BAB IX

99 103 11
                                    

Hari ini Senin tanggal 10 April adalah hari jadi kami. Aku tak menyangka Elmaira akan menembakku secepat ini, padahal aku ada rencana menembak nya setelah lulus nanti.

Dan seharus nya aku yang menembak nya duluan, bukan dia, diriku memang payah.


Kami jalan menuju cafe milik ayah Elmaira, untuk merayakan hari jadi kami. Aku dan Elmaira jalan di depan dan Elangga di belakang sebagai obat nyamuk kami.

"Nyesel aku ikut kalian, sumpah," ucap Elangga kesal,

"Hahaha sabar aja," balas Elmaira tertawa.


Jam 19 : 35 kami pulang dari cafe milik ayah Elmaira. Aku mengantar Elmaira pulang ke rumah nya.

"Hati hati ya Araa," ucap ku,

"Aku kan udah nyampe, kenapa harus hati hati?" tanya Elmaira,

"Kamu yang harus nya hati hati," ucap Elmaira,

"Biar pun di rumah kamu harus hati hati, aku gak mau kamu terluka," kata ku lembut,

"Dihh jijik amat dengar nya, mau muntah," ucap Elangga kegelian,

"Tutup telinga mu, kalau gak mau dengar," balasku,

"Aku masuk dulu ya," kata Elmaira,

"Iya sayang," ucap ku lembut,

"Hati hati di jalan," ucap Elmaira,

"Pasti," balasku.

Kata Elangga aku Alay, tapi aku tidak peduli.

Di jalan aku hanya memikirkan Elmaira dan tidak mempedulikan Elangga di sampingku.

"Mau ke warnet ga?" Tanya Elangga,

Aku tidak mendengar ucapan Elangga.

"Woii malah senyum2 sendiri." Teriak Elangga di telinga ku.

"Berisik woii," balasku kesal,

"Denger gak sih aku bilang apa?" Tanya Elangga,

"Iya denger, bawel amat," balasku,

"Emang aku ngomong apa?" Tanya Elangga,

"Mau pulangkan," jawab ku,

"Hadehh, kalau orang mabuk cinta tuh gini." Ucap Elangga tepuk jidat,

"Hahaha sirik amat jadi manusia," kataku tertawa.

Kami langsung pulang dan tak jadi ke warnet, karena aku benar benar jatuh cinta.


Kediaman rumah ku, di jam 21 : 01 aku baru selesai makan dan mandi.

Aku masih benar benar tidak menyangka tentang hari ini.

Suara telfon*

"Alhamdulillah Araa menelfon ku," gumam ku bahagia,

BINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang