kami pesan, hanya sedikit candaan yang hadir untuk mencairkan suasana.Dia Diandra. Setidaknya nama itu yang diperkenalkannya kepadaku. Cukup manis orangnya, sawo matang dengan rambut sedikit ikal dan pembawaan yang enerjik. Hari ini dia nampak cukup menarik dengan kaos bergambar logo salah satu gym yang lumayan terkenal di Surabaya. Ya... dia adalah salah satu customer service di gym tersebut. Di sela-sela kami makan, kami juga mengobrolkan beberapa cerita tentang dunia gelap kami. Dan Ya... dunia bdsm yang mempertemukan kami. Berawal dari sebuah grup sosmed dan beberapa kali gathering dan ini adalah kali pertama kami bertemu, hanya berdua saja.
“Sibuk nggak malam ini? Atau ada urusan lain yang harus dikerjakan?” tanyaku setelah aku selesai dengan urusan makanku.“Enggak mas, abis ini pulang aja sih ke kontrakan istirahat atau entah mau ngapain lagi kalo gabut. Kenapa mas?”
“Aku ada room kosong untuk hari ini. Wanna play something?”
Diandra hanya menatapku tanpa jawaban apapun. Kuambil pena dari saku kemejaku, dan kuraih tangan kanannya. Kutuliskan sesuatu di telapak tangannya.
“Itu platnomor ku, mobil warna merah. Aku beri waktu 15 menit untuk berpikir. Kalo kamu nggak mau, cuci tangan aja nanti aku antar pulang. Kalo setuju, tunjukin tulisan itu padaku nanti di mobil. Aku bayar billnya dulu. Aku tunggu di mobil,” ujarku sambil bergegas menuju kasir. Kutinggalkan dia yang masih terus saja melihat telapak tangannya.
18.15 kudengar ketukan di kaca jendela mobilku. Kulihat diandra sedang menunjukkan telapak tangannya di luar sana. masih ada goresan tintaku di telapak tangannya. Ku bukakan pintu dan mempersilahkannya masuk.“Pake seat beltnya, kita ke supermarket bentar cari camilan. Ada yang harus kita sepakati dulu sebelum kita sampai ke hotel. Kita bicarain sambil jalan, oke?”
“Oke” jawabnya singkat.
“Diandra... namamu rasanya terlalu panjang kalo harus disebut semua. Can I change it?”
“Sure”
“Oke... I will call you Dee... your code name is Dee and you can call me DD... got it?”
“Okay, DD” jawabnya sambil tersenyum memandangiku.
“Kita pernah obrolin ini tapi aku ingin dirimu bisa memberiku list do and don’t supaya ada batasan yang jelas.”
“Sebenernya bebas buat nglakuin apa aja kok cuma aku menolak golden shower, scat, blood, permanent injuries, BP”
“Oke berarti kita menaruh list itu sebagai limitmu. Ada lagi?” Tanyaku
“Sepertinya sih cuma itu tapi kita liat nanti gimananya... toh ada safeword kan?”
“Pasti... Bukan cuma safeword, tapi juga ada safesign yang akan memastikan dirimu aman dari limitmu. Kita sepakati itu nanti. Sekarang turunlah dan tolong beli beberapa cemilan, dua botol besar air mineral, satu fresh milk dan kamu boleh membeli apapun yang kamu mau.” Aku memarkirkan mobilku di depan supermarket dan memberi selembar uang seratus ribuan. Diandra bergegas untuk turun dan berjalan masuk ke supermarket.
“Stop!!! Balik dulu sini!!”
Diandra kaget dan segera berbalik mendekatiku yang memanggilnya dari jendela mobil.“You’re mine tonight” aku mengambil sebuah chocker dari laci dashboard dan mengalungkan itu di leher Diandra. Sebuah chocker dengan tag bulat yang bertuliskan DD’s girl. Diandra tersenyum memperhatikan apa yang aku lakukan.
“thanks, Master”
“don't call me Master!! Call me DD!”
Diandra memandangku dan menganggukkan kepalanya. Segera dia berjalan masuk ke supermarket untuk menyelesaikan order pertamanya. 25 menit berselang dia sudah tampak berjalan keluar dari supermarket dengan senyuman dan bergegas untuk masuk ke dalam mobil. Ditunjukkannya padaku tas yang berisi belanjaan untuk untuk diperiksa. Aku hanya meraih struknya dan mulai membaca list yang dia beli. Semua list sudah sesuai dan aku mengernyitkan dahi saat kulihat ada 2 helai bandana masuk dalam list struk itu.“Did you just tease me?”
“Siapa tau kita bakal butuh itu hehehe” Diandra tersenyum dan menggoda dengan menunjukkan bandana baru itu.
“Kamu menggoda orang yang salah.” aku membuka kembali laci dashboard dan tampak didalamnya berlembar-lembar bandana dan juga saputangan yang terlipat rapi serta beberapa gulung dasi. Kuraih dasi berwarna maroon dan menutup mata Diandra.
“Sekarang duduk tenanglah. Gigit bandana barumu itu dan diam. Sebentar lagi aku akan menghukummu karena menggodaku begitu kita sampai ke hotel.”
[Haii.. thanks banget yaaaak yg udah nungguin.. sorry banget ga da maksud PHP, tapi ternyata "sesuatu" yg kita janjiin chapter kmren kepaksa harus nongol di chapter berikutnya biar ga nukik.. hihi.. sabar yak.. bakal kek apa Demon's Eye ngracik scene pertama nya Demon n Kirana..
Thank you yang udah berkenan vote.. ]
KAMU SEDANG MEMBACA
Demon for Kirana (FINISHED)
RomansProlog Kirana seperti merasa lelah menjalani kehidupan alternya. Dia seolah kehilangan rasa tentang jalur BDSM yang dulu dengan sangat antusias ingin dia geluti. Dia mulai merasa bahwa di sini bukan tempatnya. Dia pikir chemistry bisa dia bentuk sei...