Pikiran Tian

35 4 1
                                    

Tian memukul pintu, rambutnya berantakan, “APA INI, TINGGAL CORET NAMA SAYA SAJA, APA SUSAHNYA?”

“Ini bukan tentang coret-mencoret, tapi ini semua juga tentang tanggung jawab yang sudah diberikan kepada saya untuk memilih kamu. Lagipula saat itu, saat kamu menulis formulir itu, secara tidak sadar anda sudah bertanggungjawab atas keputusan yang akan diberikan nantinya. Sudah, saya tak ada waktu untuk mengurus kamu,” ketua osis itu meninggalkan ruangan itu.

Tian menghembuskan nafas kasarnya. Batinnya tak henti-hentinya mengumpat. Untung saja ia bisa menahan emosinya, kalau tidak, bisa-bisa semua orang disana takut padanya.

Ia menengok ke samping, ternyata tanpa ia sadari, Ara memperhatikannya sejak tadi, seolah menunggu Tian untuk menengok ke arahnya.

“Ayok balik ke kelas sama aku!” Ara menampilkan wajah memohonnya.

Tian berjalan, mengikuti Ara dan Gaby dari belakang. Tapi mengapa pikirannya tak berhenti memikirkan Ara. Sudah berjam-jam ia memikirkan tentang siapa Ara yang sebenarnya. Wajah, perilaku, dan postur tubuhnya, rasanya ia pernah bertemu dengannya sebelumnya.

Ara merasakan seperti ada yang menatapnya sedari tadi dari arah belakang. Ara menengok ke belakang, ternyata benar, tepat seperti apa yang ada di dugaannya.

“Tian, kamu kenapa? Kok ngeliatin Ara terus?”

“Gue kaya kenal lu, tapi dimana ya …” Tian menyadari bahwa mulutnya baru saja mengatakan sesuatu yang membuat Ara terpaku.

“EH MAAF, KECEPLOSAN,” Tian tertawa, wajahnya memerah karena malu.

“O-oh, mungkin mukaku yang pasaran.”  Ara bernafas lega, ternyata Tian tak mengenalinya.

***

Ara keluar dari kamar mandi, ia kini tinggal di kost dengan gratis milik keluarga Gaby. Ia memakai jedai mutiara nan mengkilat yang Gaby belikan untuk dirinya setelah pulang sekolah tadi.

DRRRTT!’
Ara mengecek ponselnya, ada notifikasi pesan masuk dari nomer yang tak dikenali.

08*******5
Hai Ara, makasih udah buat aku semangat lagi, maaf kemarin aku ngalamun.

Ara cantik no debat
Kamu siapa? Tian kah?

08*******5
Iya. Btw bisa nggak kalo nanti kita ketemu di taman?

Ara cantik no debat
Bisa kok, jam 5 ya.

08*******5
Idih, username lu genit amat.

Ara cantik no debat
Itu fakta ya, jangan main nentang kau.

Ara mematikan ponselnya, lalu tersenyum sendiri. Entah mengapa penampilan Tian masih mempesona seperti saat ia kecil.
Ara sadar dari lamunannya, bisa-bisanyas ia memikirkan bocah badung itu. Ara mencoba untuk menahan perasaannya supaya ia tak jatuh hati lagi kepada sosok Tian yang ada di masa depannya.

***

Ara bangun dari mimpinya, menengok ke arah jam.

“Oh, masih jam 5.” Ara memejamkan matanya

“LOH, UDAH JAM 5?!” ia baru menyadari jika ia akan bertemu Tian di jam itu.

Ara langsung beranjak ke arah lemari baju dan mencari baju yang ia sukai. Mencari baju yang cocok dengan kepribadiannya dan mengobrak-abrik lemari miliknya. Sesekali ia mendengus kasar karna taka da satu baju-pun yang cocok dengannya. Beberapa perdebatan kemudian, ia menemukan baju yang cocok dengannya. Rambutnya ia gerai cantik. Dan di kedua sisinya ia kepang, menimbulkan kesan manis.

Ara membuka pintunya, hidungnya sibuk menghirup udara segar di luar rumah barunya. Lalu berjalan cepat menuju taman itu
Taman yang disebut taman Rizz itu berjarak sekitar 1 km dari rumahnya. Walau jarak rumah dan tempat itu tergolong dekat, namun tidak bagi Ara. Bagi Ara itu adalah perjalanan panjang yang ia harus tempuh, karena di jalan ia akan bertemu dengan berbagai gumpalan orang yang bergerombol memenuhi jalan dengan seenaknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 23, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Turn Back Time!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang