Chapter 3. My Will

106 25 10
                                    

Previously ...

Senyap.

"Mengapa?" tetes pertama meluncur, dengan cepat yang kedua menyusul.

Jarak di antara mereka tinggal sejengkal. Sesshoumaru mencermati paras manis itu berkerut oleh lara. Kristal kesedihan terus meluncur. Perlahan, kepala gadis itu tertunduk hingga mahkota legamnya menutupi wajah. Namun, yang ia lakukan hanyalah membisu dan membatu di tempat.

Kagome yang lunglai menyandarkan kening di bahu kiri Sesshoumaru. "Aku tidak mengerti," ucapnya serak.

Detik demi detik yang merambat selanjutnya diisi oleh keheningan sang daiyoukai dan isakan pilu seorang miko.

Beberapa waktu kemudian, barulah Sesshoumaru bersuara, "Apa yang sepatutnya terjadi pasti akan terpenuhi."

Tak habis pikir, kecewa, sedih, putus asa, frustrasi, kesal, marah, semuanya menjadi satu di dalam dada. Di tengah sesengukan, Kagome berbisik, "Semuanya terlalu berlebihan untukku terima saat ini. Aku hanya ingin pulang."

Tidak ada respons.

Kagome meminta lagi dengan lirih, "Kumohon."

Melalui interkom, akhirnya Sesshoumaru memerintah bawahannya, "Jaken, kita menuju kuil Higurashi."

"Baik, Sesshoumaru-sama."

.

Midnight Sun

.

Kendaraan mewah itu berhenti, dari jendela sudah terlihat gerbang merah kuil Higurashi. Kagome mengucapkan rasa terima kasih sedalam-dalamnya pada Sesshoumaru serta Jaken. Ia keluar dari mobil tersebut. Baru saja miko itu hendak menjejak tangga pertama tatkala ia mendengar bunyi langkah di belakangnya. Sontak, ia memutar kepala. Sesshoumaru tengah mengacingkan jasnya. "Apa yang kau lakukan?" tanya remaja itu keheranan.

Sesshoumaru menatap safir sendu Kagome, dengan teduh, ia bertutur, "Menegaskan apa yang kulisankan sebelumnya."

Tak tahan untuk memandang langsung iris emas yang seiras dengan milik pria yang dicintainya, Kagome mencari titik lain untuk diperhatikan. Matanya malah tertuju pada bahu kiri Sesshoumaru. Bercak basah sisa air matanya di setelan mahal itu masih terdeteksi. Ledakan emosi yang ia pertontonkan tadi membawa rasa malu pada diri, kepala Kagome tertarik ke bawah. "Maaf atas sikapku tadi."

"Hn."

Dengan itu, keduanya pun mulai menapak anak tangga.

.

.

.

Belasan menit berikutnya ...

Sesshoumaru berada di ruang utama keluarga Higurashi. Di sisi kiri youkai tersebut, di kepala meja, tempat yang simbolik diisi oleh kepala keluarga, duduklah seorang kakek tua. Di seberang siluman itu, adik Kagome mengambil tempat. Di samping si pemuda, wanita paruh baya melemparkan tatapan duka pada putrinya tercinta.

Netra cokelat Sesshoumaru bergantian meneliti tiga figur yang tengah memusatkan perhatian pada sang miko yang memulai pengakuan, "Seharusnya ini kuutarakan sejak dulu." Kagome membungkuk dalam selama beberapa saat. Setelah kembali duduk tegap, ia merisikkan penyesalannya, "Aku ingin meminta maaf yang sebesar-besarnya. Keadaanku telah mencoreng nama baik keluarga dan kuil kita."

Midnight SunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang