Chapter 6

608 134 19
                                        

Menjelang sore bersama dengan langit jingga, meski udara dingin tetap menyelimuti namun kepingan salju tak kunjung menampakan diri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menjelang sore bersama dengan langit jingga, meski udara dingin tetap menyelimuti namun kepingan salju tak kunjung menampakan diri.

Sepulang sekolah Felix mengajak untuk singgah di kedai tteokboki tak jauh dari lokasi sekolah. Katanya lelaki itu memiliki kupon gratis yang cukup untuk tiga orang.

Jisung tidak menolak, apalagi Hana. Meskipun Hana tidak begitu menyukai makanan pedas, setidaknya sesekali ia harus mencoba. Terlebih menikmati makanan bersama teman, bukankah itu menyenangkan?

Berakhirlah Felix memesan tiga porsi tteokbeoki, sedangkan Jisung menambah memesan eomukguk. sepertinya lelaki itu juga mengetahui bahwa Hana tidak begitu kuat untuk mencicipi makanan pedas.

Apalagi yang tidak diketahui Jisung tentangnya?

Dia mengetahui segalanya.

Pesanan datang dalam beberapa menit. Semangkuk tteokbeoki mengepulkan asapnya. Melihat kuahnya yang memerah mencolok membuat Hana sedikit tertantang untuk mencicipi.

Belum sempat Hana berniat meraih sumpit, Jisung telah mematahkan sumpit kayu menjadi dua bagian dan memberikan sumpit itu kepada Hana.

"Kalau pedas, jangan memaksa makan tteokbeoki. Perutmu bisa sakit.-- kau bisa memakan eomukguk." ucapnya sembari mengelus singkat puncak kepala Hana.

Sedangkan Hana yang mendapat perlakuan manis itu hanya bisa mengulum senyum. Mengigiti ujung sumpit. Ia berusaha Menyembunyikan debaran jantungnya. "Baiklah."

Disela adegan romantis. Felix tampak tidak peduli, dan lebih terlihat menikmati tteokbeoki. Bahkan dapat tergambar dari wajahnya yang ikut memerah, kepedasan. "Memakan tteokbeoki dicuaca dingin memang terbaik."

Mendengar reaksi Felix. Hana tidak sabar untuk mencicipi.

Sumpitnya mulai meraih sepotong tteok. Tidak lupa, ia meniupnya sebelum memasukan ke dalam mulutnya. Namun, Tidak sampai dua detik mengunyah, Hana telah kelabakan mencari minuman.

Untungnya Jisung telah siap sedia dengan membukakan penutup sebotol air mineral. Diserahkannya botol itu dengan Hana yang merespon cepat--menyambar dan menenggaknya.

"Ternyata kau lebih payah dariku dalam memakan makanan pedas." Felix mengejek. Wajahnya menggambarkan betapa semakin meningkat percaya dirinya.

Hana membalas dengan memicingkan matanya kesal. Kembali beralih meraih sumpit.

Matanya memperhatikan Jisung yang tengah menyantap tteokbeoki tanpa merasakan reaksi kepedasan sama sekali.

Ia secara tidak sengaja melihat-- dan baru menyadari bahwa telinga Jisung terdapat tindikan?

"Kau pernah memakai anting?" tanya Hana spontan. Tanpa berpikir terlebih dahulu.

Jisung mendongak, mengetahui pertanyaan itu ditujukan padanya. "Kau yang menyuruhku membuka antingnya. Kau tidak ingat?"

THE MIRROR [HAN JISUNG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang