Berbalut seragam olahraga milik Jisung yang terasa dua kali lipat menelan tubuh mungilnya, karena ia tidak mempunyai seragam cadangan lain. Hana terduduk sembari menyandarkan punggung pada headboard ranjang klinik sekolah. Rambutnya tidak kering sempurna akibat tidak mengenakan bantuan hair dryer, hanyalah handuk kecil yang tersedia.
Berakhirlah Jisung mengeluarkan keahliannya dengan melipat handuk kecil membentuk topi kepala domba khas sauna dan membungkus sebagian kepala Hana. Kata lelaki itu, cukup membantu untuk mengeringkan rambut. Entahlah.
"Apa kau tidak masuk kelas?" Hana sedikit mendapati suaranya terdengar serak, mungkin akibat efek dari air dingin yang memaksa memasuki tenggorokannya.
"Menjagamu." Jisung menduduki tepi ranjang. Bersedekap dengan sorot mata tidak ingin menerima penolakan. "Kau pikir aku akan meninggalkanmu sendiri?"
"Dan kau," mata Hana beralih pada Felix, tengah terduduk dengan posisi sandaran kursi menghadap ke depan. Dagunya menempel pada puncak sandaran kursi, Jarak mata lelaki itu seakan dapat menelan layar ponsel, "apa yang kau lakukan disini?"
Felix semulanya berkutat pada ponsel, kemudian memutar bola mata, "Mood belajarku menghilang setelah seseorang tenggelam tanpa alasan dan membuatku semakin pusing. Terlebih kekasihnya hampir pucat pasi mengajakku berlari keliling sekolah hanya untuk mencari seseorang itu." celoteh Felix, kembali berfokus pada layar ponselnya. sindiran halus itu tidak lain ditujukan pada Hana.
"Kalian bolos?" ia menyimpulkan.
"Lebih tepatnya bolos karenamu." jawab Felix tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponselnya.
"Tenang saja, hanya melewatkan satu mata pelajaran." Jisung tersenyum simpul, mengusap puncak kepala Hana. "Apa kau sudah baikan? Kalau belum, aku akan mengantarmu pulang ke rumah."
"Aku baik-baik saja-- dan maaf, karenaku kalian jadi kerepotan." Hana menundukan kepala, cemberut merasa bersalah. Jemarinya memainkan ujung resleting baju.
"Sebenarnya kenapa kau berada di area kolam renang sekolah? Bukannya kau tidak tahu berenang?" Jisung spontan bertanya.
Hana tidak mengetahui harus memulai menjelaskan dari mana, memberitahu bahwa ia kembali pada bulan juni dan bertemu dengan Jenny kemudian mengalami tindakan mengerikan dari gadis itu, atau ia harus menceritakan awal terjebak dirinya memasuki dunia cermin, karena menjelaskan secara sebagian akan membuat mereka kebingungan.
Terlebih, mereka mengenal Jenny atau tidaknya.
"Jenny, apa kalian mengetahui Jenny?" pertanyaan itu keluar begitu saja tanpa berpikir panjang. Hana mendongak, menatap keduanya secara bergantian, dengan tidak mengharapkan jawaban pastinya.
Felix mengernyit. Mengabaikan sejenak Game pada ponselnya. Berlanjut melontarkan jawaban tak terduga yang membuat Hana melebarkan pasang matanya. "Jenny si ratu ular menjijikan itu? Siapa yang tidak mengetahui perlakuan buruknya."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE MIRROR [HAN JISUNG]
Fanfiction[COMPLETED] Dua dunia saling bertolak belakang dilalui tanpa Hana ketahui penyebabnya. Semenjak bertemu dengan dunia baru, Hana menemukan cerita tersendiri. Bagaimana ceritanya? Kuy bacaa^^