[2] Permaisuri Beracun Yang Mengejutkan

377

Utusan itu terus berteriak tetapi Baili Han memasang ekspresi muram. Tatapannya tegas dan dia tidak mengaku kalah.

Duan Qingchou tertawa mengejek. “Baili, cepatlah dan akui kekalahanmu seperti anjing, jadi kau masih bisa memiliki kehidupan.”

Baili Han tidak mengucapkan sepatah kata pun tetapi dia terlihat lebih bertekad.

Ling Chuxi melihat ekspresi Baili Han dan mengerti apa yang ada di pikirannya. Dia ingin melanjutkan pertandingan agar Ling Chuxi bisa mengetahui keanehan Pertempuran Qi Duan Qingchou. Hanya dengan menemukan kekurangannya, dia akan diberi kesempatan untuk mengalahkan Duan Qingchou. Tapi…

Ling Chuxi melihat situasi Baili Han saat ini dan merasa cemas. Harganya terlalu mahal untuk dibayar.

"Kami mengaku kalah, kami mengaku kalah!" Utusan itu masih berteriak.

Duan Qingchou mencibir. “Apa yang kau katakan tidak dihitung. Dia belum mengaku kalah."

Baili Han meraung dengan marah dan memegang pedangnya, lalu menyerang Duan Qingchou. Sikapnya mantap dan tegas.

“Hmph. Kau tidak peduli dengan hidupmu sendiri!" Duan Qingchou menatap Baili Han dengan tatapan berbisa, ada aura pembunuh yang terpancar dari pedangnya.

Baili Han mengayunkan pedangnya ke belakang untuk melindungi dirinya sendiri, tindakannya bahkan lebih lambat dari sebelumnya. Pedang sederhananya yang memiliki keagungan yang tenang tampak sekokoh batu.

Sayangnya, kekuatan pedang Duan Qingchou bahkan lebih gesit dan ganas. Setiap gerakan dari titik vital yang ditargetkan pada tubuh Baili Han. Pertempuran Qi di pedangnya juga menjadi lebih kuat dan suara menusuk memenuhi arena.

Baili Han tiba-tiba diliputi oleh Pertempuran Qi yang begitu tebal sehingga bahkan kerumunan di bawah arena bisa merasakan tekanannya yang luar biasa. Tindakan Baili Han menjadi lebih lambat, dan pedang di tangannya tampak semakin berat.

Detik berikutnya, pedang Duan Qingchou menembus beberapa bagian tubuh Baili Han, meninggalkan luka yang dalam. Darah segar menetes ke tanah, meninggalkan pola merah aneh di sana. Wajahnya menjadi semakin pucat, tapi tatapannya masih tetap dan teguh seperti sebelumnya. Pedang panjang di tangannya perlahan ditarik ke belakang untuk melindungi titik-titik vital di tubuhnya.

Secara alami, Ling Chuxi memahami tindakannya. Pada saat itu, gerakan Baili Han menjadi lebih lambat - semuanya dalam posisi bertahan. Baili Han ingin dia mengetahui rahasia Pertempuran Qi Duan Qingchou.

Tapi, jika terus seperti ini….

Hati Ling Chuxi menegang.

'Xinyu, aku berjanji padamu, aku sama sekali tidak akan membiarkan Ling Chuxi berada dalam bahaya apa pun. Aku, pasti akan melindunginya.' Baili Han berbisik keras di dalam hatinya. Seolah-olah dia tidak merasakan rasa sakit yang hebat menjalar ke seluruh tubuhnya, malah mengayunkan pedangnya dengan anggun lagi dan lagi untuk memblokir serangan Duan Qingchou.

Ling Chuxi berjuang untuk menekan kesedihan di hatinya. Dia memberi perhatian penuh pada posisi pedang Duan Qingchou dan melihat transformasi Pertempuran Qi di dalamnya. Dia telah melihat tekad Baili Han dan tahu bahwa tidak peduli bagaimana dia membujuknya, dia tidak akan pernah mengaku kalah dan meninggalkan arena pertarungan. Jika dia tidak dapat memahami rahasia Pertempuran Qi Duan Qingchou, bagaimana mungkin dia layak atas usaha keras Baili Han?

Pedang Duan Qingchou berkilat lagi, dan lebih banyak luka muncul di tubuh Baili Han. Meski titik vitalnya tidak terluka, seluruh tubuhnya diwarnai merah dengan darah segar.

Ada suara denting yang tajam, dan sinar Qi meledak saat Duan Qingchou menebas pedangnya ke Baili Han. Baili Han terpaksa mundur beberapa langkah, dadanya terpotong sangat dalam sehingga bagian putih tulangnya hampir terlihat. Tanpa menunggu dia mendapatkan kembali stabilitasnya, Duan Qingchou menerjang ke depan dan dengan kejam menghancurkan perut bagian bawah Baili Han dengan telapak tangannya. Baili Han dikirim terbang dan mendarat dengan berat di sisi ring pertempuran. Tanah di bawah tubuhnya segera berlumuran darah.

Baili Han bersandar pada pedangnya untuk mendapatkan dukungan untuk berdiri, tetapi setelah berjuang beberapa kali, dia jatuh ke tanah tanpa kekuatan yang tersisa.