"Eh lo! Berani-berani nya lu kemarin bentak gua ha!" Teriak rere kepada gitwi yang baru saja memasuki kelasnya.
"Apa? Asal kamu tahu aku lebih berhak sama bang Surya. Aku ini adiknya! Sedangkan kamu?" Balas gitwi penuh penekanan.
"Lo itu halu tau gak! Surya aja udah bilang lo bukan adiknya!" Ucap rere tak kalah tegas.
"Aku gk butuh kepercayaan kamu! Intinya aku adik Surya, Paham!" Ucap gitwi lalu berjalan ke bangkunya...
Rere dengan sigap menarik pergelangan tangan Gitwi, "Lo udah berani sama gua? Ha?"
"Kenapa enggak?" Balas santai gitwi.
Rere ingin menampar Gitwi, namun tanganya sudah di tepis oleh seorang lelaki.
"Gimana lo mau dapetin abangnya? Adiknya aja lo kasarin!" Ucap lelaki itu berat, raut wajahnya datar siapa lagi kalau bukan dawam.
"Diem lo! Lo ngapain disini? Lo ank Ips 'kan? Dan asal lo tau gua udah pacaran sama surya, satu lagi Gitwi bukan adik Surya ngerti lo?" Ujar rere tersenyum licik dan beralih duduk di mejanya. Karna sudah bel semua murid pun berhamburan memasuki kelas.
Gitwi menatap Dawam yang tersenyum kepadanya, "Gausah bantuin aku! Aku gk butuh rasa kasian kamu!" Tegas gitwi.
Memang gitwi sangat trauma dengan namanya 'teman' ia sangat yakin bahwa pertemanan itu tidak tulus! Ia juga yakin bahwa dawam hanya kasian sama dia.
"Why? Gua tolongin lo ikhlas lo? Ko lu malah gini?" Balas dawam heran.
"Aku udah bilang tadi 'kan? Kita gk saling kenal soo jangan SKSD," ucap gitwi acuh tak acuh.. ia berjalan ke mejanya tak menghiraukan dawam yang menatapnya cengoh.
"Aneh!" Gumam dawam berjalan meninggalkan kelas ipa 2.
_________
"Biasanya ada bang Surya yang kasih aku makanan," lirih gitwi tersenyum kecil, ia menelungkupkan wajahnya di tumpukan tangannya.
"Hallo," suara berat membuat Gitwi langsung mengangkat kepalanya.
"Bang Sur---," Gitwi memotong ucapanya sendiri, saat ia lihat itu bukan abangnya.
"Dawam hee! Lo pikir gua abang lo?" Ujar dawam tertawa sembari duduk disebelah gitwi.
"Ngapain kamu kesini?" Tanya gitwi heran.
"Nih! Gua bawain makanan buat lo," ujar dawam memberikan sekantong plastik.
"Gua gak bermaksud apa-apa,,terima ya," pintah dawam kembali.
"Ngapainsih ngedeketin aku? Apa yang kamu lihat dari aku? Cantik? Enggak, pinter? Enggk. Beban kelu---," terpotong karna jari telunjuk dawam sudah menempel di bibir gitwi.
"Lo beda dari yang lain. Gua cuman mau temenan sama lo! Gua slalu lihat lo nangis di belakang sekolah. Gua juga sering lihat abang lo kesini anter makanan! Bahkan gua orang yang percaya kalau lo adik kandung surya!" Ucap dawam membuat gitwi tertegun.
"Kenapa kamu bisa percaya?" Tanya gitwi.
"Gadis kaya lo gak akan bohong!" Jawab dawam serius.
"Em jadi lo mau jadi temen gua?" Ucap dawam kembali sembari menaik turunkan alisnya. Ia juga mengulurkan jari kelingkingnya kepada gitwi.
Gitwi tersenyum manis, ia takmau menyia-nyiakan kesempatan mendapatkan teman, "Iya!" Jawab gitwi, jantungnya berdebar sangat kencang. Ia menjawab 'iya' serasa di tembak oleh dawam.
"Nah gitu kek dari kemarin-kemarin, Asal lo tau ya! Gua dari dulu cuman mantau lo dari jauh. Ya sekarang-sekarang aja gua tatag deket sama lo," ucap dawam di akhiri kekehanya.
"Kamu beneran tulus berteman sama aku?" Tanya gitwi memastikan, ia juga meremas remas ujung bajunya. Karna gitwi akuhi Dawam ini sangat tampan! Ia juga pernah mendengar bahwa dawam lelaki yang di idam-idamkan kaum hawa setelah abangnya.
"Muka gua ngajakin becanda, Git?" Jawab dawam malas.
"Ya ya ya ya gk gk git--" ucapan gitwi terpotong oleh dawam.
Mendengar gitwi yang gelagapan, Dawam langsung memotong ucapan gitwi, "Halah mending lo makan dah!" Pintah dawam di akhiri kekehanya.
"Hhe iya, aku makan," jawab gitwi menurut, ia takmau basa basi lagi perutnya juga tak bisa dikompromi. 'Turunkan gengsimu gua mau diisi woee'
"Hhaaa kamu lucu banget sih!"
"Aku mau di beliin hiu dongg."
"Sebelum aku beliin kamu, udah dimakan duluan aku!"
"Eh enggak maksudnya boneka! Emm yang gede."
"Oh gituu,, ntar aku beliin sama anaknya juga."
"Aku juga mau jalan jalan ke pantai sama kamu! Intinya aku mau full time sama kamu!"
"Kan sekarang udah jadi horang kayaa,, masa pelit sih sama aku?"
"Iya sayang,, aku ajak kamu kemana aja yang kamu mau!"
Percakapan sepasang kekasih itu terdengar jelas ditelinga Gitwi. Hatinya serasa panas kalah melihat itu adalah Rere dan Abangnya, bagaimana Abangnya bisa tertawa lepas seperti itu? Padahal hubungan nya dengan gitwi dalam keadaan renggang. Surya juga slama ini takmau pacaran kenapa tiba-tiba ia jadian dengan rere? Yang jelas jelas jahat kepada adiknya sendiri.
"Sabar! Orang sabar jodohnya dawam," ucap dawam mengerti saat melihat arah pandangan gitwi.
Surya juga melirik sekilas ke arah gitwi, Namun ia kembali menatap kekasihnya yang tak berhenti berbicara itu.
Gitwi sekuat tenaga menahan likuit benang yang akan membasahi pipinya itu, ketika melihat abangnya yang keluar dari kelasnya tak berbicara olehnya satu kata pun.
"Nih bahu gua kosong, lumayan lah buat senderan," ucap dawam menepuk bahunya. Ia mengerti apa yang dirasakan gitwi.
Gitwi tanpa sungkan langsung menaruh kepalanya dibahu dawam. Ia menangis sekencang-kencangnya, ia mengeluarkan semua unek-unek rasa kecewanya di bahu Dawam.
Benarkah abangnya sudah memutus tali persaudaraan denganya?
"Kenapa Bang Surya tega sam aku?"
"Kenapa dia jadi berubah,Wam!"
"Katanya kamu sering mantau aku! Kamu lihat sendiri 'kan baiknya Bang Surya ke aku?"
"Iya Gitwi gua tau! Mungkin abang lo lagi cari jati dirinya."
****
________________
Jan lupa vote and coment guyss:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Goresan Luka ||On-Going||
Teen Fiction||Update sesuai mood|| Gadis yang tak pernah dianggap ada keberadaanya. "Putus sekolah? Bukan hal mudah! semua manusia pasti akan beropini sendiri tanpa mencari kebenaran, Yang terlintas difikiran manusia adalah Menghujat,hujattt,hujattt,dan hujattt...