Jungkook mengerti kalau abang-abangnya tidak dapat selalu bersamanya sepanjang hari. Terlebih dengan mereka yang sibuk hampir seharian dan hanya bertemu pada malam hari atau akhir pekan atau bahkan hanya berjumpa saat ada hari libur.
Seperti untuk hari kedua ia bersekolah. Tak ada lagi acara catwalk mendadak dan kehebohan seperti hari pertama. Meskipun tetap ada bisik-bisik rasa kagum dari orang-orang yang berjalan di sekitar mereka. Salah satu dari keenam abang-abangnya, selalu dipastikan tetap mendampingi ataupun mengantar dan menjemput Jungkook.
Jujur saja Jungkook masih merasa sedikit takut juga kesepian. Taehyung Hyung harus pergi menyelesaikan urusan terakhirnya sebelum hari wisuda akhir pekan ini dan yang lainnya terlihat begitu sibuk sampai tidak sempat sarapan bersama seperti biasa.
Hoseok yang terlihat menjadi satu-satunya harapan untuk menemani Jungkook seharian. Pria itu tampak lusuh dan pengangguran, minus dengan wajahnya yang selalu tampak bersinar.
Mengingat insiden terakhir Jungkook bersama Hoseok, ada rasa khawatir yang tertinggal di hati Hoseok. Khawatir tidak bisa bertanggung jawab atas makhluk mungil nan rentan itu, atau bahkan melakukan kekacauan yang lebih menakutkan, bahkan untuk dibayangkan.
Tapi rasa percaya dari teman-temannya membuat Hoseok lebih percaya diri. Menatap mata bulat milik Jungkook yang bersinar layaknya bintang fajar melunturkan rasa takutnya.
Berhubung karena Hoseok benar-benar tidak ada kegiatan selain menunggu lagu-lagu yang harus dia review dari juniornya, itupun bisa dilakukannya di malam hari karena benar-benar tidak mendesak. Hoseok memilih untuk menunggu Jungkook sampai selesai sekolah, bergabung dengan sekumpulan ibu yang juga menunggu seperti dirinya.
Sambil mendengarkan lagu terakhir kali yang dia buat dengan satu earphone di telinga, samar-samar Hoseok mendengar topik pembicaraan ibu-ibu disebelahnya.
"Saya sangat khawatir dengan berita saat ini, banyak anak-anak yang diculik dan dijual ke negara lain atau bahkan dibunuh. Itu sebabnya, suami saya menyuruh saya untuk menunggui putra kami satu-satunya di sekolah dan tidak khawatir dengan urusan rumah," seorang ibu yang duduk di bagian paling tengah kumpulan itu tampak memulai topik.
"Benar. Apalagi anak-anak masih sangat polos, sangat berbahaya kalau mereka bertemu dengan orang asing. Terutama yang memiliki niat buruk," sahut satu ibu lagi.
"Saya setuju dengan Ibu Minjae. Tidak ada yang ingin anak kita menjadi korban orang-orang buruk itu." Sahut yang lainnya.
Hoseok diam-diam ikut setuju dengan pernyataan ibu-ibu itu. Dirinya mengangguk-angguk tanda setuju. Sampai seorang ibu menyadari eksistensinya kemudian berbicara dengan cara berbisik namun masih dapat didengar oleh Hoseok.
"Baru saja kita membicarakannya, coba lihat pria yang duduk disana. Bukankah cukup mencurigakan seorang pemuda seusianya duduk manis di depan sekolah begini seperti seorang pengangguran?"
Suara bisik-bisik bertambah keras, Hoseok mulai merasa dirinya dicurigai kemudian melepas earphone yang dia kenakan kemudian melambai pada ibu-ibu tersebut.
"Maaf Noonim-deul, apa kalian membicarakan saya?" Tanya Hoseok sopan, tidak lupa dengan senyum ramah yang dia kerahkan sekuat tenaga. Dicurigai sekumpulan ibu-ibu itu tidak baik untuk kesehatan mentalnya, bung.
"Eh? Dia memanggil kita Noonim? Aigo~, sopannya."
"Aduh, anak tampan yang tahu sopan santun ternyata,"
"Duh, ibu-ibu jangan terpengaruh dengan wajahnya dong," sahut lainnya.
Ibu yang duduk di tengah kemudian berdiri dan menghampiri Hoseok, "Kami bertanya-tanya kenapa pemuda seusiamu duduk disini dan bukannya pergi bekerja." Jelas saja itu bukan pertanyaan melainkan pernyataan. Hoseok sedikit menelan ludah, tapi tetap tidak melunturkan senyumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boy Meets Baby
FanfictionTadinya Kim Taehyung itu mahasiswa tingkat akhir yang berpangkat Mahasiswa Abadi. Tadinya Kim Taehyung itu jomblo ngenes yang menanti jodoh. Tadinya Kim Taehyung itu hanya tahu nyelamatin anak kucing, kasih jajan preman, dan bantu nenek-nenek buat n...