8.

230 208 31
                                    

                   

happy reading!




--










      "Cepatlah, Dokter. Putriku sudah sangat kesakitan. Jangan buang-buang waktu untuk memperdebatkan hal tak berguna itu." Ucap Anthony.

     
       'Tak berguna.' Batin Satria sambil tersenyum pahit kearah Anthony.

       Akhirnya, Dengan berat hati Satria pun menangani Aldara. Sebenarnya ia tak tega kala melihat raut kesakitan yang Aldara pancarkan, Namun mengingat perlakuan kedua orang tua Aldara itu, Ia rasa ini belum setimpal dengan apa yang orang tuanya lakukan pada gadis kecilnya.

       Maudy yang sedang menunggu penanganan Aldara yang tak kunjung selesai pun memutuskan untuk menghubungi anak sulungnya. Setidaknya ia ingin keluarga kecilnya berkumpul untuk memberikan kekuatan pada Aldara yang terbaring didalam sana.

        "Halo, Nak." Ucap Maudy lembut.

        "Halo, Ma. Ada apa?" Ucap seseorang di seberang sana.

         "Adikmu masuk rumah sakit lagi, Apa kau tidak keberatan jika kau kemari?" Ucapnya menahan pilu.

         "Dara sakit lagi ma? Aku kesana sekarang, Mama kirimkan alamat rumah sakitnya sekarang. Aku segera menyusul." Ucap pemuda tersebut kemudian melangkah menuju parkiran.

         Tidak heran jika Samuel langsung bergegas pergi meninggalkan sekolah, Karena pasalnya hari ini sedang diadakan rapat guru. Jadi, Seluruh siswa diperbolehkan untuk pulang di jam pelajaran kedua. Tepatnya sebelum istirahat tiba.

        "Sam." Panggil Rain.

        "Eh, Rain. Ada apa? Sorry gua gabisa lama-lama, Adik gua lagi dirawat di rumah sakit. Ada yang penting?" Tanya Sam tergesa-gesa.

        "Kalo boleh tau rumah sakit mana Sam?"

        "Rumah sakit Wijaya Hospital."

       'Itu kan rumah sakit tempat kak Satria praktek.' Batin Rain.

       "Maaf, Tadi aku gak sengaja denger obrolan kamu sama mama kamu. Sebenarnya aku mau ikut kamu ke rumah sakit. Soalnya kakak aku kebetulan kerja di rumah sakit itu. Rencananya mau nebeng hehe." Ucap Rain panjang lebar yang intinya ingin meminta tumpangan. Jangan tanyakan dimana keberadaan Rey, Ia juga sedang ada rapat di sekolah bersama dengan para guru. Rey adalah ketua OSIS di sekolahnya. Jadi tak heran jika Rey disibukkan dengan berbagai kegiatan penting yang tak bisa ditinggalkan.

        "Yaudah, Ayo. Tapi sorry nih, Gua bawa motor. Gimana?"

       "Gak papa, Asal pake helm juga. Daripada nungguin disini lama ya kan. Thanks ya Sam."

       "Hm. Santai aja."

      Lantas, Keduanya melesat ke arah jalan raya yang dipadati pengendara. Untung saja Sam membawa motor hari ini, Jadi ia bisa dengan mudah menyalip kendaraan yang melintas didepannya. Lain cerita jika Sam membawa mobil, Bisa di pastikan saat ini ia sedang terlibat kemacetan.

      Saat berhasil membelah jalan raya yang padat pengendara, Akhirnya mereka sampai di Rumah Sakit. Setelah berterimakasih pada Samuel, Rain memutuskan untuk menghubungi Satria, Namun tak ada jawaban. Ia memutuskan untuk menuju ruangan kakaknya berada. Jangan ditanyakan lagi kenapa Rain bisa tau dimana keberadaan ruangan kakaknya. Karena sejatinya, Ia juga termasuk bagian dari keluarga pemilik Rumah Sakit 'Wijaya Hospital.' Nama Rumah Sakit tersebut diambil dari nama almarhum kakeknya. Bahkan, Nama belakang Rain saat ini pun di gantikan dengan nama yang sama dengan almarhum kakeknya. 'Wijaya.' Begitu orang menyebutnya.

STORY OF MY LIFE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang