12 - Penggemar

449 59 9
                                    

Waktu terus berlalu hingga meninggalkan semua kejadian menjadi kenangan.

Adit sebagai Siswa SMA Matahari yang terbilang elite dan di akui kepopularitasnya dan kepeminatannya. Meski begitu, masih banyak Siswa-Siswi yang tidak tahu sosok Adit dan Adit pun tidak memperdulikan itu. Tujuan Sekolahnya memang untuk belajar, bukan untuk menjadi populer.

Namun, Adit juga manusia biasa. Dia pasti tergoda dengan apa yang dia rasakan, contohnya saja cinta. Adit yang---mungkin bisa di bilang introvert itu bisa menyukai seseorang.

Yeah, everyone can feelin' about love.

Sosok Arven yang sekarang berdiri di depan orang banyak, menjadi pasukan pengibar bendera---walaupun Arven bukan anggota Paskibra. Tugas sebagai pengibar bendera bukan hanya anak Paskibra saja, namun setiap kelas harus bisa melakukannya. Itu berlaku di SMA Matahari.

Adit berdiri di bagian depan begitu terpukau dengan perawakan Arven yang tegap dan tegas. Semua orang pun sama, pandangan mereka tak pernah lepas dari sosok Arven.

Mengetahui bahwa Cowok tampan itu---pasti di sukai banyak orang, membuat Adit berpikir untuk kesekian kalinya.

Mustahil kah jika dirinya bisa mendapatkan cinta Arven?

"Heh, napa bengong aja?" Sapa Dandy yang menyusul Adit tengah berjalan sendiri. Kini upacara telah usai.

"Hm? Gak papa." Singkat Adit.

Mereka menaiki anak tangga bersama, hari Senin yang begitu cerah dan di mulai dengan pelajaran yang sangat mengasah otak. Fisika. Sangat keren.

Waktu berjalan dan kini memasuki waktu istirahat. Adit merapihkan buku-bukunya dan memasukkannya ke dalam Tas. Lalu matanya melirik laci yang kini sudah di penuhi banyak notes misterius itu.

Adit mengambilnya, melihat sekali lagi tulisan yang berbeda di setiap note nya namun dengan kalimat yang sama. Makin kesini Adit juga makin pusing, ini kenapa secret adminer seniat itu untuk menulis dan meletakkan di laci Adit. Siapa gerangan orang tersebut?

Nah 'kan, lama-kelamaan juga jiwa kepomu keluar Asu, eh, Adit.

Adit berpikir sejenak, seseorang yang tengah menyukainya saat ini hanya Raka. Namun---

Raka?! Oh iya, tentu saja! Sepertinya dia harus bertemu Cowok itu.

"Dan, kamu duluan aja ke Kantin. Nanti aku nyusul."

Dandy menoleh dan mengernyitkan dahi. "Kenapa? Gak laper apa?"

"Aku ke perpus minjem buku dulu."

"Oke deh. Gue duluan ya." Pamit Dandy. "Guys tunggu gue!" Lalu Cowok itu keluar bersama teman sekelasnya.

Adit langsung saja turun untuk mencari seseorang.

*****

Baru kali ini Adit mampir ke kelas Raka, dan juga termasuk kelas Arven. Niatnya ingin bertemu Raka tiba-tiba jadi deg-degan karena takut bertemu doi. Arven si ganteng, duh.

Adit melirik seisi kelas itu, mencari sosok Raka. Namun tidak ada. Merasa otaknya sedikit lelet, dia menepuk dahinya. Ya iyalah tidak ketemu, sekarang waktunya istirahat dan pasti Cowok itu sedang makan di kantin.

"Adit?"

Adit menoleh dan seketika jantungnya semakin asyik berjoget. Sosok doi yang ia agungkan kini ada di hadapannya, ya si Arven lah.

"E-eh, Kak." Sapa Adit kikuk.

Arven melirik seisi kelas yang sudah sepi. "Lo kesini cari siapa? Tumben."

SomedayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang