Bab VI

6 1 0
                                    

Sekarang Andi dan Vian sudah berteman dekat dengan Andi, dan tentunya denganku juga. Semuanya berkat Syaikh Hamdullah yang telah memotivasi mereka. Akhirnya kami bisa bersatu dan berteman, dan semua komplotannya dibubarkan dan akirnya semua bisa berbuat baik. Angkatan kami menjadi lebih baik lagi, namun masih ada beberapa orang yang masih tidak mau bekerjasama untuk membuat angkatan leboh baik.
     Shubuh telah menanti, jam dinding menunjukkan pukul jam 3. Semua teman telah terbnagun dari pulau kapuk mereka, dan beranjak ke kamar mandi. Deras air terdengar dari ujung lorong, tubuhku kedinginan sehabis mandi tanpa jurus andalanku, aku mengambil baju dan sarung dari lemari dan memakainya dengan segera.
“Berangkat yuk, takut gak kebagian shof depan,”
“Tumben Fik, biasanya shof manapun kamu tempatin,”  Andi tertawa kecil, smbil memakai sarungnya.
“Ledeki aja terus, temen mau berbuat baik malah di jeleki, terusin aja,” Aku membuka pintu dan mengambil sandal.
     Andi mengambil peci dari lemarinya dan mengambil peci juga dari lemariku, dan tiba-tiba menghampiriku dengan sangat cepat. “Mau ke Shof satu kalau gak pakai peci tetep dihukum juga,”
“Hihi,” Aku langsung mengambil peci itu dari tangan Andi, dan lanjut berjalan.
     Matahari mulai muncul, semua santri masuk ke dalam kelas masing-masing. Kegiatan hari ini sama seperti biasanya, tak ada ulangan tak ada orang jahil. Tiba-tiba Syaikh Hamdullah masuk ke kelas 8-3, dan memanggilku untuk menuju ke ruang kepala pondok pesantren. Semua teman teman terheran, namun tak menghiraukannya. Aku keluar dan mengahampiri Syaikh Hamdullah, namun Syaikh Hamdullah tetap diam sesampainya disana.
     Pintu dibuka, beberapa orang duduk di kursi. Rasanya wajah yang sangat familiar di ingatanku. Syaikh Menyuruhku untuk duduk, dan aku melihat ke arah mereka.
“Fik, kamu sekarang telah ditetapkan sebagai ketua pengurus OSIS,”
    
     Aku tersedak saat meminum teh yang disediakan, wajahku kaku sekali, mulutku hampir tak bisa berkata-kata. Syaikh Hamdullah memegangku, dan mencoba menjelaskan.
“Berdasarkan rapat Yayasan, kamu telah ditetapkan sebagai Ketua Pengurus OSIS, menggantikan Ridwan kakak kelasmu yang hampir lulus.”
“Syaikh, kenapa harus saya. Ada Andi yang elbih berpengalaman dan lebih besar Karismanya, saya ini cuman Santri pindahan yang nakal,”
     Syaikh hanya senyum,”walaupun kamu itu anak pindahan yang nakal, namun kamu memiliki cara pandang yang sangat berbeda dari yang lain. Jika ada permasalahan, kamu tidak ikut sebagai dua kubu yang saling bermasalah, namun kamu menjadi kubu yang mengakhiri masalah itu.”
     Aku sempat terngiang anime Oregairu yang sempat aku tonton, mungkinkah aku mirip dengan si Hachiman itu. Namun aku tetap bersikeras menolak jabatan yang mulia itu.
“Buatlah tujuan itu demi Syaikh Fikri, demi Syaikh saja. Kamu tak harus bekerja demi namamu itu, demi Syakh saja.” Syaikh memohon kepadaku, tak seharusnya Syaikh memohon kepada santri, sungguh kebalikannya.
“Baiklah Syaikh, aku akan mengemban jabatan sebagai Ketua Pengurus OSIS, suam ini demi Syaikh yang telah membuat saya diterima disini, terima kasih Syaikh,” aku beranjak dari kursi,”dan terima kasih untuk Ustadz Budi dan Ustadz Imam, dan untuk Ustadz Firman yanv telah mengajari akhlak kepada saya, semua akan saya emban.”
     Syaikh Hamdullah memberi tepukan tangan, dan para Ustadz lainnya mengikuti Syaikh dengan sangat gembira.∑

Jejak Perjalanan : Negatif Dan PositifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang