2 - SMA Matahari

914 102 19
                                    

Adit resmi menjadi Siswa SMA Matahari yang begitu popular itu. Dirinya juga sudah melakukan kegiatan ospek selama 2 hari.

Sekarang Adit sedang makan malam bersama Papa dan Mamanya. Adit sendiri anak tunggal, Papanya bekerja sebagai Dokter dan pemilik Rumah sakit juga, sedangkan Mamanya mengurus toko sembako yang sudah banyak tempatnya. Ya, bisa di katakan Adit anak orang berada.

“Gimana SMA favorit kamu itu? Bagus ‘kan?” Tanya Papa Adit.

Adit mengangguk sembari mencomot Cumi tepung di piring. “Tempatnya luas banget Pa, eksulnya juga banyak.”

“Pasti mau ngambil eksul nyanyi ‘kan?” Mama Adit menatap Adit, sudah paham apa hobi anaknya itu.

“Mana ada eksul nyanyi lah Ma, adanya eksul padus.” Koreksi Adit.

“Ya, apalah itu. Tapi jangan sampe capekan yah kamu!” Peringat Mamanya.

Adit mengangguk dan kembali melahap makanannya. Walapun mereka sama-sama bekerja, tetapi Adit tidak merasa kesepian. Papanya sangat repot apalagi profesinya sebagai Dokter yang suka mengurus banyak orang sakit, operasi bedah, dan bahkan suka menginap di sana. Namun Adit memakluminya, justru dia bangga. Papanya sangat berjasa karena sudah menyelamatkan banyak orang.

“Dit, Pak Didi besok gak bisa nganter, si Luna sakit katanya. Nanti besok bareng Papa ya.” Ujar Papa Adit. Pak Didi sendiri merupakan supir yang selalu mengantar Adit Sekolah.

“Luna sakit apa, Pa? Kok Adit gak tau.” Sedangkan Luna merupakan anak sulung Pak Didi yang merupaka sahabat Adit juga.

“Tipes, nanti kamu jengukin aja ke Rumahnya.”

Adit mengangguk, setelah usai makan dia pun menuju lantai atas di mana kamarnya berada.

Kadang Adit sebal dengan Papanya yang belum mengizinkannya untuk berkendara sendiri. Hanya karena dulu saat Adit belajar Motor, tahu-tahu ia masuk ke dalam parit hingga Motornya juga rusak.

Tetapi sudahlah, toh dia juga tak harus berpanas-panasan nantinya.

Adit duduk di kasurnya, lalu matanya tertuju pada sebuah sapu tangan di atas nakas. Itu milik Arven.

Setelah kejadian di UKS itu, ia tak lagi melihat sosok Arven walaupun telinganya selalu mendengar nama itu di sebut-sebut oleh para Mahasiswi. Tak di sangka bahwa Arven sangat famous di SMA Matahari.

Oh, mungkin besok dia harus menjenguk Luna, sahabatnya itu. Luna juga mengenal Arven lewat via Instagram, tetapi hanya sebatas kenal, namun tidak menyukainya. Karena menurut Luna sesuatu yang sudah di sukai banyak orang itu adalah murahan.

Adit hanya bisa mendengus setelah mengingat penuturan Luna itu. Tetapi Luna juga tak mempermasalahkan itu kepada Adit. Biarkan Adit bahagia dengan kesukaannya.

Baiklah, Adit harus istirahat sekarang.

*****

Hari Kamis…

Sosok Arven yang begitu rapih dan siap untuk menuntut ilmu, eaaa. Seperti biasa Arven selalu pergi dengan Motor kebanggannya.

Dia berjalan melewati koridor depan, sapaan pun selalu dia terima dan di balas dengan sapaan balik Arven. Hari ini dia akan menuju basecamp atau ruangan anak Basket yang berada di dekat belakang Kelas, tempat itu khusus untuk Tim basket, ada juga ruangan olahraga, eksul, dan berbagai macam aktivitas lainnya.

Lalu masih di daerah sekolah, tepatnya di depan SMA Matahari…

“Pulang sekolah jam berapa, Dit?”

SomedayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang