Gitwi pulang seperti biasa, ia memilih jalan kaki meski dia memiliki uang saat ini.
Entahlah, apa yang terjadi dengan Langitwi ia melambatkan kakinya melangkah, sepertinya ia takmau cepat-cepat sampai ke rumah. Padahal cuaca sangat panas hari ini.
Wajahnya sangat lesuh, Langitwi juga memilih jalan yang lebih jauh dari jarak rumahnya. Tanpa aba-aba air matanya mulai berjatuhan tanpa suara.
"Kenapa takdir aku berbeda?" monolog Gitwi saat sudah sampai di depan rumahnya.
Ia tak kuasa untuk memasuki rumah ini, dengan sekuat tenaga yang ada ia mulai memutar gagang pintu dan memasukinya.
Langitwi tertawa renyah saat melihat perabotan rumah tidak ada.
"Tinggalin aku aja semua! Emang siapa sih yang mau sama aku? Udah jelek! Bodoh! Ngambekan! Pantes semua ninggalin aku!"
"Tinggalin aja gapapa ko! Aku bisa hidup sendiri, selama ini hidup bareng-bareng juga serasa kaya sendiri!"
Ucap Langitwi ia terus berbicara mengeluarkan semua apa yang ia rasakan saat ini, ia menangis sejadi-jadinya. Lututnya gemetaran hingga Langitwi tak sanggup berdiri lagi.
Langitwi melihat surat yang tergeletak dilantai, ia segera mengambilnya.
-ibumu-
Langitwi kamu sudah besar pasti kamu bisa hidup sendiri! Ibu gak ada pilihan lagi, ibu ikut dengan papamu pulang ke rumah orang tuanya. Kalau enggak ibu gak akan makan sama davi! Ibu juga gakmau jadi janda lagi.
Papa kamu gamau bawah kamu, Git. Jadi tolong ngerti jangan kekanakan! Rumah orang tua papamu gak muat jika kamu ikut juga.
Lagian gak enak! Kamu itu tiri di keluarga papamu!
Kamu pulang saja ke rumah ayahmu dan---Langitwi tak sanggup lagi untuk meneruskan membaca isi surat dari ibu kandungnya! Kenapa dunia gak adil?
"Semua kenapa mentingin diri sendiri sih? Kok gak ada yang mikirin perasaan Gitwi? Kalian gak sayang sama aku? Aku ini masih hidup loh, bisa dilihat juga pakai mata! Tapi kenapa kalian gak bisa sayang sama aku?" ucap Gitwi dalam hati, ia terus menangis.
Langitwi tak tahu harus apa, hatinya serasa ingin menjerit untuk di dengarkan keluh kesahnya! Langitwi juga manusia, dia juga berhak untuk bahagia.
Rumah ini benar-benar kosong, tak ada barang sedikitpun ... inilah yang membuat Gitwi malas untuk pulang ke rumah. Sebenarnya ia sudah tahu rencana ibu dan papanya.
Flashback on!
"Kita pulang saja ke rumah orang tua-ku!"
"Tapi aku gak bisa ajak anakmu!"
"Kenapa? Kalau dia gak ikut kita? Langitwi ikut siapa, Mas? Kamu tahu 'kan ayah Gitwi gakmau nampung Gitwi."
"Gabisa! Rumah ibuku udah 3 pasangan yang tinggal disana! Nanti sempit kalau tambah Gitwi! Lagian jika anakmu ikut, ekonomi kita juga gak bakalan naik!"
"Maksud kamu anakku beban, Mas?"
"Jujur aja, Iya!"
"Selama ini kamu gak ikhlas nafkahin dia?"
"Ikhlas sih ikhlas! Cuman lihat dong keadaan kita sekarang, ekonomi kita menurun drastis!"
"Terus gimana sama sekolahnya Langitwi? Terus dia mau makan apa? Tinggal dimana?"
"Dia pasti akan kembali ke rumah ayahnya! Kamu jangan terlalu memikirkan dia, ingat kamu juga punya anak denganku! Lihat davi dia juga butuh tranfusi darah."
"Aku gak tega kalau ninggal dia sendiri, Mas."
"Itu terserah kamu! Kalau kamu gakmau ikut aku akan bawah davi, dan secepatnya aku akan mengurus surat cerai!"
Flashbackofp.
Itulah yang di dengar Langitwi semalam, yang hendak ingin ke kamar mandi tiba-tiba saja ia urungkan.
Suasana hati Langitwi sangat kacau hari ini, untung saja rumah ini adalah rumah sendiri bukan rumah kontrak, jika iya? Gitwi akan bingung membayar pakai apa dia?
Langitwi juga tak akan kembali ke rumah Ayah kandungnya, pikirnya 'lebih baik aku mati, jika harus kembali ke rumah iblis itu!'
Langitwi mulai memasuki kamarnya, tubuhnya tercengang saat mendapati bajunya berserakan namun tempat tidurnya dan lemarinya tak ada.
"Dibawah juga? Jadi rumah ini kosong? Gak ada satupun barang yang tersisa?" gumam Langitwi tersenyum miris.
Ia mulai memunguti bajunya dan mulai merapihkanya kembali. Stelah itu ia mulai menuliskan sesuatu di buku diarynya.
Gapapa, sih. Cuman perih dikit aja nanti juga sembuh. Prinsip sekarang.
Kalau mau tetap sekolah? Kerja!
Kalau mau makan? Kerja!
Intinya Langitwi kamu harus bisa hidup sendiri! 'Kan kamu gak punya siapa-siapa hehehe:)Aneh aja sih! Orangtua masih lengkap, tapi ko rasanya--- gataulahh
Aku tahu semuanya itu bulshit! Gaada yang serius, kalau kamu gak berduit, mana ada yang mau sama kamu?
Gak salah, Sih. Kalau ibu ikut papa, lagian nanti kasian ibu kalau tetep sama Gitwi, makanya gak tratur. Malah tambah susah lagi, emang ya Langitwi pembawah sial:)
Oke Gitwi semangatt!! Kamu pengen ibu kamu bahagiakan? Ikhlasin kalau ibu kamu lebih milih papa tirimu. Kalau ibumu ikut kamu, kamu bisa bahagiain dia? Enggak 'kan? Bukan enggak sih jawabanya! Belum bisa .. do'ain ya ibuu:)
Sabar yaa,, sebentar lagi kebahagiaan akan menyapamu:) HARUS OPTIMIS!
Tulis Langitwi dengan cepat, air matanya terus menerus turun, sederas air hujan.
Gitwi mulai merebahkan dirinya dilantai tanpa alas apapun, tas yang berisi buku ia gunakan sebagai bantal, hatinya sedang kacau hari ini, tubuhnya lelah. Langitwi butuh tidur untuk melepas semua bebanya meski hanya sebentar.
Gitwi mulai terbangun saat langit sudah menggelap, ia menatap sayu foto keluarganya dulu yang berisi 'Ayah,ibu, Abang, Dan Langitwi'
Saat itu Langitwi masih merasa gadis yang sangat beruntung mempunyai keluarga seperti itu, tapi itu dulu!
__________
FOLLOW INSTAGRAM:
Dwisilviaa_Thanks yang udah baca, tapi gak vote yaudahlah gapapa, yang penting kamu bacanya dapet feelnya. Dan nyaman sama tulisanya.
Kritik & saranya:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Goresan Luka ||On-Going||
Teen Fiction||Update sesuai mood|| Gadis yang tak pernah dianggap ada keberadaanya. "Putus sekolah? Bukan hal mudah! semua manusia pasti akan beropini sendiri tanpa mencari kebenaran, Yang terlintas difikiran manusia adalah Menghujat,hujattt,hujattt,dan hujattt...