Segalanya perlahan berubah semenjak kepindahan kedua lelaki yang berasal dari Ilsan, kehadiran Jisung dan Felix praktis mengajarkan sekaligus mengubah cara pandang Hana terhadap dunia sesungguhnya-- terhadap kebahagiaan kehidupan masa remaja pada umumnya.
Teman, peduli, dan canda tawa.
Paginya bermula dengan sapaan mengejutkan ketika Hana telah bersiap berangkat sekolah, mengenakan seragam lengkap, berderap dengan langkah beratnya membuka pagar dan terperanjat kaget tatkala mendapati Felix dan Jisung tengah berjongkok sedari tadi pada sudut luar pagar rumahnya, bersabar menunggu sembari menghitung dedaunan kering yang berguguran dari pepohonan sekitar.
"Pagi," Felix menyapa secara natural, bagaikan mengenal Hana sejak lama.
Begitu pula dengan Jisung, yang beranjak menegakan tubuh, mengangkat sedang tangannya sebagai gestur sapaan yang biasa dilakukannya pada teman sebaya.
Tidak lupa, Jisung tersenyum simpul.
"Yo, pagi."Benar-benar nyata,
Sapaan ringan yang nyata mengarah padanya pada pagi hari berhiaskan langit cerah, bagaikan bentuk peresmian bahwa Hana akan melewati keseharian bersama penuh warna tanpa harus menyendiri untuk selamanya.
Jisung dan Felix selalu memperlakukan Hana layaknya prioritas utama, ketika dalam bus terdapat banyak penumpang dan kursi kosong tersisa satu--kedua lelaki itu membiarkannya duduk, sementara mereka berdiri pada sisi luar, memegang handle bus dan mengajaknya bercerita dengan segala pembahasan yang muncul begitu saja meski Hana lebih banyak menjawab secara singkat akibat kegugupannya.
Hana juga merasakan penindasan Jenny terhadapnya semakin lemah, ketika suatu waktu buku catatan tugas gadis mengerikan itu mendarat pada permukaan mejanya. Dan mendengar bisikan mengintimidasi Jenny yang menyuruhnya mengerjakan tugas dalam kurun waktu secepat mungkin-- sebelum saem meminta mengumpulkannya.
Sedangkan Felix yang menyadari situasi janggal, secara mengejutkan menyambar kasar buku itu dan kembali melemparnya, hampir mengenai wajah mulus Jenny kalau saja tidak secara cekatan menghindarinya, sampai membuatnya bergeming.
Felix yang menyandarkan punggung pada sandaran kursi, memicingkan matanya seakan siap menghambur segala benda yang berada disekitarnya. "Bangku kami tidak menerima jasa titipan buku sampah."
Seluruh pusat perhatian tertuju pada Felix. Sang bintang utama layaknya pahlawan kesiangan. Suara bariton itu terdengar dingin, tidak kalah mengintimidasi. "Kau membuatku mual saja."
Itulah hari mulanya Jenny tidak mampu berkutik, merasa direndahkan, dipermalukan depan banyaknya pasang mata menyorot. Dan untuk pertama kalinya tangan Jenny tidak bisa berkutik melakukan kekerasan lainnya pada Hana.
Tidak sampai disitu, selain Felix turut ikut campur dalam permasalahan meski Hana sama sekali tidak meminta bantuan apapun. Han Jisung sempat secara paksa mendobrak masuk pintu toilet wanita setelah mengetahui Jenny bersama komplotannya kembali berulah menyeret Hana, menyiraminya dengan air hingga basah kuyup dan menendangnya sesuka hati untuk meluapkan emosi semata.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE MIRROR [HAN JISUNG]
Fanfiction[COMPLETED] Dua dunia saling bertolak belakang dilalui tanpa Hana ketahui penyebabnya. Semenjak bertemu dengan dunia baru, Hana menemukan cerita tersendiri. Bagaimana ceritanya? Kuy bacaa^^