Perlahan terungkap

69 8 0
                                    

Ara terjatuh, dan kini ia melihat kalender milik Christian.

"H-HAH? 2016?!"

Ara serentak terjatuh. Sepasang tangannya langsung menutupi mulutnya yang sedari tadi menganga keheranan. Dirinya tak menyangka, ternyata lelaki itu adalah sahabat kecilnya, Tian.

"ANDA SIAPA HAH?! KOK BISA MASUK KE KAMAR SAYA?!"

"Ni anak bicara sama siapa dah, kan badan Ara nggak kelihatan," ucap Ara sembari melihat sekeliling.

"Eh bentar, Ara kok cantik, BHAHAHA." Seketika jiwa fuckboy Tian yang muncul.

"Sialan, fuckboy ternyata."

"Eh bentar, kok dia tau namaku?" Ara langsung mengeryipkan matanya.

Kejanggalan itu hadir di benaknya. Jantungnya berdebar kencang, tangannya kosong, buku itu hilang dari genggamannya. Segala sudut ruangan ia sapu bersih dengan matanya. Batinnya tak berhenti berharap buku itu masih ada di dekatnya.

Tian langsung mecengkram erat tangan Ara. Dengan cepat ia memojokkan badan Ara ke sudut kamarnya. Matanya memandang dekat-dekat wajah Ara.

Cengkraman tangan Tian terasa jelas di tubuh Ara. Dengan cepat wajah senyumnya berubah menjadi amarah. Ia tak suka jika ada orang yang masuk ke kamarnya tanpa alasan yang jelas, karena kamarnya adalah privasi terbesarnya. Batin Ara syok, selama ini ia tak pernah tau jika Tian mempunyai emosi yang bisa berubah dengan cepat.

Seketika mata Tian membesar, "k-kamu mirip sahabat kecilku, namanya juga Ara, saat ia umur 14 tahun" seketika emosi Tian menyurut, dan perlahan melepas cengkramannya.

"Hah? 14 tahun? Ara-kan masih 10 tahun" Ara beranjak menuju cermin.

"L-LOH, A-ARA JADI TINGGI." Ara berteriak.

Ara kini tengah terpengarah dengan tubuhnya, seketika tubuhnya berubah menjadi dirinya yang jaraknya 4 tahun lebih tua dari sekarang. tingginya, rambutnnya, penampilannya, semua itu terlihat aneh di mata Ara. Ara mencubitn pipinya, memastikan bahwa ini semua adalah fakta.

Sementara itu, Tian sedari tadi menatap Ara dengan tatapan aneh.

Mata Ara menemukan buku itu, dengan cepat tangannya terayun dan mengambil buku itu.

"Dadaaaa, Ara mau pergi lagiiiii!" seketika Ara hilang di hadapan mata Tian.

"Wah wegelaseh, kayanya aku kebanyakan ngerjain tugas, makanya jadi mabok." Tian menghela nafas sembari menenangkan jantungnya.

***

Ara kini duduk rapi di kursi mobil Tian, memperhatikan Tian yang sedari tadi sibuk menyetir mobilnya.

"iiiiii, bantalnya lucu bangettt," ucap Ara sembari memencet bantal leher yang ada di sebelahnya.

Mata Tian kembali membesar, bantalnya bergerak sendiri.
"Wah gila, serem banget." Tian menengok ke belakang dengan jantung yang berdebar.

Mata Ara berbinar-binar semua pemandangan yang ia lihat membuatnya puas. Bangunan dan semua keramaian itu, menjadi kebahagiaa tersendiri buat Ara. Menit-menit mereka lalui, dan pada akhirnya mobil itu berhenti tepat di depan sekolahnya.
Tian berlari menuju kelasnya.

"TOLONG EH, AKU DI-KEJAR H-HAN-"

'plak' suara tamparan itu terdengar keras.

"LU KALO NGOMONG YANG BENER DONG BAMBANK, NAFAS DULU COK," Alex berteriak keras.

"Wahai Albert Angel Alexis, jangan ngegas lah jubaedah, berisik banget sih heh." Adeeva memukul Alex.

Tian mengatur nafasnya, dan perlahan mulutnya menceritakan semua kejadian aneh yang ia rasakan.

"Halah, ngadi-ngadi lu." Adriel mulai tertawa.

"BENERAN SUMPAH, GA BOHONG." Tian meyakinkan sahabat-sahabatnya.

Pandangan mereka berbeda, suara teriakan ketiganya menggema di kelasnya. Tian mulai memanas, tangannya terayun ke belakang sembari memegang buku biologinya.

PLETAKK, Tian merasa bukunya mengenai sesuatu.

"TIAN! BERANI-BERANINYA KAMU MEMUKUL KEPALA BAPAK!"

"M-maaf pak, s-saya nggak sengaja." Tian memohon.

"APAAN MAAF-MAAF, SAYA KURANGI NILAI ULANGAN KAMU. SAKIT INI BAMBANK!" pak Surya berjalan ke kursinya.

Tian berjalan ke tempat duduknya sembari mengancam Adriel dan Alex.

"Kasian banget sih si raja fakboi satu ini," ejek Adriel.

Suara langkah kaki itupun terdengar, gadis itu beranjak masuk ke kelas Tian. Gadis tembam, pendek dan berambut bergelombang itu berhasil memikat semua penghuni kelas.

"Perkenalkan, aku Gaby Aldora Bernice. Gadis berzodiak leo, yang lahir di bumi. Aku suka melukis, juga menyanyi, emmm aku juga suka nulis cerita. Salam kenal semua!" Gaby melambaikan tangannya.

"L-LOH TIAN?" Gaby terkejut.

"LOH?" Tian tak percaya.

Ara yang sedari tadi duduk di meja belakang kelas langsung berdiri dari kursinya, ternyata ia menemukan dirinya yang ada di masa depan. Tanpa ia sadari, tangannya melepas buku kunonya.

"LOH KAMU? NGAPAIN DISINI?" Tian berteriak dari depan kelasnya.

Ara kaget, ia menyadari buku itu hilang dari tangannya.

"E-em ... A-Aku..."

Turn Back Time!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang