Mentari terbit dari arah timur menampakan langit cerah pada udara pagi menyejukkan.
Sedangkan benaknya kacau,
Mengirit komunikasi bermaksud merenungkan diri sepanjang hari, justru mengundang tanda tanya besar bagi Jisung. Melihat Hana termenung tanpa alasan membuat Jisung khawatir, berkali-kali menanyakan tentang kondisi kesehatannya.
Hana tentunya menjawab seadanya dengan menyangkal bahwa ia baik-baik saja. Tetapi percuma menutupi jika pada dasarnya gelagat seta raut wajahnya tidak pandai menyembunyikan.
Felix diam-diam mencondongkan gulungan kertas kecil pada Hana saat proses belajar mengajar kelas tengah berlangsung. Turut penasaran dengan gelagat anehnya.
"Ada apa denganmu? Terjadi sesuatu?"
Dan Hana hanya bisa tersenyum tipis saat membaca tulisan dibalik gulungan kertas itu. Ia melirik sembari menggelengkan kepala sebagai jawaban, menimbulkan alis samar lelaki itu mengernyit bingung.
Karena bagi Hana, sebagian besar manusia mempunyai rahasia tersendiri yang tak perlu diungkapkan kepada siapapun.
***
Mempertahankan keegoisan atau memilih melepaskannya. Perang batin semakin mencekiknya, tapi bukankah sangat jelas bahwa mempertahankan ego sepenuhnya salah?
Melihat kekasih hatinya selalu berusaha keras mengejar nilai dan tersenyum puas dengan hasil memuaskan. Bukankah sudah jelas bahagia dan masa depannya berada disana?
Sangat jahat jika Hana tetap mengurungnya dalam sebuah ikatan.
Karena tanpanya Jisung akan bahagia, tanpanya pula Jisung tak akan terlibat masalah lebih banyak lagi.
"Hanie, ada yang ingin kusampaikan padamu."
Mengumpulkan keberanian kala senja menyambut sepulang sekolah. Menatap sepasang mata yang setia membalas menatapnya dengan kehangatan-- Ia mengetahui sangat berat meninggalkan semua dengan singkat.
"Apa? Oh tunggu sebentar," tangan Jisung sibuk menjejali saku seragamnya. Sedetik kemudian menyerahkan sebuah permen strawberry.
Hana mengerjap beberapa saat sebelum akhirnya permen itu jatuh pada genggamannya. Dan sebuah pelukan hangat menyelimuti tubuhnya. Jisung memeluknya erat sembari dagu lelaki itu menyandar pada puncak kepalanya.
"Aku merindukanmu. Seharian ini kau cemberut. Aku tidak akan menanyakan apapun, tapi berjanjilah untuk tersenyum secepatnya." ucap Jisung lirih,
menembus relung hati, menimbulkan genangan pada pelupuk mata.
Hana dengan cepat mengusap kasar air mata yang jatuh menetes membasahi pipi. Menghapus jejak bahwa ia tengah bersedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE MIRROR [HAN JISUNG]
Fanfiction[COMPLETED] Dua dunia saling bertolak belakang dilalui tanpa Hana ketahui penyebabnya. Semenjak bertemu dengan dunia baru, Hana menemukan cerita tersendiri. Bagaimana ceritanya? Kuy bacaa^^