7. hubungan

3.4K 455 96
                                    

Seokjin masih merasakan keterkejutan yang luar biasa. Dia hanya bisa diam dengan wajah pucat. Bahkan ketika Kaisar datang ke paviliun kecilnya setelah entah dari mana mendengar bahwa Seokjin memanggil tabib istana. Dia tetap terdiam.

"Seokjin? Sayang..? Kau terlihat pucat"

Namjoon mengusap dahi Seokjin yang berkeringat. Dia menjadi begitu khawatir setelah mendengar kabar bahwa Seokjin sakit.

Dia sengaja menempatkan salah satu pengawal pribadinya di paviliun Seokjin. Agar Namjoon tetap bisa memantau Seokjin meski mereka sedang tidak bersama.

Dan ketika datang kemari. Seokjin benar-benar dalam keadaan yang membuat Namjoon khawatir. Wajah pucat dan tatapan gamang.

"Sayang.., apa yang tabib katakan? "

'Dia bilang aku hamil, Yang Mulia'

Seandainya Seokjin memiliki kekuatan untuk mengatakan itu. Seokjin bahkan tidak percaya dengan dugaan dari tabib istana itu.  Bagaimana Seokjin mengaku bahwa dirinya hamil sedangkan Seokjin adalah seorang pria.

Bagaimana jika Kaisar menganggapnya aneh. Bagaimana jika Kaisar merasa jijik padanya?

"Tapi saya pria uisa-nim, bagaimana mungkin saya hamil?!"
Seokjin masih yakin bahwa ini semua hanya kesalahan pemeriksaan. Tidak mungkin hal seperti ini terjadi padanya.

"Saya menemui kasus seperti ini 2 kali. Saya sebenarnya ragu bahwa anda hamil. Namun ketika ada pemicu dari pembuahan itu sendiri, saya bisa memastikan jika anda memang hamil"

Tabib menjelaskan dengan penuh pengertian. Pria paruh baya itu tidak ingin Seokjin merasa syok dan berakhir membuat janinnya lemah.

"Ini kuasa Tuhan, Seokjin-ssi. Tolong jaga kesehatan anda. Saya akan melakukan diskusi dengan beberapa dokter ahli di provinsi tetangga untuk memastikan dan menangani kondisi anda"

Bahkan setelah tabib itu pergi. Seokjin masih tidak memiliki pernyataan apapun. Dia tidak tau apakah dia harus percaya atau hanya menganggap semua ini adalah bualan.

Dan yang perlu Seokjin lakukan saat ini adalah menenangkan dirinya. Dan menyembunyikan kutukannya. Dia tidak ingin Namjoon meninggalkannya hanya karena bayi ini.

"Aku hanya kelelahan, Yang Mulia. Tidak perlu khawatir"

Meski Seokjin menjawabnya dengan senyum manis. Namjoon lebih tidak menyukai fakta bahwa Seokjin enggan mengatakan kondisi nya lebih jauh.

Bagaimana Namjoon tidak merasa khawatir sedangkan wajah Seokjin begitu pucat dan kuyu. Dia terlihat seperti orang linglung.

Sedangkan Namjoon tidak terbiasa mendengar Seokjin tidak mengeluh padanya. Biasanya Seokjin akan mengeluh tentang kondisi tubuhnya yang pegal pegal, atau saat dia merasa pusing. Seokjin akan bersandar padanya.

Apa Seokjin masih enggan bicara padanya karena keributan mereka tadi sore?

Namjoon bahkan mendapat laporan dari kepala dayang yang bertugas disini bahwa sebelum tabib datang Seokjin sudah sangat lemas.

Paham benar, selama 3 tahun menjalin hubungan dengan Seokjin. Dia tau bahwa Seokjin selalu butuh waktu sendiri ketika mereka mengalami pertengkaran kecil.

"Baiklah, aku akan kembali ke kamarku. Istirahatlah..."

Ketika hendak berdiri meninggalkan paviliun itu. Seokjin memegang lengannya.

"Jangan pergi.. Disini saja..."

Namjoon tersenyum dan menyambut pelukan Seokjin ketika pria itu merentangkan tangannya. Tidak, Seokjin tidak berubah. Dia tetap menjadikan Namjoon sandarannya.

Shang Jun [Namjin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang