JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK VOTE SETELAH BACA YA GUYSS. MOHON KERJASAMANYA. SEKIAN. TERIMAKASIH.
--
Siang ini, matahari bersinar cukup terik. Terlihat dari seberang jalan terdapat seorang gadis yang duduk di bangku depan sekolahnya dan sesekali menyeka peluh di keningnya. Hari ini adalah hari pertama Rain bersekolah, jika kalian lupa tentunya.
Hari ini Rain sedang menunggu jemputan nya. Pasalnya sedari tadi Pak Ujang yang tak lain adalah sang sopir tak kunjung datang menjemputnya. Terbesit raut khawatir di benaknya, Bagaimana tidak, Pasalnya Pak Ujang yang terbiasa dengan kedisiplinannya justru tak menunjukkan batang hidungnya hingga kini.
Berbeda dengan para konglomerat lainnya yang akan memarahi bawahannya karena keterlambatan, Justru yang Rain lakukan malah mengkhawatirkan kondisi sopirnya yang satu ini. Rain akhirnya memutuskan untuk menghubungi Oma nya untuk sekedar bertanya dimana keberadaan Pak Ujang.
"Assalamualaikum, Oma."
"Waalaikumsalam Rain. Ada apa sayang?"
"Emm Oma, Apa aku mengganggu mu?" Ucap Rain hati-hati, takut kala dirinya mengganggu waktu Omanya. Pasalnya siang ini Oma nya pasti sedang bekerja di kantor.
"Sebenarnya aku sedang ada meeting proyek besar sayang, Apa yang ingin kau katakan?"
"Begini Oma, Apa Pak Ujang sudah berangkat menjemput ku? Sebenarnya sedari tadi aku sudah menunggunya tapi entah kemana perginya Pak Ujang, ia justru tak kunjung sampai."
"Ck. Sopir itu! Dia seharusnya sudah sampai disekolah mu satu jam yang lalu Rain. Begini saja, Oma yang akan datang menjemput mu hari ini."
"Emm tak usah Oma, Sebaiknya Oma segera bersiaplah. Oma ada meeting besar hari ini. Jangan khawatirkan aku, Aku bisa jaga diri baik-baik Oma. Aku bisa pencak silat jika Oma lupa hehe."
"Apa kau yakin? Siang ini matahari sangat terik sayang. Oma tidak tega membiarkan mu sendirian di luar sana."
"Aku yakin Oma, Percayalah. Sudah yaa Oma aku pamit. Assalamualaikum."
ttuuut...Rain segera mematikan panggilan nya sepihak tanpa mempedulikan Omanya. Saat ini ia sedang membayangkan raut wajah sebal Omanya yang membuatnya geli.
'Waalaikumsalam..Kau sangat menjengkelkan sayang' Monolog Oma.
Tanpa buang-buang waktu, Rain segera melangkahkan kakinya dengan tergesa-gesa, mengingat jam yang sudah menunjukkan pukul 3 sore. Rain menyusuri jalan setapak yang sepi tanpa adanya orang yang berlalu - lalang. Tapi mau tidak mau inilah jalan terdekat dari rumahnya.
Remang-remang Rain melihat dari kejauhan tampak segerombolan preman yang sedang berbincang-bincang. Nyalinya menciut. Ia kalut. Bagaimana tidak, Para preman tersebut membawa sebilah pisau ditangannya.
Rain pun memberanikan diri melangkahkan kakinya menuju tempat di depannya. 'Bismillah' batinnya.
Satu langkah ia masih sangat yakin, Langkah kedua ia harap harap cemas, Langkah ketiga ia mulai merapalkan doa yang menurutnya cukup membantu. Langkah keempat, Tepat saat ia berada di depan para preman ia ingin berlari. Namun pergelangan tangannya di cekal salah satu anggota preman tersebut.
Rain pun memelintir tangan preman tersebut ke belakang, Berhasil. Namun, Preman yang lain menatapnya marah seakan-akan ia lah yang bersalah dalam hal ini.
Preman berambut gondrong dengan sengaja mendorong tubuh Rain dengan keras yang tak berselang lama disertai tawa menggelegar yang berasal dari rekan sang preman.
"Akhh." Ringisnya saat melihat noda darah di pergelangan tangannya. Sontak ia cemas namun berusaha untuk tidak menangis.
"Bugh." Satu pukulan mendarat di pipi preman gondrong yang mendorongnya. Ya, dia Rain. Entah keberanian darimana ia bisa melakukannya. Namun telak. Dirinya justru terkena goresan sebilah pisau yang mendarat sempurna di wajahnya.
Pemuda lelaki yang menyaksikan peristiwa itu sejak awal geram. Entah apa alasannya ia justru langsung menghampiri Rain dan memintanya untuk segera menepi.
"Pergilah. Aku akan mengurusnya." Titah Rey. Pemuda tersebut adalah Rey. Ia pun menghujani seluruh preman yang kurang lebihnya terdapat 5 orang. Lantas, Rey segera melayangkan pukulan mentah-mentah kearah lawannya.
Jelas Rey kalah jumlah. Mengingat dia seorang diri, Sedangkan lawannya berjumlah 5 orang. Rey melirik ke arah Rain seakan memberi isyarat padanya untuk segera lari.
Rain yang mengerti maksud Rey pun segera berlari dan disusul Rey dibelakangnya. Dengan tergesa-gesa mereka berlari secepat mungkin. Aksi kejar-kejaran pun tak berselang lama setelah ia mendapati kantor polisi di depan sana. Dan benar, Para preman tersebut memutuskan untuk kembali ke tempat semula.
"Terimakasih kakak, Kau sudah menolong ku. Entah apa jadinya jika kakak tidak menolongku. Dan maaf, Karena kakak membantuku, kakak jadi ikut kejar-kejaran seperti ini." Ucap Rain bersalah, Bagaimana pun juga ia lah penyebab kejadian ini.
"Sama-sama adik kecil. Dan yaa, Tenang saja. Justru aku ingin melakukan aksi kejar-kejaran ini lagi denganmu haha." Tawa Rey berhenti saat menyadari wajah Rain terluka. Seakan mengerti maksud Rey, Rain meyakinkan bahwa dirinya tidak apa-apa.
"Wajahmu berdarah. Apa itu sakit?" Entah dorongan darimana, pertanyaan konyol Rey muncul begitu saja.
"Tidak apa kakak. Nanti akan sembuh dengan sendirinya." Jawab Rain santai.
Rey berlalu pergi meninggalkan Rain sendirian, Ia berinisiatif membelikan obat P3K setidaknya sekedar pereda nyeri sekaligus penghambat keluarnya darah. Rain pikir, Rey akan pergi untuk pulang. Lantas, Ia pun segera bergegas pulang ke rumahnya.
Saat Rey kembali, Ia tak menjumpai gadis yang ditolongnya tadi. Ia pun berlari mencari keberadaannya dan, Ketemu.
"Hey. Apa begini caramu berterimakasih padaku saat aku telah menyelamatkan nyawamu?" Dengus Rey dengan nada yang dibuat buat agar terkesan sebal.
"Maaf kakak. Aku pikir kakak akan pulang ke rumah, Jadi aku memutuskan untuk pergi juga." Ucapnya menunduk. Ia tidak ada keberanian untuk menatap wajah sebal di hadapannya ini.
"Ini! Pakailah sesampainya di rumah. Dan ayo, Aku akan mengantarmu pulang." Seakan mengerti perbedaan raut wajah Rain. Rey kembali melanjutkan perkataannya.
"Jika kau ingin pulang sendiri dan kejadian ini terulang, Silahkan! Aku tidak akan menolong mu lagi. Baiklah, Aku pergi." Ucap Rey berbalik arah berniat ingin meninggalkan Rain.
"Kakak." Huftt.... Helaan nafas panjang Rain yang mengingat kejadian tadi terus memutar di otaknya.
"Baiklah, aku mau kakak antar aku pulang sekarang." Sambung Rain yang dibalas anggukan rekan bicaranya.
Saat di perjalanan tidak ada yang membuka suara, Sesekali Rey bertanya mengenai dimana tempat tinggal Rain. Se-akward itu ketika mereka berjalan beriringan.
Akhirnya mereka berdua sampai di rumah megah yang tak lain adalah rumah yang ditinggali Rain dan Omanya.
23 Januari 2021
INFO
.
.
.MAAF KALO MASIH ACAK-ACAKAN BAHASANYA. MAKLUM. CERITA PERTAMA. JADI YAA GINI:v
👇👇KLIK IKON VOTE DISINI.
KAMU SEDANG MEMBACA
STORY OF MY LIFE
Teen FictionPROLOG RAIN SANJAYA. Gadis berusia 17 tahun yang kini tumbuh menjadi remaja yang tangguh tanpa adanya kasih sayang keluarga. Yang ia tahu Oma nya lah yang merawatnya sedari kecil. Tapi baginya, memiliki Oma Sari sudah lebih dari cukup...