3 - Bola Basket

848 99 16
                                    

Usai sudah Sekolah hari ini, dimana banyak di isi perkenalan dan saling ngobrol---karena ini awal mulai bersekolah.

Adit tengah merapikan buku-bukunya di dalam tas, rencananya dia ingin menjenguk Luna dengan menggunakan ojek online.

“Dit, ke Sekolah naik apa?” Tanya teman sekelas Adit, Sheina. Cewek itu juga satu kelompok saat Ospek kemarin.

Adit pun menoleh saat Sheina di sampingnya. “Di anter.”

What? Serius? Maksud lo, supir pribadi gitu?” Tanya Sheina tak percaya.

“Iya.” Balas Adit singkat. “Kenapa, Na?”

“Gak percaya aja, gue yang Cewek aja bawa motor sendiri.”

Adit mendengar itu lantas mengangkat alisnya, sudah menduga akan reaksi orang jika dia mengatakan seperti itu. “Terus?”

Sheina melihat itu menjadi kikuk, Adit dari awal bertemu memang jarang berbicara, sekali bicara jawabnya pun singkat.

“Gak papa sih, emm sorry banyak Tanya, Dit. Hehe.”

Adit mengangguk saja mendengar itu. “Aku duluan ya.” Setelah itu meninggalkan Sheina yang menatapnya sampai Adit menghilang dari balik pintu.

Adit menuruni anak tangga yang tak banyak orang, dia tahan menunggu agak sepi karena Adit tahu pasti semua Siswa akan ramai lewat di tangga ini. Ya, mereka kalau mendengar bel pulang sudah seperti mendengar suara dari surga.

Setelah sampai di bawah, Adit berjalan menuju depan Sekolah. Lalu matanya melihat rombongan anak-anak Cowok yang salah satunya menggunakan pakaian Basket. Di sana juga ada Arven. Mereka tengah sibuk ngobrol, ada juga yang sambil dribble Bola.

Ah, soal Cowok itu. Adit jadi merasa malu dan tidak enak hati. Kenapa dirinya menjadi kesal saat Arven bertanya keadaanya, padahal niat Arven itu baik. Dasar Adit saja yang sensitif.

Adit kembali melangkah, hingga...

Bugh!

Sesuatu benda bundar menyenggol dirinya hingga jatuh. Itu Bola Basket yang mengenai pinggangnya. Aduh, sudah pagi tadi dia menabrak Karina, sekarang dia jatuh kena Bola Basket pula.

“Awww, aduh!!” Ringis Adit kesakitan. Sungguh rasanya benar-benar sakit, apalagi Bola itu mengenai pinggangnya.

“Mampus!” Rombongan Cowok itu pun Nampak kaget---terutama Arven. Buru-buru mereka mendekati Adit. Salah satu temannya memang sedang memainkan Bola Basket, tetapi tak menyangka sampai mengenai Cowok yang terjatuh itu.

“Lo main gimana sih?! Ini orang kena lho.”

“Aduh, sorry-sorry. Gue gak sengaja.”

“Eh, lo gak papa?”

“Adit? Aduh, ayok ke UKS aja sekarang.”

Adit yang merasa sakit pinggangnya pun di buat kaget saat tubuhnya malah di angkat tiba-tiba oleh Arven.

I-ini nyata kah?

Kenapa Arven selalu melakukan hal yang tak terduga, sih?

Sesampainya di ruangan UKS, Arven langsung menaruh Adit di bangsal. Bahkan semua rombongan tadi ikut mengekori Arven dari belakang. Hingga semua anak menatap mereka bingung.

“Gue siapin air anget bentar.” Ujar Arven yang langsung pergi untuk menyiapkan air hangat.

Adit masih merasa sakit di pinggangnya, namun ia juga heran dan bingung. Apa Arven kalau panik bisa sampai tidak sadar seperti itu ya? Maskudnya, sifatnya jadi perhatian dan tak peduli sekitar.

SomedayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang