Angin bersemilir kencang menerpa ruangan kelas, bu Rika tak henti hentinya menerangankan pelajaran di depan kelas. Sebagian tertidur pulas di atas sandaran tangannya dengan rongga mulut yang terbuka lebar lebar, aku, ketua kelas 2-B terlihat sibuk memainkan ponselnya yang sengaja disembunyikan dari bu Rika.
“Fikri!” tiba-tiba tangan bu Rika menunjukku di kerumunan kerumunan murid yang ada di bagian belakang, “tolong maju ke sini.”
“Ah...i...iya bu” dengan sangat hati hati aku menaruh ponsel selulernya ke dalam tas.
“Cepat!” bu Rika membanting tangannya ke atas meja
Aku mempercepat langkah, menegaskan bahwa aku sangat tidak ingin dimarahi oleh guru killer di sepanjang sejarah sekolah ini. Derapan langkah terdengar sayup, menaiki satu dua anak tangga di depan panggung kelas. Bu Rika sudah duduk di bagian depan auditorium kelas, memandang seisi kelas dengan tatapannya, guru ini sesekali membuka ponselnya itu, tertawa karena isi ponselnya sendiri. Aku sudah berada di depan bu Rika, tanganku bergemetar, keringat dingin mulai mengucur, melirik sesekali ke arah bu Rika.
“Nah, bu guru punya kabar gembira dan kabar sedih untuk kita semua,” ujar bu Rika sambil matanya melirik ke arah ponselnya “mau dengar yang mana dulu?”
Tiba-tiba Dio nyeletuk sambil mengangkat jari tangannya ke atas “kabar gembiranya dulu lah bu.”
Bu Rika terseyum tipis, lipstick merah mudanya terlihat membeas di mulutnya, “nah, jadi kabar gembira hari ini adalah...mulai besok bu Rika tidak akan menjadi wali kelas 2-2 lagi. Dan nanti akan diberitahuksn lebih lanjut oleh sekolah,”
Beberapa orang tersenyum, tak berani mengungkapkan rasa bahagianya, ada pula yang menutupi wajahnya untuk bersorak riai. Moment ini seketika berubah saat bu Rika melanjutkan sepatah kata selanjutnya. “untuk kabar buruknya salah satu teman akan di keluarkan dari sekloah, jadi-”
“Jadi kenapa bu?” celetuk Dio
“Jadi dia harus terpaksa pindah dari SMP Negeri 1 Ini,”
Raut wajah mereka seketika berubah menjadi ajang fitnah memfitnah orang, mereka saling tunjuk menunjuk pasal siapa orang yang akan dikeluarkan dari sekolah ini. Fikri yang merasa bersalah mencoba menarik perhatian teman-temannya dengan cara berteriak dengan slogan anime terkenal.
“Horaaa!!!” ketusku sambil memukul meja di depannya. Teman-temannya pun berpaling arah menuju kearahku. Aku menunduk hormat, suasana kelas menjadi sepi skeitar beberapa menit saja. Gerak-gerik mulutku tak bisa berhenti, inilah satu satunya jalan agar Semua orang bisa tahu. Punggungku kunaikkan seperti sedia kala, lalu menyampaikan sepatah dua patah kata. “kalian tahu teman-teman, cerita yang kuukir di sini tak akan kulupakan. Selain itu juga, aku berterima kasih kepda kalian semua,” alis wajahku naik sebelah “mulai hari ini, aku akan pindah sekolah.”
Sebuah kata yang mengejutkan dari seorang ketua kelas yang paling berwibawa. Teman-temannya haru melihat kejadian ini. Melihat sosok yang paling angkuh, pintar, sopan, berwibawa harus pindah sekolah. Beberapa temannya sampai ada yan melarang, tak kuat harus di tinggalkan oleh temannya yang paling berharga.
“Sudah, ikhlaskan saja Fikri, kasihan kalu seperti ini terus. Nanti Fikri pasti akan terbebani rasa bersalah dari kalian semua” ujar bu Rika dari meja auditorium.
“Sampai jupa ya teman-teman” aku pun kembali ke mejanya untuk mengambil tasnya dan berjalan keluar menuju gerbang utama sekolah.∑
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak Perjalanan : Negatif Dan Positif
General FictionKisah tentang mencari arti dibalik 'pesantren'