08. Murka Gitwi

10 1 0
                                    

"Bang!!" Teriak Gitwi dari ujung sana ... membuat Surya dan teman-temanya yang berada di kantin menoleh ke sumber suara.

"Abang tega ya!" Ucap Gitwi kembali saat sudah berada  di depan Surya.

"Maksud lo apa? Pacar gua bukan abang lo!" Tegas Rere mendorong tubuh Gitwi ... hingga Gitwi tersungkur.

"Biarin!" Ucap tegas Surya membuat seluruh murid yang berada di kantin menatapnya ... bahkan fauzi yang ada disebelahnya juga ikut bergeridik ngeri.

Surya mendekat ke Gitwi, Gitwi pun berdiri kembali. Ia menatap sengit kepada Abangnya.

Plak

"Maksud lo apa?" Ujar rere lalu ia menampar Gitwi karna tak trima kekasihnya ditampar.

"Jangan ikut campur!" Tegas surya kepada rere. Ia tahu bahwa adiknya sekarang benar-benar marah! Namun ia tak tahu sebabnya.

Fauzi langsung menarik rere agar mundur, guna Surya dan Gitwi meneruskan pembicaraan nya.

"Tega ya! Gitwi jujur aja deh, Bang! Abang itu emang banyak salah sama ibu! Tapi abang gk pernah merasa bersalah. Dan ibu udah abang maki-maki kemarin! Masih sempet nitip bekal buat abang! Sedangkan Gitwi? Gitwi gk punya salah sama ayah rendra, gk punya salah sama ibu ... kenapa Gitwi gk pernah di perhatiin? Enak ya jadi abang banyak yang sayang! Tapi abang slalu ngerasa kurang," ujar Gitwi mencurahkan semua isi hatinya.

"Lo harusnya sadar! Ibu gk pernah mikirin kita! Yang dia pikir cuman kesenengan dia doangg!! Ko lu mau sih di jadiin pembantu sama tuh orang!" Balas surya yang tetap dengan pendirianya.

"Cukup ya, Bang!" Sarkas Gitwi lalu mengasihkan kotak bekal makanan.

"Slama ini siapa yang kasih kita makan saat ayah rendra ngusir kita? Siapa? Gitwi tanya!" Teriak gitwi dengan air mata yang terus keluar membasahi pipinya.

"Gua bakal ganti!" Jawab surya enteng.

"Ini bukan masalah ganti! Ini masalah etika ... Abang seenaknya aja susah ke ibu seneng ke ayah? Abang kenpa gk pernah mikirin orang lain sih? Abang itu egois tau gk!" Ujar gitwi menggelengkan kepalanya pelan.

"Gua emang egois! Kenapa? Masalah buat lo? Lo itu bukan siapa-siapa gua! Gausah ikut campur urusan gua!" Tegas surya membalikan badanya guna pergi dari kerumunan kantin, namun langkahnya terhenti.

"Oke! Mulai sekarang lo BUKAN ABANG GUA!" Teriak Gitwi kecewa ia berlari dari kerumunan tersebut.

Surya yang terhenti langkahnya kini tlah melanjutkan langkahnya lagi!

Semua yang ada di kantin kini saling bertatapan ... apa yang mereka lihat tadi mengundang tanda tanya.

Apalagi Rere yang semakin bingung sebenernya status mereka berdua apa?

"Lo bertiga jujur sama gua! Gitwi adik Surya atau bukan?" Tanya Rere menatap ke tiga cowok yang ada di hadapanya.

"Adiknya!" Jawab mreka bertiga kompak.

"Eits ... tenang aja! Gua juga gk suka sama tuh Gitwi! Hidupnya nyusahin tau gk! Udah jelek nyusahin lagi, kalau gua jadi Surya malu banget punya adik kaya dia," ucap fauzi mengerti raut wajah Rere.

"Untung si Surya udah sadar ... kalo punya adik kaya dia itu gak ada untungnya," ucap fauzi sekali lagi.

Edwin dan dino hanya menggeleng-gelengkan kepala. Kapan bibir Fauzi brubah menjadi bibir perempuan? Ko julid gitu.

__________

Mungkin hari ini ... hari esok atau nanti

Berjuta memori yang terpatri

Dalam hati inii ...

Saat Langitwi tengah asik menangis dibawah pohon rindang ... tiba-tiba saja ia mendengar suara sesorang bernyanyi mendekat ke arahnya.

Gitwi menoleh, ia cepat-cepat menghapus air matanya, "Eh, Dawam!"

"Kenapa nangis?" tanya Dawam duduk disebelah Langitwi.

"Eh, btw suara gua tadi bagus gak?" tambah Dawam dengan senyum kegirangan.

"Em rada fales sih!" jawab Langitwi.

"Jujur amat, Mbak!" saut Dawam kesal ... kenapa temanya ini tak bis diajak bercanda?

"Udahlah, Git. Lo jangan lemah! Lo harus jadi cewek kuat, masa iya loh tiap hari nangis disini, gak capek apa?" ucap Dawam menatap dalam mata Langitwi.

"Gimana ya, Wam. Orang satu-satunya yang masih peduli sama aku ya, Abang! Tapi sekarang dia malah bodoh amat sama aku!" jelas Langitwi tersenyum miris.

"Kan ada gua, Git. Bener-bener lu ya, masa temen sendiri gak dianggep ada? Intinya sih jangan pernah ngerasa sendiri!" ucap Dawam mengelus puncak rambut Langitwi.

"Kamu bisa ngomong gitu! Tapi aku yang ngerasain! Sesak tau gak!" balas Langitwi memegang dadanya.

"Lu sesak napas, Git? Ayo kita ke UKS," pintah Dawam dramatis.

"Dawamm!" pekik Langitwi mencubit pinggang Dawam yang tengah asik menertawainya.

"Hahaha, udah-udah mending lu ikut gua ke lapangan! Gua ada tanding basket nieh!" pintah Dawam ia langsung menarik pergelangan tangan Langitwi, sebelum sang empuh menyetujuinya.

_____

Ternyata yang bertanding adalah 11 ips dan 12 ipa.

Langitwi benar-benar tidak tahu jika Abangnya akan bertanding basket, kini ia dilema harus menyemangati Dawam atau Abangnya.

Ia tanpa pikir panjang dan berteriak, "Abang Surya menang! Dawam kalah, eh Dawam menang Abang Surya kalah."

Dan begitu seterusnya, suara Langitwi terdengar sangat keras dibanding yang lain.

"Eh! Lo yang bener aja kalau dukung!" sewot Rere menghampiri Langitwi.

"Emang kenapa?" balas Langitwi masih menatap pertandingan tersebut.

"Ya gaenak di denger ngabb! Kalau dukung Dawam ya Dawam aja! Gua gak sudi pacar gua lo semangatin!" ketus Rere, melayangkan tatapan perang.

"Kalau bisa dua, kenapa harus satu?" saut Langitwi, kembali mensoraki seperti tadi.

Namun ada hal aneh yang Langitwi lihat, kenapa Dawam slalu mengalah jika Surya akan merebut bola basket darinya?

Mereka berdua sama-sama kapten, tapi kenapa Dawam tak menghalangi Surya jika dia akan memasukan boleh ke dalam ring.

Dawam malah ikut bersorak saat Surya berhasil memasukan bola ke dalam ring, ia serasa ikut senang jika Surya tertawa.

Goresan Luka ||On-Going||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang