Chapter 7

593 138 10
                                    

(Mulmed 🎵 : melancholia music box sad)

(Jangan diputar sekarang)

Ada yang berbeda kala pagi menjelang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ada yang berbeda kala pagi menjelang. Samar ia mendengar seseorang memanggil namanya dari balik pintu sembari mengetuknya. Bukan suara lembut Ibunya-- melainkan suara bariton mendesaknya untuk segera membuka pintu. Seakan-akan berniat mendobraknya jika Hana tak kunjung menyahut,

"Hana."

Itu suara Felix.

"Bangunlah. Kau berniat membuatku terlambat ke sekolah?"

Yang berarti bahwa dirinya masih berada dalam desember bersalju?

Sontak Hana beranjak dari ranjang, melempar selimutnya asal dan segera menyibakan tirai jendela untuk memastikan bahwa ia tidak sedang bermimpi mendengar suara Ibunya yang mendadak berubah menjadi suara Felix-- mungkin begitu.

Namun betapa terkejutnya Hana saat mendapati pemandangan luar jendela terdapat kepingan salju tipis berjatuhan dari langit.

"Salju?! Ini benar salju?!" pekiknya panik.

Kepalanya berputar cepat, matanya beralih melirik meja nakas-- yang benar saja-- masih terdapat beberapa foto berbingkai dirinya, Jisung maupun Felix. Serta jam digital tertera bulan desember,

Kenapa bisa? Seharusnya ia berada di bulan Juni.

"Ya!! Kau belum bangun juga?!" teriak Felix kesal dari balik pintu.

Butuh mengerjap beberapa detik hingga kesadaran sepenuhnya setengah pulih. Tubuhnya beranjak bergerak dari terdiam kaku, ia menuju pintu lalu memutar knop. Pandangannya mendapati raut wajah datar Felix menatapnya malas.

"Y-ya. Aku sudah bangun." jawabnya, masih dengan kebingungan terbayang menghiasi wajahnya.

"Untung saja pintumu tidak kutendang--"

Bukannya menyimak kekesalan Felix. Langkahnya berderap menggeser jendela besar yang terdapat pada ruang tengah. Membiarkan angin dingin khas musim salju berhembus masuk. Menembus kulit, menusuk tulang-- hingga Felix bersedekap bingung melihat tingkah Hana. Tubuhnya bahkan terasa menggigil merasakan hembusan angin dengan suhu dibawah nol derajat.

Hana beralih menadakan sebelah telapak tangannya. Merasakan kepingan salju meleleh dalam genggaman. "Ternyata benar salju?"

"Tentu saja salju-- jangan bilang kau belum sepenuhnya sadar?" balas Felix.

"Seharusnya sekarang hujan--"

Decakan Felix berhasil membuat kalimat Hana terputus, "Mentalmu terganggu? Kalau benar, katakan saja. Masih banyak psikiater yang membutuhkan uang dari konsultasi pasien setengah gila sepertimu."

Hana kembali menggeser jendela hingga tertutup rapat. Matanya memicing sinis ke arah Felix, ia memasang gestur bertolak pinggang. "Mentalku tidak terganggu dan aku tidak gila."

THE MIRROR [HAN JISUNG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang